CHAPTER IX

1.7K 186 5
                                    

Happy Reading

Tidak ada yang menatapnya, tidak ada yang akan mengenalinya dalam sosok yang tidak ingin ia tampakkan ke wajah dunia. Tidak. Tetapi karena Kim Ga On tidak bisa membohongi diri sendiri, dia harus sering memeriksa.

Ketika ia berjalan gontai meninggalkan mansion kegelapan tempat dirinya pernah tinggal bersama Kang Yo Han dan dua mahluk aneh lainnya, ia tidak tahu ke arah mana ia pergi. Bukan karena ia kehilangan insting. Tidak. Bahkan seharusnya ia memiliki peningkatan signifikan terkait dengan indera. Selama ia berjalan, pikirannya tidak terfokus dan merasakan keraguan yang awalnya tak ada kini tiba-tiba menyergapnya. Meski ia tidak ingin menerima, dan juga tidak terbiasa, faktanya adalah bahwa ia telah berubah. Nalurinya kini naluri seorang pemangsa, dan ia tersiksa oleh rasa haus akan darah lebih dari manusia yang sudah kelaparan berbulan-bulan.

Ketika ia tiba di salah satu halte bis di lalu lintas terdekat dari kaki bukit, hari sudah menjelang sore. Dia bergabung canggung dengan dua orang lainnya. Keduanya wanita tua. Kim Ga On melirik ke kanan dan mendapati sepasang mata wanita itu mengarah seluruhnya ke arah dirinya. Sedetik kemudian matanya menatap tajam tepat ke mata Kim Ga On. Pemuda lusuh dan lelah itu tersentak ke belakang, bertanya-tanya mengapa wanita tua itu tidak juga mengalihkan pandangannya. Apakah dirinya nampak aneh atau memalukan? Spontan, Kim Ga On mengangkat tangan meraba mulutnya sendiri. Tak ada taring yang muncul. Dia menghela nafas lega. Jadi, wanita itu tidak menemukan keanehan. Mungkin dia menatap karena terpesona. Meskipun itu tidak sopan.

Kim Ga On menengok ke satu sisi jalan dan belum melihat satu bis pun yang datang mendekat. Dia kembali berusaha merasa nyaman di antara dua manusia, tetapi lagi-lagi dia tidak bisa menahan diri untuk menatap aneh satu wanita lagi. Tidak bisa mengelak, Kim Ga On menyadari bahwa tatapannya sendiri yang kini tidak sopan. Dia tidak bisa mengalihkan pandangan dari urat leher si wanita yang membentuk garis berliku di permukaan leher pucat. Pemuda itu berjuang mengabaikannya meski ia perlahan dikuasai imajinasi liar, perlahan ubun-ubunnya terasa panas.

Lupakan! Dia memperingatkan diri sendiri.

Lagipula, darah wanita tua pasti tidak lezat.

Satu bus lewat. Bersama dua wanita tua yang masih menatapnya, Kim Ga On melangkah naik dan mencari tempat duduk yang masih tersedia.

Seorang pria duduk di sampingnya. Beberapa tahun lebih tua dari Kim Ga On, setelan blazer hitam, membaca surat kabar dengan tenang. Kim Ga On melirik, mengamati bahwa tarikan wajah si pria mengingatkan dirinya pada Kang Yo Han. Ah, tidak. Ia keliru. Seharusnya tak ada yang bisa menyamai pesona manusia setan aneh yang menyeretnya ke mansion neraka.

Seperti biasa, begitu ia memikirkan Kang Yo Han, Ga On terjebak oleh fantasi yang memusingkan. Dia berdehem beberapa kali menepis ilusi itu, dan suaranya menarik perhatian pria di sampingnya.

"Kau baik-baik saja?" Dia mengangkat wajah dari surat kabar.

Kim Ga On butuh beberapa saat untuk berbohong. Dia tergagap, kemudian mengangguk. Tetapi tidak. Setiap kali Kang Yo Ham hadir dalam bentuk nyata mau pun ilusi. Semua tidak akan baik-baik saja.

"Kemana tujuanmu?" Pria itu kembali bertanya.

"Taman kota, lingkar Penthouse Alley."

"Hmm..." Pria itu kembali menunduk setelah sebelumnya menatap sepasang mata Kim Ga On dengan heran.

Aku merindukan mobilku, Kim Ga On mengeluh pada dirinya sendiri.

Tidak akan ada komentar tidak penting dari orang yang tidak dikenal.

Petugas derek pasti sudah mengangkutnya. Butuh waktu memperbaiki kerusakan mobil itu, dan pasti biaya yang tidak sedikit. Orang tuanya mungkin sudah kembali dari luar negeri jika mendengar kabar bahwa anak laki-laki tampan mereka dinyatakan hilang dalam kecelakaan.

𝐃𝐫𝐚𝐠 𝐌𝐞 𝐓𝐨 𝐇𝐞𝐥𝐥 (𝐇𝐚𝐥𝐥𝐨𝐰𝐞𝐞𝐧 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang