HAPPY 100K!!
****
"Ada apa ini?" tanya Milka usai keluar dari kamar.
"Hikss... non hikss.. non tuan, nyonya...hikss.."
"Mereka kenapa?" Milka menghampiri Diana, mengambil surat yang wanita itu pegang dan membaca surat itu dengan teliti.
Milka menggelengkan kepala tidak percaya dengan apa yang ia baca, "Tidak, ini tidak benar kan!" menoleh ke Diana, Milka mengguncang tubuh kakaknya. "Mereka baik-baik saja, kan Di? Tidak terjadi apapun, kan?" tanya Milka di sertai air mata yang mengalir membasahi pipi wanita itu.
"JAWAB DIANA JAWAB!!" teriak Milka semakin mengguncang tubuh Diana.
Drrttt ddrrtt...
Diana melepaskan tangan Milka dari bahunya, merahi ponselnya, menerima panggilan dan membawa benda pipih itu di depan telinganya.
"Diana ada apa? Kenapa telpon rumah menelpon kakak berkali-kali? Apa terjadi sesuatu?" tanya Prince.
"Mereka juga melakukan hal yang sama denganku." ucap Miguel pada Prince.
"Miguel juga. Sebenarnya ada apa?" lanjut Prince kembali melempar pertanyaan pada Diana.
Diam, Diana hanya diam. Meluruh ke lantai, Diana menjatuhkan ponselnya, ia menekuk kakinya dan menyembunyikan wajahnya di antara kedua kakinya.
"Hiikkss... hiiksss... hiikss.."
Tangis Diana pecah, ia sudah tidak sanggup lagi menahan air matanya agar tidak jatuh.
"Hiikksss... hiikkss... I-ini tidak mungkin! Semua ini tidak benar! Surat itu bohong! Hiikss..." teriak Milka merobek habis surat itu dan membuang asal semua sobekannya.
"Kenapa? Apa yang tidak mungkin?' tanya Miguel saat suara teriak Milka terdengar oleh mereka.
"Diana?"
Tutt.. tutt..
Panggilan di matikan secara sepihak oleh Prince, dan selang semenit telpon rumah yang berdering. Bibi Ila yang berada dekat dengan telpon itu langsung menerima panggilan.
"Selamat pagi,-"
"Katakan apa yang terjadi?" tanya Prince tanpa basa-basi.
"Den, tuan,-"
"Mereka kenapa?" tanya Miguel memotong ucapan bibi Ila.
"Tua,-" belum lagi selesai bibi Ila menyelesaikan satu kata, Milka sudah lebih dulu merampas telpon itu.
"Kak mereka tidak meninggalkan? Ini semua pasti cuman prank, kan? Mereka baik-baik saja, kan?"
Prince dan Miguel terdiam bersamaan saat mendengar pertanyaan Milka.
"Kak jawab Milka!" teriak Milka terdengar parau, membuat kedua pria itu tersadar dari lamunan mereka masing-masing.
"NON MILKA!" bibi Ila menahan tubuh Milka cepat, untungnya wanita itu berada di dekat Milka, kalau tidak mungkin kepala Milka akan membentur ujung meja hingga terluka.
"Milka." Diana mengambil ahli tubuh Milka, "Cepat telpon dokter." pinta Diana tegas.
"Milka kenapa?" tanya serentak oleh kedua kakak mereka.
"Mil-milka pingsan kak.. hiiksss.. hikss.." sahut Diana dengan suara tangisnya.
Prince yang sudah tidak tahan mendengar banyak hal ngawur lagi, buru-buru mematikan panggilan. Ia tak menganggap semuanya benar dan hanya candaan dari Diana dan Milka. Meletakan ponselnya, pria itu menyalakan laptopnya, memainkan jarinya di atas keyboard dengan tenang seperti tidak ada hal buruk apapun yang ia dengar
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Perfect
Roman d'amour"Sean, ayo bercerai." ajak Anna tepat di hadapan Sean. "Kamu bilang apa tadi?" Sean berdiri mendekati Anna. "Se-Sean aku ingin ber,-" Sean melumat bibir Anna cepat, ia tidak membiarkan kata cerai keluar untuk yang kedua kalinya dari mulut Anna. Anna...