AKU terbangun beberapa jam kemudian, gemetar, kedinginan, kesakitan, pokoknya menderita.
Aku tak bisa tidur nyaman, tak peduli bagaimanapun aku mencari posisi yang nyaman. Seulgi terbangun lalu mengulurkan tangan untuk menyalakan lampu, dan cahaya remang-remang memenuhi ruangan.
"Ada apa?" tanya Seulgi, lalu meletakkan tangan pada wajahku. "Aah~"
"Ah, apa?" tanyaku kesal sementara Seulgi bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi.
Seulgi kembali dengan segelas air dan dua tablet obat. "Kau agak demam. Dokter bilang kemungkinan kau akan begini. Ini, minum; aku akan ambilkan pil anti nyeri lagi untukmu."
Aku duduk tegak untuk meminum kedua obat itu, kemudian meringkuk di balik selimut sampai Seulgi kembali membawa pil yang lain. Setelah aku meminumnya, Seulgi mematikan lampu dan kembali ke tempat tidur, memelukku erat-erat dan membagi kehangatan tubuhnya denganku. Aku menempelkan hidung pada bahunya, menghirup hawa panas dan aromanya, dan debar jantungku langsung melonjak-lonjak.
Tak ragu lagi: Seulgi sudah merusak sistemku. Aku bisa saja hampir mati, tapi orang ini akan tetap membuatku bergairah.
Aku masih terlalu kedinginan dan tak nyaman untuk tidur lagi, jadi aku memutuskan untuk bicara.
"Kenapa kau bercerai?"
"Aku bertanya-tanya kapan kau akan menanyakan itu," kata Seulgi malas.
"Apa kau keberatan membicarakannya? Hanya sampai aku mengantuk?"
"Tidak, itu bukan masalah besar. Dia menuntut cerai begitu aku berhenti dari profesiku sebelumnya dan memilih bidang kepolisian. Dia pikir aku gila karena meninggalkan miliaran won untuk menjadi polisi."
"Banyak orang akan setuju dengannya."
"Kau?"
"Um, begini, aku sudah membaca artikel-artikel di surat kabar dan aku tahu bahwa menjadi polisi adalah keinginanmu sejak dulu, bahwa kau kuliah jurusan hukum pidana. Jadi aku sudah bisa menduga. Kurasa mantan istrimu terkejut?"
"Sangat. Aku tidak menyalahkannya. Dia setuju untuk menjadi istri seorang bintang, lengkap dengan uang dan segala keglamorannya, bukan istri polisi, yang tak pernah cukup uang dan tak pernah tahu apakah suaminya akan pulang ke rumah atau tewas dalam tugas."
"Kalian tidak pernah bicara tentang masa depan sebelum menikah? Tentang apa yang kalian inginkan?"
Seulgi mendengus. "Kami masih sangat muda saat kami menikah; awal dua puluh. Pada usia itu, masa depan adalah hal yang akan terjadi dalam lima menit berikutnya, bukan lima tahun. Ditambah lagi hormon yang meledak-ledak, dan begitulah. Hanya butuh beberapa tahun bagi kami untuk benar-benar bercerai. Dia wanita yang baik, tapi kami menginginkan hal yang berbeda dalam hidup."
"Tapi semua orang tahu —semua orang berasumsi— kau menghasilkan miliaran won selama menjadi seorang artis dan atlet. Tidakkah itu cukup?"
"Aku memang menghasilkan miliaran won —sangat banyak. Saat aku berhenti, bukan berarti aku jadi serba kekurangan, uang itu cukup untuk mengubah kondisi keluarga. Aku membayar seluruh perbaikan dan renovasi rumah ibuku, membeli dan merenovasi tempat ini, bahkan untuk kuliah keponakanku, lalu menginvestasikan sisanya. Tak banyak yang tersisa, tapi kalau aku tidak memakainya hingga pensiun, seharusnya cukup untuk memberiku masa pensiun yang nyaman. Aku sempat rugi saat pasar saham anjlok lima-enam tahun lalu, tapi sahamku sudah normal kembali, jadi sepertinya semua baik-baik saja."
Aku menguap dan menggeser posisi kepalaku supaya lebih nyaman di bahunya. "Kenapa tidak membeli tempat yang lebih kecil? Tempat yang tidak butuh begitu banyak perbaikan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
To Die For
FanfictionSeulRene Berkali-kali upaya pembunuhan ditujukan pada Irene. Dan Letnan Kang Seulgi mengambil alih kasus itu, sekuat tenaga memastikan keselamatan Bae Irene/Joohyun. Fanfic ini adalah hasil Copy-cat dari novel asli LINDA HOWARD dengan judul yg sama...