Relation © 01

535 52 8
                                    

Kringg kringgg.

Akhirnya, suara yang ditunggu-tunggu Sarada sejak pagi mulai terdengar.

Suara apa? Itu suara pertanda pulang, pulang sekolah.

Walaupun Sarada termasuk jajaran siswa yang mempunyai kepintaran di atas rata-rata. Sarada juga punya sisi anak sekolah banget, si siswa yang suka menanti-nantikan bel pulang.

"IWABANGSATT" Teriak Wasabi geram, kala melihat Iwabe yang ngicir keluar kelas dengan buru-buru, melupakan sengaja tugas piket hariannya.

Sarada tersenyum maklum. Tangannya, lihai membereskan tas ranselnya dengan rapih, juga, buru-buru.

Chocho menghela nafas memperhatikan Sarada dengan jengah. "Boruto, lagi?" celetuknya.

Sarada menoleh, "Iya."

"JADI, KERKOM KELAS KITA DIMANA?" Yodo berteriak tanya pada manusia yang berada disana.

"Sumire ikut, gue ikut." Mitsuki.

"Gue nanya, kerkom kelas kita dimana, bego!" Yodo menyodorkan lap pel ke depan wajah aneh Mitsuki, geram.

"Gak dulu." sehabis berkata seperti itu, Metal dengan cepat juga meninggalkan kelas serta tugas piket hariannya.

Srekk.

Bangku tergeser, Sarada berdiri semangat, melambaikan tangannya, "Besok aja, gue ada urusan. Dadah!"

"Mau kemana lo?" Sumire menatap Sarada jengah. "Boruto? Ck, kita ada tugas kelas. Kesampingin dulu urusan lo sama dia, kelas lebih penting."

Sarada tersenyum kikuk. "Tapi, gue udah janji. Maaf, ya!"

Hendak melangkah, namun langkahnya tertahan oleh satu tangan yang mencegah Sarada untuk keluar kelas.

Kawaki menatap datar. "Kita pulang bareng."

Sarada menatap datar balik. "Tangan lo. Kita bukan muhrim. Lepas."

Kawaki berkedip. Refleks, menepis tangan yang sengaja dia tahan tadi. "Maaf." tangannya, beralih menjadi menahan tas Sarada. "Bareng sama gue, Sar."

"Gak bisa, gue gamau Boruto salah paham." cekat. "Lepasin tangan lo. Gue mau keluar."

Boruto.. Boruto.. Boruto..

Tangan Kawaki seketika mendadak lembek, tangan yang menahan tas Sarada itu dengan pelan melepaskannya.

Sarada tersenyum. "Makasih."

Kawaki terdiam sejenak, memandang belakang punggung Sarada yang terus menjauh dan menjauh. Lalu, mengepalkan tangannya erat.

Berbalik, memandang satu-persatu temannya dengan datar suram. "Dirumah gue. Kerkom kelas dirumah gue."

Hanya beberapa kata jelas itu yang keluar dari kedua belah bibir Kawaki yang untungnya mendapat acungan jempol+anggukan sebagai tanda setuju, setelahnya, dia menyusul Sarada ke luar kelas.

********

"Kak, makan, ya?" Himawari membujuk kakaknya--Boruto, lagi.

Sudah 5 kali lebih waktu dari pagi sampai siang, Himawari membujuknya untuk makan. Namun, Boruto selalu memalingkan muka, tidak menatapnya sama sekali.

Sejujurnya, Himawari tidak mengerti apa-apa tentang kakaknya yang satu ini. Himawari selalu dibuat tak mengerti dengan tingkah lakunya.

"Kak," pelan. "Makan, ya?"

Masih terdiam.

"Kak---"

"K-k-k-ka-kkak--- g-g-" Boruto terdiam, tidak menyelesaikan kalimatnya yang tak lancar itu. Melihat, Himawari yang bergetar takut.

"K-kakak?" sekujur tubuh Himawari memang bergetar hebat. Dia menatap Boruto takut. Berdiri, menyimpan sup itu di atas meja. Berjalan mundur.. "A-aku ada tugas s-sekolah, k-kak. S-sendiri aja, ya. M-maaf."

Satu kedipan, Himawari sudah keluar dari kamarnya. Dengan langkah mundurnya yang terlihat ketakutan. Boruto tahu itu.

Boruto menghela nafas memperhatikan Himawari sampai keluar.

Harusnya, tadi gausah bicara, ya?

Relation Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang