AKU bermimpi buruk malam itu, dan itu tidak mengejutkan mengingat apa yang telah terjadi. Mungkin seharusnya aku sudah mimpi buruk beberapa kali, namun alam bawah sadarku sama ahlinya mengabaikan banyak hal seperti alam sadarku.
Aku tidak terlalu sering mimpi buruk; mimpiku biasanya mengenai hal-hal biasa, dengan detail-detail kecil aneh, karena memang untuk itulah ada mimpi, kan? Misalnya aku ada di La Rouge berusaha menangani gunungan dokumen, namun para anggota terus menggangguku karena setengah di antara mereka ingin diperbolehkan mengayuh sepeda statis sambil "telanjang", dan setengah lagi berpikir itu menjijikkan sekali, dan memang benar. Hal-hal semacam itu.
Aku tidak bermimpi tentang tertembak. Tak ada yang bisa dimimpikan soal itu, kecuali suaranya dan rasa terbakar di lenganku, dan tidak cukup banyak hal untuk diingat, namun kecelakaan mobil yang kualami memiliki banyak detail untuk dibangkitkan kembali oleh alam bawah sadarku. Aku tidak bermimpi tentang melewati lampu merah lagi; sebaliknya aku sedang mengemudi Mercedes merahku, yang kudapat saat Suho dan aku putus, yang kemudian kutukar dengan Mercedes putih. Aku sedang mengemudi melewati jembatan tinggi yang sedang tertutup saat tiba-tiba mobilku lepas kendali dan mulai berputar. Mobil demi mobil terus menabrakku, dan setiap tabrakan mendorongku semakin dekat dan semakin dekat pada pembatas jalan, dan aku tahu tabrakan akan mengempaskanku dari jalur. Aku melihat mobil terakhir mendekatiku, dalam gerakan lambat; lalu terasa guncangan parah dan Mercedes merahku menabrak palang pembatas, melompatinya.
Aku terkesiap bangun, jantungku berdebar-debar, dan seluruh tubuhku gemetar. Aku yang gemetar, bukan jantungku. Mungkin jantungku juga, tapi aku tak yakin; yang bisa kurasakan hanyalah debaran. Ada sebuah bayangan besar dan protektif dalam kegelapan ruangan, Seulgi mengulurkan tubuh untukku, dia menemaniku, mengusap perutku, lalu meraih pinggangku dan menarik tubuhku ke dalam pelukannya.
"Mimpi buruk?"
"Mobilku tertabrak hingga jatuh dari jembatan," gumamku, masih setengah mengantuk.
Esoknya bisa dibilang semacam pengulangan hari sebelumnya, kecuali aku lebih banyak berlatih peregangan serta yoga, dan merasa jauh lebih baik. Lengan kiriku masih terasa sakit jika aku berusaha mengangkat apa pun atau membuat ototku terlalu tegang, tapi aku cukup bisa menggunakannya jika aku bergerak perlahan dan tidak menarik apa pun terlalu kencang.
Semak yang dibelikan Seulgi akan hidup, pikirku, walaupun semak itu butuh seminggu perawatan lembut penuh kasih sayang sebelum bisa mengatasi shock akibat ditanam di halaman. Seulgi mungkin tidak memahami konsep tanaman rumah, tapi dia membelinya untukku dan aku menyayangi makhluk malang itu.
Aku mulai resah karena tidak melakukan apa-apa, jadi aku jalan-jalan di luar dan memilih tempat yang kuinginkan untuk menanam semak itu. Karena usia rumah Seulgi, tatanan di sekelilingnya tampak tua dan rimbun, tapi semuanya semak-semak dan tidak ada bunga. Sudah terlambat untuk menanam bunga pada musim ini. Tapi tahun depan...
Hawa panas dan sinar matahari terasa enak di kulitku. Aku bosan menjadi orang lemah dan merindukan olahraga. Aku sangat ingin pergi bekerja sampai terasa sakit, dan aku marah karena tak bisa melakukan itu.
Mimpi semalam terus menggangguku. Bukan bagian jatuh dari jembatannya, tapi fakta bahwa mobil yang kukendarai adalah Mercedes merah, mobil yang sudah kutukar lebih dari dua tahun lalu. Jika kau percaya pada tafsir mimpi, fakta soal mobil merah itu mungkin ada artinya, tapi aku tak tahu apa. Bahwa aku menyesal karena tidak membeli mobil merah yang lain, mungkin? Bahwa kupikir warna putih terlalu membosankan? Aku tidak berpikir begitu, lagi pula putih lebih praktis untuk daerah selatan karena hawanya yang panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Die For
FanfictionSeulRene Berkali-kali upaya pembunuhan ditujukan pada Irene. Dan Letnan Kang Seulgi mengambil alih kasus itu, sekuat tenaga memastikan keselamatan Bae Irene/Joohyun. Fanfic ini adalah hasil Copy-cat dari novel asli LINDA HOWARD dengan judul yg sama...