[16]

2.7K 167 5
                                    

Korea gempar.

Media-media di sana tiba-tiba mendapatkan setumpuk data yang bisa dijadikan berita hangat untuk sebulan kedepan. Kepolisian mendapatkan barang bungkti yang cukup untuk membawa Lee ke balik jeruji besi—berikut dengan para pengikutnya, serta siapapun yang terlibat di dalamnya.

Keagungan keluarga yang dikenal paling berpengaruh, runtuh menjadi abu.

Ponsel Taeyong tidak berhenti berdering, dia sampai tidak bisa buka Instagram barang sedetik. Seluruh sanak saudara yang sebelumnya tidak pernah menganggap dia ada, kini akhirnya sadar kalau dia selalu di sana, menonton tiap tindak keji yang terus menggulung kian besar, yang menjadi pompa atas kesuksesan yang orang-orang elukan.

Satu hal yang mereka tidak tahu; kalau Taeyong adalah jarum di dekat gelembung kuasa mereka. Taeyong terlalu diremehkan setelah dijadikan tumbal, penunjang sukses yang selama ini mereka dapatkan.

Tidak ada satupun dari mereka yang mengira, kalau Taeyong akan seberani itu mengusik semuanya.

'Taeyong, my beloved daughter. My legacy is yours, one day.' Oh- fuck that.

Taeyong terkekeh saat dia ingat kata itu pernah disampaikan oleh Ayahnya.

Ah, waktu berputar begitu banyak namun terpatri permanen kalimat itu di benaknya.

Mereka transit di LA untuk ke Kanada. Rencana Taeyong adalah mereduksi kemungkinan mereka berdua tertangkap, dengan berpisah di LA.

Jaehyun akan langsung ke Kanada dan Taeyong akan menyusul kalau memungkinkan, kalau tidak maka dia akan mencari tempat lain untuk berlabuh dan sembunyi.

Dia harus pisah dari Jaehyun, sekarang.

Dia sudah harus berhenti menyusahkan Jaehyun.

Semoga, hadiahnya untuk Jaehyun di Kanada nanti cukup sebagai bentuk bayaran atas pengorbanan yang sudah Jaehyun berikan untuknya.

Namun, sepertinya, kali ini tidak sesuai dengan rencana dan perhitungannya. Sakit yang buat kepalanya berputar hebat adalah variabel eksternal yang tidak pernah dia kira hadirnya.

Badannya tidak kunjung membaik dan panik Jaehyun kian meningkat kian waktu landas mereka mendekat.

Selepas turun, berhubung mereka tidak ada bagasi, jadi Jaehyun langsung menopang tubuhnya untuk menuju rumah sakit terdekat.

Meski, Taeyong menolak keras.

Jaehyun tidak punya waktu untuk menemaninya ke rumah sakit, penerbangan Jaehyun ke Kanada hanya tiga jam lagi saja.

Tapi, Taeyong terlalu lemas untuk berdebat. Keram di perutnya kian menjadi dan dia tidak punya pilihan selain menuruti apa yang Jaehyun bilang.

Kini, yang perlu Taeyong risaukan hanya satu.

Semoga perkiraannya tidak benar.

Itu saja.

Taeyong tidur dan Jaehyun duduk di samping kasurnya. Sama, terlelap juga karena lelah menabraknya begitu kencang. Tapi, Jaehyun bangun lebih dulu karena tubuhnya yang mendadak terasa nyeri.

Ah, ya. Mengenai bekas jatuhnya dari gedung menjadikan dia tidak bisa lama-lama melengkungkan badan.

Mendesis, Jaehyun tegakkan badannya, dan ternyata bisikan suaranya itu membangunkan Taeyong dalam sekejap mata.

"Jaehyun," dia memanggil dengan suara parau, tangannya menggapai-gapai ke arah Jaehyun dengan lemas.

Jaehyun tepis rasa sakit yang merambat sampai kepala, dia balas dengan genggam tangan Taeyong, menumpuk jemari langsing nan lentik itu dalam kepalan tangannya yang berukuran lebih basar.

Drive Me Insane | JAEYONG GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang