" Hidup itu sebentar. Kamu harus bisa tersenyum saat merasakan kepedihan atau kita tak akan pernah melanjutkan hidup"
(Jeff Ross).----------
Pemakaman Elis telah selesai setengah jam yang lalu. Hujan yang mengguyur ibu kota menambah kesan duka, seolah dunia ikut sedih dengan kepergian Elis.Di pemakaman kini hanya tinggal Rifa, dan Galen. Gadis itu masih ingin mencurahkan suasana hatinya di atas gundukan tanah basah, tempat peristirahatan terakhir sang bunda.
Ana dan Pavvella tadinya ingin menemani Rifa namun Rifa cegah, dengan alasan harus ada yang membereskan rumah dan membantu menjaga Amora jika semaktu- watu gadis itu melakukan hal gila. Padahal Rifa hanya ingin menghabiskan waktu dengan Elis hanya berdua, dia membutuhkan ketenangan, ia membutuhkan waktu sendiri. Tapi karena kekhawatiran dua sahabatnya akhirnya mereka memutuskan agar Galen menemani Rifa namun dengan jarak yang cukup jauh, agar memberi ruang untuk Rifa berbicara bebas pada almarhumah sang Ibu.
"Ma, aku cuma mau bilang bahwa apapun yang akan terjadi kedepannya aku harap Mama ngerti dan maafin aku. Aku udah cukup lelah dengan apa yang telah terjadi," ujar Rifa.
"Biarkan kali ini aku melawan takdirku, melihat seberapa jauh takdir dapat membawaku dalam lingkup luka. Melihat seberapa bencinya Tuhan padaku, seberapa senangnya Tuhan melihatku yang terus menangis. Dan melihat seberapa lama aku dapat bertahan setelahnya," lanjutnya.
"Aku pamit Ma, selalu bahagia disana. Jika Mama bertemu Tuhan, bilang sama Tuhan, lakukan apapun yang dia mau terhadapku tapi satu yang kini aku pinta. Buat Ayah, Amora, dan Hilsa selalu dalam kebahagiaan dan kemudahan."
Setelah mengatakan itu Rifa bangkit berdiri, rintik air hujan kembali mulai berjatuhan. Di kejauhan Galen yang melihat Rifa sudah selesai, segera menghampirinya. Pemuda itu dengan sigap memayungi Rifa.
"Kenapa lo masih ada disini?" heran Rifa.
"Kedua sahabat kamu gak mungkin biarin kamu sendirian, begitupun saya."
"Maaf ya, lo harus nunggu gue lama. Gue gak tau kalo ada yang nungguin."
"Gak masalah, ini gak seberapa bahkan, saya rela nunggu kamu sampai bertahun-tahun jika perlu."
Rifa tersenyum dan kembali melanjutkan langkahnya, dengan Galen yang setia memayunginya.
"Galen."
"Hm?"
"Lo cinta gue?"
"Kamu tau itu."
"Lo sayangkan, sama gue?"
"Pada dasarnya, cinta di dasari dengan kasih sayang."
"Lo mau gue bahagia?"
"Itu bukan kemauan, tapi keharusan. Mencintai seseorang berarti harus siap membuatnya selalu bahagia, tanpa sedikitpun melukainya."
"Lo mau ngelakuin apapun untuk gue?"
"Jika itu hal yang dapat membahagiakanmu, dan bukan hal yang akan merugikanmu insyaallah aku akan melakukannya. Selagi itu benar dan tidak dilarang Allah."
Kini mereka sudah berada di luar pemakaman, Rifa menghentikan langkahnya dan kini berhadapan Galen.
"Kenapa lo suka gue?"
"Karena kamu Rifa."
"Gue jahat, gue nakal, gue miskin, gue di benci banyak orang. Masa lalu gue kelam, dan masa depan gue suram. Bahkan jika di bandingkan dengan Auly gue gak ada apa-apanya. Lo berhak menyukai orang lain, orang yang dapat menjaga lo dan mencintai lo dengan baik. Orang yang derajatnya sama dengan lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Look At Me [END!]
Teen Fictionkehidupan Rifa tak semenarik cerita Cinderella tak seromantis kisah Romeo dan Juliet dan tak semanis kisah Belle. Siapa sangka Rifa Ayyara bad girl dan ratu bully SMA Andromeda kehidupannya tak seperti yang mereka lihat, dimana Rifa yang ceria Rifa...