[14]

4.3K 184 15
                                    


Bangun dari tidur yang tidak berlangsung lebih dari satu jam, dengan Jaehyun yang memeluknya dari belakang.

Taeyong lelah, tapi berisik kepalanya membuat dia terjaga sampai pukul tiga.

"Jaehyun."

Jaehyun tidur terlampau pulas. Semakin Taeyong bergerak dalan pelukan, semakin erat tangan Jaehyun mengurung tubuh Taeyong agar tetap rekat.

"Je." Taeyong menghela nafasnya, "If it wasn't fuck then what was that?"

Taeyong melirik ke belakang, mendapati wajah Jaehyun yang damai dengan dua kelopak mata terkatup rapat.

"What was it, Jaehyun."

Taeyong memutar tubuhnya, sebelah telapak tangannya dia sandarkan pada pipi Jaehyun, jempolnya mengusap permukaan kulit halus lelaki itu— lengkap dengan heran bagaimana bisa Jaehyun mulus padahal skincare yang lelaki itu kenakan hanya air keran apartemen.

"Sex? Isn't sex and fuck are the same? You said you didn't wanna fuck me but you got yourself inside me."

Taeyong meracau, bingung.

"But honestly- me too. I— uh, it's strange to feel like it was not just a fuck— you know."

Dia tertawa. Merasa gila, bicara sendiri tengah malam, dada berdegup kencang, mata memuji Jaehyun yang tampan padahal hanya sedang tertidur pulas.

"I swear to God if what you were saying, you were making love with me, I'll broke your fucking nose."

Taeyong mengancam dengan nada bergetar, dia terkekeh ditengah galau melanda, ketakutan tanpa alasan masuk mengisi hatinya.

Sebenarnya, berasal dari Taeyong yang belum rela mereka berpisah, belum rela untuk ditinggal Jaehyun, menyadari hari ini mungkin hanya jadi memori lama untuk mereka, yang hanya mampu mereka kenang dalam rindu tanpa bisa berbuat apa-apa.

Taeyong yang kini memeluk Jaehyun, dia sembunyikan wajah di dada Jaehyun, berbisik kecil, sebelum kemudian akhirnya bisa terlelap tenang.


























"Sarapan."

Jaehyun bangun lebih cepat, dia sudah mandi dan berpakaian lengkap, serta sudah juga siapkan mereka sarapan.

Roti panggang, garlic butter, eggs on top, tersedia untuk Taeyong yang baru keluar kamar dan mengucek matanya. Berkat telat tidur, Taeyong jadi bangun kesiangan.

"Uda mau berangkat?"

Jaehyun mengangguk, "Kamu pules banget tidurnya, aku gaenak mau bangunin," kata Jaehyun, seraya menenggak kopi yang dia buat sendiri, "Sarapannya abisin, ya?"

"Jaehyun!" Panggilan Taeyong berhasil buat Jaehyun diam, gagal buka pintu, dan menoleh ke gadis yang masih setengah sadar; suara serak karena kering, mata sayu, tubuh masi belum berdiri tegak karena belum ada energi yang masuk sama sekali.

"Kenapa?"

"Jam- jam berapa ini?" Taeyong menjenjangkan leher, cari jam dinding Jaehyun, mendapati sudah jam setengah tujuh pagi, "Aku dateng jam 10. Pake taksi tempat dulu kamu kerja. Pastiin jam 10 langsung keluar, aku bakal nunggu depan gerbang kantor."

Jaehyun menganggukkan kepalanya, mengerti.

"Passport uda sekalian dibawa?" tanya Taeyong—oh, iya, jadi kencan mereka jalan-jalan kemarin, pulangnya mereka menemui teman Taeyong untuk bikin paspor keberangkatan secara diam-diam. Tetap terdaftar secara resmi, namun luput dari radar Ayahnya. Apabila dia buat di kantor imigrasi, Ayahnya pasti mengendus pergerakannya dan rencananya hari ini sudah bisa dia yakini akan gagal total.

Drive Me Insane | JAEYONG GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang