Empat

5.7K 777 6
                                    

"Baik. Tapi jangan membuatku melakukan sesuatu yang memalukan." Jennie menyilangkan tangannya.

"Baiklah, ketika kamu kembali besok, belikan aku sesuatu yang enak di McDonald's."

........................

Jennie tidak bertanya mengapa Lisa menginginkan McDonald's, Jennie hanya menuruti saja untuk membawakan Lisa McDonald's ke esokan harinya. Jisoo yang melihat Jennie  membawa kantong plastik McDonald's pun berkata

"Wahh kau membawa itu untuk camilanmu?" Jisoo bertanya dengan penasaran.

"Tidak, ini untuk Lisa. Dia memintaku membelikan ini untuknya." Jawab Jennie

"Wah, kalian berdua menarik." Jisoo terkekeh saat dia mengatur barang-barangnya di mejanya.

"Apa yang menarik dari kita?" Jennie dengan main-main memutar matanya saat dia mengambil kunci dari laci mejanya.

"Aku tidak tahu, jangan pedulikan aku." Jisoo terkekeh sambil menggelengkan kepalanya dengan acuh. Jennie hanya menggelengkan kepalanya dan kemudian keluar dari kantor.

"Aku akan pergi duluan." Jennie mengumumkan dan Jisoo hanya melambaikan tangannya mengucapkan selamat tinggal padanya.

Jennie sudah mulai terbiasa dengan teriakan menyakitkan dari segala arah. Itu berbeda dari rumah sakit jiwa tempat dia dulu bekerja karena lebih damai baginya. Ketika jennie sampai di depan kamar Lisa, dia membuka kuncinya dan memasuki ruangan, perlahan menutup pintu agar tidak menimbulkan suara.

Jennie menoleh ke tempat tidur dan terkejut melihat Lisa masih tertidur. Ini sudah jam 9 pagi dan Lisa seharusnya sudah bangun jam segini. Jennie tiba-tiba menjadi khawatir, apa Lisa sakit? Dia meletakkan kantong plastik di atas meja sebelum mendekati sisi tempat tidur untuk memeriksa suhu Lisa. Tapi suhu Lisa tampak normal dan Jennie yakin dia masih bernafas.

Jennie duduk di lantai sambil mengamati Lisa. Dia belum pernah melihat Lisa sedekat ini,dan sedamai ini. Dia menyadari bahwa dia cantik. Dia mengagumi bagaimana bulu mata Lisa yang panjang melengkapi matanya yang gelap. Matanya mendarat di hidung Lisa yang sempurna, dan kemudian... bibirnya yang montok. Tunggu apa? Jennie menggelengkan kepalanya saat dia secara mental menyadari kebodohannya kemudian dia  menertawakan dirinya sendiri karena melihat Lisa.

Bagaimana bisa orang seperti dia berada di tempat yang menjijikkan ini? Bagaimana mungkin orang waras membunuh seseorang yang mungkin berarti baginya, yang membantunya? Lisa memang misteri.

Di tengah pikiran Jennie, dia melihat bagaimana sifat damai Lisa berubah. Napas Lisa berubah menjadi berat saat alisnya mulai berkerut. Jennie berdiri dengan kaget dan juga panik saat melihat apa yang terjadi pada Lisa. Lisa menggeser posisinya saat napasnya berubah menjadi terengah-engah. Jennie tidak tahu harus berbuat apa dan satu-satunya hal yang bisa dia pikirkan adalah membangunkannya. Dia sedikit mengguncang Lisa dengan harapan dia akan bangun.

"Lisa? Lisa bangun." Kata Jennie sambil terus mengguncang Lisa. Dengan senang hati, itu berhasil. Lisa membuka matanya saat dia menarik napas dan Jennie menghela nafas lega.

"Apakah kamu baik-baik saja? Mimpi buruk?" Jennie bertanya sambil membantu Lisa untuk duduk.

"Kau..?kau datang lebih awal hari ini." Kata Lisa sambil mengatur nafasnya.

"Tidak, hanya saja kamu bangun terlambat." Jennie terkekeh pelan dan pergi untuk mengambil McDonald's di atas meja.

"Ngomong-ngomong, ini yang kamu minta aku mendapatkannya, emm tapi.. Menurutku kentang gorengnya masih kurang renyah. McDonald's terdekat berjarak satu jam dari sini." Jennie berkata dengan malu-malu.

Room 97Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang