09

474 57 29
                                    

Hari ini cuaca sedang tidak bersahabat. Mendung yang mulai dihiasi dengan gerimis. Tetesan demi tetesan terasa ketika Aurel keluar dari mobil. Gadis itu hendak berlari namun Jaehyun terlanjur memayunginya dengan payung transparan.

"Jangan lupa, ada gue. Sini deketan, biar baju lo gak basah."

Tubuhnya yang ditarik merapat, membuat dirinya kembali mengingat kejadian semalam. Bisa-bisanya ia menjawab seperti itu. Aurel tahu ini gila, tapi ia tak ingin munafik bahwa satu langkah lebih dekat dengan Jaehyun itu adalah sebuah kebahagiaan baginya.

Hubungan tanpa status? Teman tapi mesra? Sahabat tapi saling suka? Entahlah apa sebutannya. Yang jelas, ia jadi sedikit punya hak atas lelaki disampingnya ini.

Sampai di koridor, Jaehyun menutup payung dan menggenggam tangan Aurel. Sang gadis terkejut tentunya. Banyak pasang mata yang juga melihat ke arah mereka, namun Jaehyun seolah membutakan penglihatannya.

"Jae, jangan gila," ucap Aurel dengan tangan yang berusaha melepaskan genggaman.

"Apa hm? Mereka semua? Biarin aja. Hidup ini kita yang jalanin, bukan mereka."

Aurel hanya pasrah sambil menghela nafas. Sepertinya ia akan jadi gosip baru. Apalagi Jaehyun mengantarnya sampai di depan pintu kelas.

Para murid kelas Aurel yang sudah datang pun menatap ke depan pintu. Mereka memandangi Jaehyun dan Aurel saat sang lelaki dengan terang-terangan mengusap rambut sang gadis, bahkan mencubit pipinya.

Caca langsung menghampiri Aurel ketika matanya melihat Jaehyun melangkah pergi. "Anjir, gue ketinggalan apaan nih?"

Aurel justru bingung bagaimana menjelaskannya. Tapi ia tak mau membuat temannya itu salah paham.

"Gue dan Jaehyun sama-sama Confession."

"Maksud lo, Jaehyun tau lo suka dia dan dia juga suka sama lo?!" Suara Caca membuat orang-orang disana kembali menatap penasaran.

"Anjir, Ca! Berisik banget!" Gadis itu mencubit lengan sang teman.

"Aw, iya maaf. Habisnya gue kaget. Kok bisa?"

"Ya bisalah!"

"Pokoknya hutang cerita lo sama gue!"

"Dih, gak ah. Lo ember."

"Bajingan."

Aurel lebih memilih untuk pergi memasuki kelas. Sebenarnya agak risih saat beberapa dari temannya menatapnya sambil berbisik. Tapi tak apa, bukankah ini resiko yang harus ia terima?

"Jadinya gimana hubungan lo?"

"Ya gitu."

"Gitu gimana sih? Kesel lama-lama ngomong sama lo!"

"Hehe."

"Sumpah, lo gak jelas banget."

"Udah tau gak jelas. Kenapa masih nanya?"

"Tingkat kepo gue udah gak bisa di tahan. Cerita cepet!"

Gadis itu agak bingung harus menjelaskan seperti apa. Akhirnya ia memutuskan untuk menceritakan semua yang terjadi tadi malam tanpa sedikitpun ia lewat.

"Benar-benar perlu gue pukul kayaknya biar sadar."

"Apa sih?"

"Lo tolol!" Caca mendorong dahi Aurel sedikit kencang.

"Dih, anjir! Sakit!"

"Gue kesel sama lo. Kenapa lo bego banget sih! Kalau gini caranya lo bikin diri lo sendiri makin sakit nantinya!"

Bad Friend(s) | JJHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang