2

1.4K 227 118
                                    

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is so difficult that I even stay up all night

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is so difficult that I even stay up all night.

Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.

Happy reading

⚔️ Zoro heran

Aku saat ini sedang berlatih dengan keras sementara zora tadi bilang akan bekerja sebentar soalnya hari ulang tahun kami berdua akan berlangsung sebentar lagi jadi zora kerja keras.

Setelah cukup berlatih aku melempar batu besar tersebut dan beristirahat sejenak sambil memakan onigiri yang dibuatkan oleh zora sebelum zora pergi kerja.

"Sepertinya aku terlalu egois menjadi seorang adik." Ucapku menatap langit.

"Aku selalu meminta banyak hal kepada niisan tanpa tahu betapa kerasnya niisan memenuhi hal tersebut." Ucapku.

"Sadar diri kau." Ucap Zora.

Aku membalikkan badanku dan melihat zora sedang membawa sesuatu di belakang punggungnya entah itu apa.

"Bulan november masih lama kan?" Tanya Zora.

"Satu bulan lagi." Ucapku.

"Tumben pintar." Ucap Zora.

"Jadi selama ini aku bodoh gitu!" Kesalku.

"Tuh ngaku." Ucap Zora.

"Sudahlah." Ucapku.

Zora mengambil sesuatu yang berada di punggungnya lalu melemparkannya kepadaku dan aku menangkapnya dengan mudah.

"Apa ini?" Tanyaku.

"Lihat saja aku mau tidur dulu." Ucap Zora.

Zora tertidur dan aku membuka bungkusan yang dibawa oleh zora setelah aku membukanya aku terdiam ternyata ini pedang.

Aku tersenyum lalu menghampiri zora yang sudah tertidur nyenyak atau mungkin pura-pura tidur.

Aku menaruh pedang tersebut dan langsung memeluk zora dengan erat lalu aku rasakan elusan tangan di punggungku.

"Suka?" Tanya Zora.

"Sangat." Ucapku.

"Syukurlah kalau suka soalnya aku takut kau tidak suka." Ucap Zora.

"Hadiah tahun ini keren." Ucapku.

Aku melepaskan pelukanku dan melihat telinga zora yang sudah ditindik membuat aku tersenyum.

"Sore nanti zo-chan yang ditindik." Ucap Zora.

"Ya aku paham." Ucapku.

"Kenapa?" Tanya Zora.

"Jangan panggil zo-chan terus aku bukan anak kecil!" Kesalku.

"Padahal itu lucu." Ucap Zora.

"Aku ditertawakan oleh junior kita di dojo!" Pekikku.

✔️ Roronoa Zoro Twins (oc male reader) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang