Dilema

1 0 0
                                    

Anagram #8

Sesampainya di rumah, Dira masih sibuk mengecek ponselnya. Ia belum juga mendapat pesan balasan dari Rendra, sementara berkali-kali ia mencoba menghubungi nomer tersebut pun tak pernah diangkat. Ia menunggu balasan dengan gelisah, ia ingin menuntut penjelasan dari sikap Rendra yang mencurigakan akhir-akhir ini. Ia sudah merebahkan diri di tempat tidur, namun matanya tetap menolak untuk terpejam. Pukul 00.15, jam di ponselnya menunjukkan waktu saat ini, ketika ia hendak meletakkan ponselnya karena bosan mneunggu, terdengar dering pesan masuk. Nomor Rendra, ya, dia membalas pesannya. “Kopihitam Cafe. 19.00” Dira membaca pesan masuk di layar ponselnya. Kemudian ia membalas “Lo kenapa sih Ren? Gw telepon ga pernah lo angkat. Ganti nomer pula. Lo udah denger tentang Agnes kan? Lo harus jelasin semua ke gw Ren.” Dira mengetik dengan kesal. Namun seperti yang ia perkirakan, tak ada balasan lagi dari Rendra. Ia pun memilih untuk tidur pada akhirnya.
Dira mengirim pesan kepada Tia keesokan harinya, ia harus selalu punya rencana cadangan, pikirnya “Tia, hari ini gw mau ketemu Rendra. Tolong banget kalau gw ga ngabarin lo dalam 30 menit setelah kabar kalau gw udah sampai cafe nanti. Tolong segera telepon polisi.” dan pesan pun terkirim. Tak lama,ada panggilan masuk dari Tia “Eh, Ra.. maksud lo apa sih tiba-tiba ngomong gitu? Terus apa hubungannya lagi sama Rendra dan panggil polisi?” berondong Tia dengan banyak pertanyaan-pertanyaan. “Ssssttt,,ehhh,, gw lagi kerja Ti, udah pokoknya gw minta tolong itu aja ya. Please kali ini aja lo dengerin gw tanpa tanya. Nanti kalau udah selesai, baru gw akan jelasin.” ujar Dira dan kemudian segera menutup telepon, karena ada seseorang yang mengetuk pintu ruang kerjanya. “Huuuffthh,, baiklah. Mari kita mulai bekerja hari ini.” ujar Dira memeberi semangat pada dirinya sendiri. Hari ini, walaupun Dira bekerja dengan semangat, tapi tak dapat dipungkiri kalau dia sangat gelisah menunggu waktu janji bertemu nanti malam. Ia sudah siapkan semua rencana jika hal buruk terjadi padanya. Tapi ia yakin, bisa apa sih seseorang melakukan hal jahat di tengah-tengah keramaian orang & tempat seperti cafe?
Sesampainya di tempat mereka bertemu, Rendra belum terlihat batang hidunganya sama sekali. Sambil memesan minuman, Dira mencoba membaca-baca majalah yang tersedia di cafe tersebut. Tak lama pelayan datang mengantarkan pesanan Dira tersebut. Tiba-tiba seseorang datang menghampirinya. Perawakannya seperti Rendra, tapi ia mengenakan jaket biru lengkap dengan penutup kepala yang disematkan di kepalanya, membuat Dira tak bisa melihat begitu jelas bagaiamana wajahnya. “Rendra?”tanya Dira meyakinkan. “Ra, denger, ge ga bisa lama-lama di sini. Jadi sebisa mungkin gw akan jelasin secara singkat ke lo ya.” suara Rendra terdengar bergetar. Tak sengaja ia menyenggol jatuh majalah yang sedang dibacanya hingga terjatuh. “Wait.” ujar Dira sambil berusaha meraih majalah yang terjatuh di lantai. Kemudian secara mendadak, terdengar suara teriakan disusul suara tembakan yang berasal dari pintu masuk. Ketika Dira mendongak, dilihatnya wajah Rendra yang pucat pasi, seperti orang ketakutan. “Lo harus ke rumah gw Ra, temui ibu gw, ini pegang.” Rendra menyelipkan sesobek kertas ke dalam tas Dira yang kebetulan bertengger di atas meja. Kemudian Rendra segera lari melalui pintu lain. Si pemilik suara yang berteriak tersebut menghampiri meja Dira, itu Chandra. Lengkap dengan setelan sporty nya yang menarik, pistol masih terangkat di tangannya, dengan mocnong menghadap ke langit-langit. “Polisi. Tolong jangan ada yang bergerak.” ia masih sibuk mengomandokan orang-orang di dalam ruangan itu. “Dira, kemana Rendra?” tanyanya. “Eh, apa? Dia sudah pergi.”jawabnya menunjuk pintu belakang. Chandra segera menyuruh anak buahnya mengejarnya. Sementara Dira masih menatapnya penuh tanya. “Kamu gapapa kan? Kamu terluka?”tanya Chandra dengan mata penuh iba. Dira menggeleng.”Ada apa ini sebenarnya?”tanya Dira. “Aku antar kamu pulang ya, nanti aku jelaskan di perjalanan. Biar nanti motormu aku suruh anak buahku aja yang antar.” jelas Chandra. Dira terpaksa menurut kemauannya, karena ia sangat butuh penjelasan dari Chandra.

AnagramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang