Yuhuu update...
Aurel mau tidak mau lebih memilih pulang bersama Doyoung. Sebenarnya ia enggan sekali untuk bersama manusia menyebalkan itu. Bahkan tidak terlintas dipikirannya sama sekali untuk mengakrabkan diri dengan lelaki yang kini tengah mengendarai motor di hadapannya.
Namun, gadis itu kembali berpikir lebih jauh tentang Yuta yang menurutnya seperti memiliki tampang penipu. Awalnya pun ia menolak keduanya, akan tetapi mereka berdua sama sekali tidak membiarkan dirinya pergi hingga dapat menentukan pilihan.
Suara anginlah yang menjadi pengiring di sepanjang jalan. Doyoung sama sekali tidak berbicara padanya. Hanya sesekali saat menanyakan jalan kepadanya.
"Lo kentut ya?" Katanya dengan suara yang bercampur dengan gemuruh angin.
Sumpah, Aurel terkejut. Bagaimana pemuda itu bisa tahu?
"Hah? Apaan?"
"Gue tau lo denger. Tadi kerasa geter jok nya."
Gadis itu menahan malu. Padahal ia mati-matian menahan hasrat yang keluar dari perutnya itu. Namun tak tertahan rupanya.
"Kenapa diem? Baunya kena hidung sendiri ya?" Ucapnya melirik Aurel melalui kaca spion.
Demi Tuhan, Doyoung sangat menyebalkan. Aurel ingin turun saja dan berlari sejauh mungkin menghindari lelaki itu. Namun ia tak cukup berani dan masih mempunyai akal untuk tak melakukan itu.
Saat ini suara angin kembali mendominasi. Doyoung yang fokus melihat ke arah depan, dan Aurel yang masih menahan malu. Sekarang ia menyesal karena tidak memilih Yuta.
Motor matic itu perlahan berhenti. Aurel bergegas turun. Ia ingin langsung berlari ke dalam rumah, namun dirinya harus terlihat biasa saja saat ini.
"Ini rumah lo?" Doyoung menatap rumah minimalis di hadapannya.
"Iya, makasih."
Hendak Aurel berlalu pergi jika saja ucapan Doyoung tak membuatnya kesal sekaligus malu.
"Lain kali bilang kalau mau kentut. Gue kaget tiba-tiba ada getaran angin melanda."
Aurel menatap Doyoung datar. "Apaan sih? Gak lucu," ucapnya lalu pergi seolah tak terjadi apa-apa.
Doyoung hanya menatap punggung perempuan itu dengan senyuman yang sulit diartikan. Padahal di belakangnya Aurel mati-matian untuk tidak memaki saat itu juga.
"Anjir! Bisa-bisanya gue melakukan hal bodoh!"
•••
Malam ini terasa begitu dingin. Aurel yang sedang berjalan sendirian pun mengeratkan jaket yang ia kenakan. Hembusan angin begitu menusuk tulang, tapi ia harus tetap berjalan demi sebungkus nasi goreng yang ia idam-idamkan sejak sore tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Friend(s) | JJH
FanficBertahan dengan pasangan yang posesif sudah biasa. Bagaimana jika harus bertahan dengan sahabat yang posesif? Apakah akan membuatmu terjebak dalam zona nyaman? Atau justru malah mendorongmu jatuh ke dalam jurang keterpurukan? "Jangan coba-coba berte...