CHAPTER II

3.5K 322 8
                                    

Mansion Kang

"Sebenarnya apa Haloween itu?" seorang gadis remaja cantik berambut panjang, bergaun putih duduk di sebuah kursi kayu Rosewood penuh ukiran, tepat di samping satu ranjang besar di mana tubuh seorang pemuda terbaring pingsan.

Langit masih gelap pekat, sepasang mata secemerlang safir hitam menembus tirai hujan di luar jendela. Sang pemilik mata, seorang pria di akhir usia tiga puluhan. Berdiri tegak dekat jendela membelakangi si gadis dan juga bagian sisi lain ruangan luas itu. Dia terfokus pada cuaca malam. Kegelapan selalu menarik perhatian, di mana di sana tersimpan banyak misteri tak terpecahkan. Bukan berarti dia tidak mendengar ucapan si gadis remaja. Dia hanya memilih untuk tetap diam.

Gadis remaja itu menunggu, namun dia dapati si pria tidak menanggapi. Dia mengawasi punggung yang membelakanginya, bahu tegap terbalut jas hitam panjang yang jatuh secara anggun dan misterius hingg di lututnya.

"Kau dengar aku?" si gadis remaja mengulang, lantas bergumam malas, "Kegelapan selalu lebih menarik buatmu."

Pria itu masih mempertahankan keheningan.

"Yo Han?"

Si pria berpakaian serba hitam mulai mengalihkan perhatian dari langit malam, bibir penuh sewarna plum dengan garis mulut membentuk senyum sinis itu bergerak mengatakan sesuatu.

"Haloween adalah suatu perayaan yang didedikasikan untuk mengenang orang yang telah mati," suaranya datar dan menggema.

"Semacam perayaan untuk para arwah?" si gadis remaja melebarkan matanya.

Pria dalam pakaian hitam mengangguk.

"Biasanya diadakan pada malam ini, tanggal 31 Oktober. Orang-orang mengadakan pesta kostum, menghias rumah atau ruang publik dengan simbol-simbol mengerikan yang berhubungan dengan monster, hantu, dan kematian."

Gadis itu mengerutkan bibir, terlihat skeptis.
"Mengapa di sekitar rumah ini, aku hanya melihat labu yang diukir dimana-mana," ia menyela.

"Mengukir labu juga merupakan salah satu tradisi dari Haloween," pria itu tersenyum sangat tipis dan hambar.

"Begitukah?"

"Ah Eliyah... " si pria mendesah panjang, "Berhentilah menanyakan hal-hal bodoh. Kau bersikap seolah-olah anak baru lahir."

Gadis itu tersenyum lebih dingin lagi, "Aku memang baru lahir, dan tidak tahu tentang hal itu. Sisanya, aku hanya ingin mengajakmu bicara."

"Alasan yang bagus, kau membuatku tersanjung," mulut anggunnya melahirkan seringai seram, seiring kerlipan aneh di mata gelap sedalam lautan di malam hari.

"Tapi kau akan bernafas lega jika pemuda pingsan ini siuman, aku akan mendapat teman baru," Eliyah ikut menyeringai, tatapannya halus dan lambat saat beralih pada sosok yang terbaring nyaman.

Ah, apakah manusia ini sudah begadang selama berhari-hari? Eliyah mengawasinya penasaran.

"Aku sangat ingin mendengar suaranya," gumam gadis itu.

Jemari si pria menggeliat dan menari dalam genggamannya sendiri, langkahnya ringan dan anggun, nyaris seperti mahluk halus, mendekati tempat tidur dan menatap wajah pemuda pingsan yang tak lain adalah Kim Ga On.

"Aku juga.." suaranya halus, selembut beledu, dan mendesis.

"Penasaran..."

Kim Ga On tidak terluka parah. Seharusnya ia sadar lebih cepat. ketika ia merasa tengah berenang di lautan dingin dan gelap, suara-suara membangunkannya. Pemuda itu membuka mata, menangkap kesuraman di atasnya. Ada langit-langit tinggi nan indah, sebuah lampu kristal spektakuler tergantung di sana. Di mana dirinya berada? Rumah sakit tidak memiliki lampu hias seindah itu.

𝐃𝐫𝐚𝐠 𝐌𝐞 𝐓𝐨 𝐇𝐞𝐥𝐥 (𝐇𝐚𝐥𝐥𝐨𝐰𝐞𝐞𝐧 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang