Dolores membuka matanya, membiarkan matanya menyesuaikan cahaya disekitar.Satu kata yang bisa menggambarkan keadaan sekitar Dolores saat ini, sepi.
Dolores masih berada di halte, dia ketiduran. Mungkin karena dia terlalu lelah berlari kesana-kemari dan memikirkan banyak hal. Tubuhnya juga perlu istirahat.
Semua orang pasti tak bisa membayangkan jika dirinya terjebak di halte sendirian.
Dolores juga tak tau sekarang pukul berapa, pasalnya di halte tak ada jam dinding, dia juga tak punya jam tangan.
Dia hanya bisa mengira-ngira pukul berapa saat ini.
'hmm mungkin sudah lewat tengah malam.' pikirnya
Benar saja, sekarang ini sudah pukul 02:15.
Tak mau hanya diam menunggu hingga matahari menampakkan sinarnya.
Dolores berjalan diiringi lampu jalan yang meneranginya, berharap dia menemukan kedai yang buka 24 jam untuk sekedar mengamankan diri.
Ditengah perjalanan, ia menemukan telepon umum, sangat jarang bukan di jaman sekarang ini.
Dolores mendekat, ia memasukkan koin berharap bisa menelpon Fei.
Koin dimasukkan."Stupid" gumamnya.
Bagaimana tidak kesal, ia sudah memasukkan koinnya tetapi ia tidak tau nomor telepon apartemen Fei.
Ketika hendak pergi dan merelakan koinnya itu, Dolores teringat sesuatu.
Ia bergegas menekan sebuah nomor telepon.Tut tut tutt
"Hello" ucap seseorang diseberang sana.
"Hello Five i-"
"Apa kau tak tau hah, sekarang ini pukul 3 pagi. Apa kau buta?! dasar orang gil-"
Dolores menutup teleponnya, dia malas mendengar makian orang itu.
"Kenapa bisa salah sambung, padahal aku yakin itu nomor telepon rumah Five" ucapnya lirih.
Saat ingin melanjutkan perjalanan, tiba-tiba terlihat sebuah mobil melaju pelan dari arah belakang.
"Shit"
Dia mempercepat lajunya, tapi tentu saja tidak membuahkan hasil, Dolores jalan kaki, orang dibelakang mengendarai mobil.
Cepat atau lambat mobil itu akan mengejarnya, atau mendahuluinya? Enatahlah. Kita tidak tau niat orang di dalam mobil itu kan.
tak butuh waktu lama, mobil itu sudah disamping Dolores. Sang pengendara menurunkan kaca mobilnya.
Terlihat seorang pria dewasa berumur sekitar 30 tahunan.
"Hey cantik! Kenapa sendirian?"
Dolores tak menanggapinya, dia mempercepat lajunya.
"Ck sok jual mahal" ucap pria itu sambil memberhentikan mobilnya.
Pria itu keluar dari mobil, berusaha mengejar gadis didepannya.
Pria itu berhasil menarik tangan Dolores dan memojokkannya ke tiang lampu jalanan.
Dolores yang mendapat perlakuan seperti itu pun hanya bisa diam dan mengatur nafasnya yang tersengal-sengal.
Pria itu semakin mendekatkan wajahnya.
"Pria ini mabuk" batinnya
Pasalnya Dolores mencium bau alkohol ketika wajah pria itu semakin mendekat.
Tak mau pria itu melangkah terlalu jauh, Dolores mengangkat kaki dalam posisi menekuk sehingga mengenai aset berharga pria tersebut.
Pria itu langsung menjauh dan hanya bisa meringis kesakitan.
Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, Dolores kabur meninggalkan pria itu.
Dolores kabur membawa mobil sang pria karena tadi sang pria meninggalkan kuncinya di dalam mobil.
"Dasar pedofil" teriak Dolores kepada pria itu lalu melajukan mobil barunya itu.
Walaupun tak pandai menyetir, setidaknya dia tau cara mengendarainya.
Jalanan yang sepi dan kosong pun sangat menguntungkan bagi Dolores, dia tak perlu berfikir bagaimana jika ia menabrak pengendara lain.
Sekitar 30 menit menyusuri jalanan, Dolores akhirnya menemukan sebuah kedai yang masih buka.
Akan sangat merepotkan jika ia memarkirkan mobilnya di parkiran tapi akhirnya tak bisa mengeluarkannya, jadi dia memarkirkan mobilnya di jalan.
Dolores berjalan menyebrangi jalan dengan santai. Dia pun segera memasuki kedai tersebut.
Tak mau berlama-lama, dia segera memberitahu apa yang ingin dia beli dan membayarnya.
Dia segera kembali ke mobil berniat memakan sebuah roti isi yang dibelinya tadi dan akan melanjutkan perjalanan ketika rotinya sudah habis.
Matahari sudah menampakkan diri dari 90 menit yang lalu.
Masih beberapa menit lagi untuk sampai di apartemen Fei. Tapi dirinya lebih memilih memarkirkan mobilnya disini.
Dolores tak mau jika pria mabuk itu tadi melacak mobilnya dan dengan mudah menemukannya.
Jadi dia memilih berjalan kaki walaupun masih lumayan jauh. Dan juga dia tak perlu merasa was-was lagi, pasalnya sudah lumayan banyak orang yang berlalu-lalang melakukan aktivitas paginya.
ceklekk
Dolores berhenti melangkah ketika melihat Fei tertidur pulas di atas sofa.
Dolores jadi merasa tak enak hati karna sangat merepotkan Fei.Dolores hanya bisa tersenyum dan melanjutkan langkahnya ke kamar mandi. Ia ingin membasuh muka kusamnya itu.
Mendengar suara cucuran air, Fei pun terbangun. Ia segera mendatangi sumber suara.
"Dolores! Kau kemana saja? Aku sangat menghawatirkanmu" ucap Fei ketika Dolores membuka pintu kamar mandi.
"Aku hanya pergi untuk membeli makanan, tapi aku pergi terlalu jauh dan yeah, aku tersesat. Untungnya ada orang yang menolongku" jawabnya berbohong.
"Aku tak bisa membayangkan jika orang itu tak menolongmu. Tapi yang terpenting sekarang kau sudah disini."
"Oh iya, kau pasti lapar. Aku akan pergi keluar untuk membeli sarapan. Kau istirahat saja disini." Sambungnya.
Perkataan Fei tadi hanya dibalas anggukan oleh Dolores. Berjam-jam menyetir juga bisa membuatnya lelah.
***
Kayanya setiap selesai nulis cerita harus di copas ke notes deh biar ga cape" nulis lagi.
Soalnya yang waktu itu kejadian lagi, tulisan ilang setengah trs di riwayat revisi kosong.
Terus ini kan dah selesai dari dulu ya nulisnya. Jadi author harus mikir ulang ceritanya. Sad
Anyway. Thank you kalian yang ngasih vote komen dll
Lop yu muahOh iya itu covernya diganti lagi, soalnya tadi gabut trs bikin itu wkwk.
See ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Dolores (TUA SPOILER ALERT)
FantasyWanita itu kini bisa merasakan kembali bagaimana rasanya hidup. Tak perlu menunggu seseorang untuk melihat kearah kamera untuk menyadari dirinya. Apa yang membuatnya seperti ini? atau haruskah kutanya 'siapa'? [Ongoing] ---------- Cerita ini mengan...