"Jadilah dirimu sendiri. Orang tidak harus menyukaimu, dan kamu tidak perlu peduli
----------
Hari-hari berlalu, seminggu sudah terhitung, ketika kata-kata penolakan yang Agam lontarkan dengan makian diucapkan pada Rifa.
Sejak hari itu pula Rifa benar-benar menguatkan hati dan menepati ucapannya untuk tidak lagi memperjuangkan pemuda yang telah ia sukai selama hampir 3 tahun ini.
Dan sejak itu pula pesan-pesan yang Rifa tidak tahu dari siapa pengirimnya terus saja mengganggunya, Rifa awalnya berfikir pesan itu salah sambung atau hanya sekedar dari orang iseng.
Namun setelah membaca isi dari semua pesan itu, Rifa menjadi ragu dengan semua opininya. Pesan-pesan itu seperti memang sengaja dikirim untuk dirinya.
Tok tok tok
Ketukan pintu menyadarkan Rifa dari lamunannya, dengan malas Rifa beranjak dari kasurnya.
"Ada apa?" Tanya Rifa saat melihat ternyata Hilsa yang mengganggu waktu melamunnya.
"Makan dek, semua udah pada nunggu."
"Semua?" Tumben tidak biasanya mereka berkumpul seperti ini apalagi cuma untuk makan pikirnya.
"Iya ayo."
"Hmm," dehem Rifa.
Walaupun enggan, namun ia tetap memaksakan langkahnya untuk makan bersama lagi setelah delapan tahun.
Rifa duduk disebelah sang Ayah, terdapat lima buah nasi bungkus ditengah-tengah lingkaran yang mereka buat.
Setelah mendapat bagian mereka makan dengan tenang, hening tanpa percakapan tidak ada suara sendok atau garpu. Mereka makan seadanya, hanya nasi bungkus dengan sepotong telor dan daging. Makanpun mengunakan tangan, minum air putih, dan duduk beralasan karpet tipis.
Menit menit berlalu, semua telah selesai dengan makan malamnya.
"Tumben makan bareng, beli nasi bungkus lagi," ucap Rifa.
"Iya, Ayah pengen kita kumpul kaya dulu lagi. Biar tambah spesial ayah beli nasi bungkus, kalian pasti bosenkan makan sama telor mulu"?!"
"Tadi juga ada telornya kali Yah," ucap Rifa malas.
Ayah dan kedua Kakaknya terkekeh mendengar ucapan Rifa, sementara Elis hanya duduk diam memainkan jarinya.
"Tapi kan, ada Ayamnya juga gak telor doang."
"Terserah Ayah deh."
"Tumben lo ada dirumah Kak?" Tanya Rifa pada Hilsa.
Sebenarnya ada apasih dengan keluarganya? Gak biasanya mereka seperti ini, makan bersama? Hilsa ada dirumah? Ayahnya beli nasi bungkus?
"Kakak kangen sama kalian, emang Kakak gak boleh pulang ya? Kamu gak kangen gitu sama Kakak?"
"Ck, biasa aja."
"Mau kemana Ayy?" Tanya Tomi saat melihat Rifa beranjak dari duduknya.
"Kamar," jawabnya singkat.
Ya beginilah Rifa, jika bersama keluarganya Rifa adalah gadis dingin dan irit bicara terkesan kurang ajar memang. Namun jika bersama teman dan sahabatnya gadis dingin itu berubah menjadi gadis gila, perusuh, tukang malu-maluin, hobi makan, bahkan sangat cerewet dan tak bisa berhenti bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Look At Me [END!]
Teen Fictionkehidupan Rifa tak semenarik cerita Cinderella tak seromantis kisah Romeo dan Juliet dan tak semanis kisah Belle. Siapa sangka Rifa Ayyara bad girl dan ratu bully SMA Andromeda kehidupannya tak seperti yang mereka lihat, dimana Rifa yang ceria Rifa...