Relation © 03

432 49 0
                                    

"Pagi," Sarada mencoba tersenyum lebar pada teman-teman nya. Namun, mereka hanya melihat Sarada sekilas, lalu pokus kembali pada urusan masing-masing.

Sarada menghela nafas, ia sudah mengira ini akan terjadi.

Dengan lesu, Sarada berjalan ke bangkunya. Melewati teman-teman nya dengan menundukkan kepala. Duduk, membaca novel misteri yang dia bawa.

"Pagi minna-san yang baka baka!" Kawaki masuk kedalam kelas dengan ketcupan manjah.

Yodo yang kebetulan duduk paling depan dekat pintu,

Brakhh.

Melemparkan tas Shikadai tepat ke wajah Kawaki. Dengan datar Yodo berkata. "Wibu dilarang masuk."

Kawaki mendengus, mengusap-ngusap wajah tampan nya pelan. Lalu, dengan kesal Kawaki ikut melemparkan tas Shikadai, keluar kelas. Shikadai hanya menatap malas tidak berniat marah atau protes.

Netra hitam pekat Kawaki tertuju pada Sarada yang sedang serius membaca novel misteri itu. Kawaki tahu, teman-temannya sedang marah pada Sarada karena kejadian kemarin. Namun, Kawaki tidak perlu ikut-ikutan marah, bener begitu?

Puk.

Kawaki menepuk pucuk Sarada pelan, mengacak-acak surai hitam nya lembut. "Lo gapapa?" tanyanya, sembari menaikkan alis nya ngode menitah Sarada geser supaya Kawaki bisa duduk di sebelah kursinya.

"Lepas. Kawaki."

Bukan jawaban seperti ini yang Kawaki inginkan, sungguh.

"Geser, Sar. Hari ini, gue duduk deket lo, ya?" pintanya.

Sarada menggeleng. "Gue.. gamau Boruto tau. Lagian ini tempat Chocho, lo kan punya tempat sendiri?" Sarada melirik bangku disebelahnya, bergantian melirik Kawaki.

Kawaki menghela nafas menatap Sarada lekat. "Kenapa di otak lo cuman ada Boruto?"

Sarada mengernyit padanya. "Lo lupa? Status Boruto masih pacar gue. Wajar, kan? Kenapasih? Salah? Iya?"

"Dia gak cocok sama lo." Inojin membuka suara.

"Lo siswa terpinter di kelas kita, sorak sorai disini disitu, guru yang muji lo disana disitu, olimpiade kesana kesitu. Masa pendamping lo cacat gitu?" ini Wasabi.

Iwabe ngangguk-ngangguk. "Bener. Rugi, Sar."

"Bukan apa-apa, tapi kek rugi aja gitu dipikir-pikir. Kek gak ada yang lebih aja?" Shinki.

Shikadai menguap. "Kita cuman mau yang terbaik buat lo, Sar. Buka mata lo lebar-lebar."

Chocho tersenyum. "Oh, btw kita masih marah sama lo soal kemarin, Sar. Kalo lo mau kita maafin, lo harus biarin Kawaki duduk didekat lo."

"Be---"

Brakhhh!

Semuanya tersentak. Sarada tiba-tiba berdiri melemparkan tas miliknya kepapan tulis. Membuat semuanya kaget bukan main.

"Lo semua... mikirin gue gak sih?" Sarada menatap teman-teman nya satu persatu dengan datar.

Masih datar. "Gue keluar."

Lalu, Sarada keluar kelas dengan tangan kosong. Tanpa memperdulikan tas miliknya yang terlantar dilantai.

Sumire merasa khawatir. "Lopada gak keterlaluan gitu?"

"Udah biarin aja. Sarada emang harus tahu itu."

Kawaki hanya bisa diam. Sejujurnya, ada rasa tak terima dalam hatinya ketika mendengar saudara nya yang di caci maki seperti itu. Namun, Kawaki juga merasa itu benar. Pada nyatanya Kawaki lebih lebih lebih dari Boruto, kan?

Relation Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang