CHAPTER III

2.5K 296 7
                                    

Malam sudah sangat larut, Kim Ga On yakin bahwa Kang Yo Han dan Eliyah telah tertidur. Dia berjalan melamun menuruni tangga kayu bercat hitam membentuk setengah lingkaran. Pertengkaran, kecelakaan akibat ceroboh, ia bisa mengingatnya seolah-olah baru saja terjadi. Dia bahkan masih bisa mencium aroma asap dari bagian depan mobil yang terbentur. Ingatan itu masih bagus di dalam kepalanya, hanya saja tampak tua dan usang. Tak mestinya diputar kembali, kecuali memang memori itu sendiri yang muncul ke permukaan.

Sungguh ajaib bahwa dirinya hanya mengalami cedera ringan di leher dan kepala. Kim Ga On berdiri terpaku pada satu titik di tengah ruangan di mana ia baru saja menjejakkan kaki.

Di belakangnya, masuk dari ruangan lain, membuka pintu Prancis tanpa suara, Kang Yo Han dengan jas hitam panjang dan kualitas gerakannya yang anggun, dengan lembut, dia menutupi menatap punggung Kim Ga On.

"Ini masih pukul dua," suara itu mengusik dari arah belakang, mengejutkan Kim Ga On yang mulai kembali berjalan tertatih melintasi satu ruangan luas penuh cahaya lilin dalam kandelabrum logam berukir.

"Kang Yo Han?" ia menoleh, tidak siap tertangkap basah.

Kang Yo Han berdiri bersandar pada satu dinding. Kemunculannya nyaris tidak menimbulkan gesekan udara. Kim Ga On menduga bahwa pria misterius itu mungkin memiliki kemampuan telekinensis.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

Kim Ga On tidak tahan dengan nada interogasi dari Kang Yo Han, dia ingin penjelasan sekarang juga. Tentang apa yang terjadi dan di mana ia berada kini. Namun, saat tatapannya beradu dengan mata gelap penuh misteri, raut mempesona sekaligus kejam. Dia tidak bisa mengatakan apapun, pikirannya buyar, porak poranda, bagai pesisir pantai tersapu badai.

"Aku -- " ia tercekat.

Kang Yo Han tersenyum.

"Jadi kau tidak bisa tidur dan membutuhkan teman bicara?"

Pria ini bisa membaca pikiran, Kim Ga On mengembangkan imajinasi liarnya. Sebagai tanggapan, ia mengangguk patuh.

Ruangan tempat mereka berada sekarang dua kali lebih luas dari kamar Kim Ga On barusan. Aroma pekat yang sulit dikenali menggantung di udara. Sekilas mirip aroma anggur memabukkan, jenis anggur terbaik yang disimpan selama ratusan tahun. Sesekali berbaur aroma lembut kayu-kayuan dan rerumputan.

Kang Yo Han melihat sekilas ke jendela seolah-olah dia baru saja melihat sesuatu di udara luar. Kemudian seluruh tubuhnya bergerak ke satu sisi seolah-olah disapu angin. Tiba-tiba saja ia duduk di sofa mewah yang menempel ke satu sisi dinding.

"Kemarilah," ia menggerakkan dagunya perlahan. Kilatan di matanya sekali lagi membuat Kim Ga On tertegun.

Pemuda itu mendekat dengan patuh seperti boneka yang digerakkan pemiliknya. Ada tarikan kuat dari sosok Kang Yo Han. Itu semacam daya tarik magis yang tak biasa.

Duduk di depannya, terpisah satu meja kaca hitam, Kim Ga On menatap mata menakjubkan itu tanpa bosan.

"Anggur?" suara Kang Yo Han terdengar lembut samar dan jauh.

"Ya," Kim Ga On mengangguk, tak berdaya.

Senyum penuh magis itu kembali merekah. Kang Yo Han mengangkat kedua tangan kemudian bertepuk tangan seakan mengkode sesuatu atau mungkin seseorang.

Kesunyian mencekam diinterupsi oleh bunyi langkah kaki. Derap langkah kaki seseorang di lantai, ruangan demi ruangan begitu hening sehingga mudah terdengar. Ruangan diredupkan sehingga Kim Ga On terus menerus merinding. Bunyi langkah kaki makin keras di sisi lain koridor yang lebih gelap.

𝐃𝐫𝐚𝐠 𝐌𝐞 𝐓𝐨 𝐇𝐞𝐥𝐥 (𝐇𝐚𝐥𝐥𝐨𝐰𝐞𝐞𝐧 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang