[17]

5.4K 247 33
                                    

Hotel dekat bandara, biasa dijadikan untuk singgah sementara bagi mereka yang hanya sekedar transit, punya tawaran yang menarik perhatian. Berhubung baru buka, ada potongan diskon cukup besar untuk menginap satu malam.

Hitungan Taeyong sudah tanpa cela—memikirkan uang yang harus dikeluarkan untuk taxi, makan, penginapan, sampai tiket Jaehyun yang hangus karena mereka harus ke rumah sakit dulu.

Berhubung, mengurus tiket berangkat baru bisa besok pagi saat jam kerja, mereka berdua akhirnya memutuskan untuk langsung menuju hotel.

Mereka memilih kamar yang paling murah yang bisa mereka dapatkan—fasilitas yang diberikan hanya satu kasur queen size, tv, alat penghangat air lengkap dengan kopi dan teh sasetnya, dan satu kamar mandi.

Sudah.

Sekian.

"Kamu mau aku tidur di lantai?"

Taeyong berdecak, "Kaya gapernah tidur bareng aja." Dia putar matanya malas dan seketika merasa sesak melihat ruangan yang lebih kecil daripada kamar Jaehyun.

Meskipun begitu, dia lempar tasnya ke atas meja dengan asal lalu rebahkan badannya yang terasa remuk menjadi berjuta-juta keping di atas kasur.

Sementara Jaehyun masih berdiri memandang diri di depan kaca.

"Jaehyun?" panggil Taeyong, "Kenapa?"

"Ga—" Jaehyun menoleh tanpa menutupi bingung dari raut wajahnya. Tidak lama, dia berdecak kecil, "Kita perlu keluar bentar buat beli-beli, ga? Baju? Kamu- perlu skincare ga?"

Taeyong duduk di kasur.

"Sini."

Dia tepuk-tepuk area tempat tidur yang masih lapang disampingnya.

"Aku bawa baju lebih, tapi cuma satu. Kamu bawa ga?"

"Kalo ga bawa gapake baju juga ga masalah, kan?"

"Taeyong."

"Bawa, aku bawa." Cepat Taeyong tanggapi agar kesan serius yang begitu mencekik cepat permisi dari nada bicara Jaehyun, "Pokonya, buat sampe besok masih aman. Setelahnya, kita pikirin kalau sudah sampe di Kanada."

Mendapatkan jawaban yang ingin dia dengar, Jaehyun mengedikkan bahunya, "Ok," ujarnya singkat, sebelum akhirnya sepenuh hati masuk kamar mandi terlebih dahulu, berharap letih ikut mengalir dengan air yang menyerbu kulitnya.

Sementara Taeyong melirik ke arah buku menu.

Dia harus segera makan malam untuk minum obat.

Dengan sedikit hitung-hitungan matematika dasar, dia pesankan makan malam untuk mereka berdua—Jaehyun pasti kelaparan setelah penerbangan yang berjam-jam lamanya, belum lagi harus mendekam di rumah sakit sampai dia siuman.

Makanan mereka datang tepat setelah Jaehyun selesai mandi. Rambutnya masih basah, berantakan. Kulitnya masih dingin. Kaos putih dikenakan, dengan celana pendek selutut yang terlihat nyaman.

Mereka duduk sampingan, dengan hidangan di atas meja yang langsung menyatu pada tembok. Ruang kamar mereka mungil, sehingga sebisa mungkin cari ruang untuk menyantap makan malam—dimana saja asal jangan di kasur.

Memang, letih langsung terasa saat badan mulai bisa merasakan nyaman sampa lega. Setelah makan, dia bersandar pada bahu Jaehyun, dan seluruh otot serta sendinya merengek pilu.

Dasar.

Terlebih, saat Jaehyun elus kepalanya, mungkin tanpa intensi macam-macam, namun yang Taeyong rasakan adalah dia digendong terbang sampai seluruh saraf di otaknya bisa tenang. Matanya terpejam, tenggelam dalam nyaman.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Drive Me Insane | JAEYONG GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang