25 - PELARIAN

7.1K 448 36
                                    

Lidya langsung mencium kedua pipi orang tuanya lalu berjalan pergi menuju mobil lana yang masih terparkir di sana. Ia memasuki mobil lana dan langsung memasang sabuk pengamannya.

" Udah siap ". Ucap lana

"Bentar". Jawab lidya kemudian meraba kalung pemberian yang diberikan jendra untuknya.

Ia menariknya kuat sebelum terputus dan melemparnya keluar dari mobil.

Plukk

"Udah.. Gue siap". Jawab lidya tegas seolah yakin dengan semua keputusannya sekarang.

----------------------------------

Mereka berjalan menuju tempat persembunyian yang telah disiapkan oleh lana, lidya menatap pemandangan dari luar jendela. Terlihat langit melai gelap dan mulai menitikkan air hujan dengan perlahan. Pikiran lidya melayang jauh pada semua yang telah ia lakukan selama ini bersama jendra, jendra bukanlah orang yang baik. Ia mengetahui itu sejak awal, tapi dirinya tidak menyangka jika jendra dapat melakukan itu semua. Jujur saja, bersama dengan jendra ia merasa aman dan nyaman terlebih semenjak ia mengetahui rahasia terdalamnya, semenjak saat itu jendra menjadi orang yang berbeda. Tak pernah menyakitinya hanya saja semakin posessive dan seolah ingin mengikatnya lebih kuat.

Ia tahu jika semua yang dilakukan oleh jendra pada vano adalah bentuk untuk menjaga miliknya, ia tak ingin dirinya direbut oleh orang lain. Jendra menyayanginya, ia tau itu. Tapi melihat jendra memukul vano dengan brutal di depan matanya membuat lidya berfikir dua kali untuk bersama jendra. Ia tak memungkiri, jika ia takut suatu saat nanti bisa saja ia berada di posisi vano atau mungkin akan menyakiti semua orang yang berada disisinya jika menentangnya. Melihat jendra dengan sorot mata tajamnya saat memukul rahang vano kuat membuatnya merinding takut.

Ia melihat semua kejadian itu di depan matanya, melihat vano yang sudah tergeletak dengan penuh luka ditambah darah yang terus keluar dari hidung, telinga dan mulutnya. Rahangnya patah membuat vano tidak bisa mengatupkan mulutnya dan berakhir dengan posisi rahang yang tergeser dan mulut yang menganga sampai ia kehilangan kesadarannya. Tubuhnya tak berdaya tapi tetap tak membuat jendra berhenti untuk memukulnya.

Tatapan mata jendra seolah mengisyaratkan akan membunuh vano detik itu juga. Semuanya terlihat menyeramkan dimatanya. Ia tak tahu apakah benar melakukan hal ini sekarang, ia butuh waktu untuk menenangkan diri, tapi ia juga tak bisa menjamin akan menerima jendra setelah kembali. Membayangkan ia akan menghabiskan hidup dengan seseorang yang sangat mudah membunuh orang, membuatnya merinding takut. Ia hanya ingin menghabiskan waktunya nanti dengan normal dan bahagia seperti semua orang pada umumnya.

Untung saja ada lana yang mau membantunya, mengingat lana tadi yang berlari menuju caffe dengan raut wajah khawatir membuat pikiran lidya sedikit merasa aman. Lana langsung menenangkannya seolah mengerti apa yang terjadi padanya.

Lidya menoleh menatap lana dalam, pikirannya berkelut. Ia menatap kedepan lantas kembali menatap lana lagi.

"Kenapa?". tanya lana saat menyadari lidya yang menatapnya

"Dicaffe tadi...". ucap lidya

"Kenapa?". tanya lana lagi

"Kamu tau yang terjadi lan?". tanya lidya serius

"Iya.. jendra hampir bunuh vano kan ?". jawab lana

"Tapi bukannya tadi aku belum cerita apapun sama kamu?". tanya lidya dengan penuh selidik

Lana tak langsung menjawab, ia t erdiam sebentar dan mengalihkan pandanganya ke depan.

"aku tau dari dina, inget saudara aku kan? Dia sekolah di sekolahmu, dia langsung telepon aku saat tau kerjadian itu berhubungan sama kamu". jawab lana

RAJENDRA [Obsession Boyfriend] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang