Anagram #3
Hari ini Dira sangat sibuk, hampir enam sampai tujuh karyawan yang bolak-balik ke tempatnya untuk sekedar memeriksa keluhan pusingnya atau meminta saran mengenai kesehatannya. Sebagai tenaga medis yang dipekerjakan di sebuah kantor, memang ada tantangan sendiri baginya, dibandingkan bekerja di rumah sakit. Tapi ah, ini satu-satunya cara dimana dirinya bisa membagi waktu dengan baik antara pekerjaan, keluarganya, serta rumah singgah. Saat tiba waktunya pulang, ia segera membereskan bawaanya & segera menuju parkiran untuk segera ke rumah singgah. Sesampainya di rumah singgah, ada Agnes yang sedang mengajari para penghuni pelajaran merajut. Dira tersenyum melihat mereka, namun tidak segera bergabung, karena hari ini ia pulang lebih cepat dari biasanya, sehingga waktu makan malam belum tiba, ia berniat membantu Bi Isni di dapur. Bi Isni, wanita paruh baya yang mereka sewa untuk membantu pekerjaan rumah di sini.
“Halo Bi,, “ sapa Dira. “Eh, Neng Dira, tumben udah sampai.”balas Bi Isni. “Iya nih Bi. Lagi masak apa hari ini?”ujar Dira tertarik pada aroma masakan yang sedang dimasak Bi Isni, yang membuat liurnya hampir menetes. “Ini sop ayam sama perkedel neng, ada sambal terasi juga.”jawabnya.”Wah, saya bantu apa nih?”tanya Dira. “Ini neng tolong ulekin sambalnya ya, Bibi mau buang sampah dulu sebentar.” ujar Bi Isni. “Siap, 86.” jawab Dira langsung menggeloyor menuju tumpukan cabai yang siap dieksekusi. Bi Isni segera memberekan sampah yang berserakan di dapur, memungutnya, dan menyatukannya di dalam kantong plastik, kemudian membuka pintu belakang untuk membuangnya di bak sampah besar yang terletak di pojok halaman belakang rumah. Semua sampah yang ada di bak tersebut, nantinya akan diambil oleh petugas kebersihan sekitar 3-4 hari secara rutin.
“AAAAAAAAAAAAA” tiba-tiba terdengar teriakan dari arah halaman belakang. Dira kaget & terkesiap, suara Bi Isni, pikirnya. Tanpa pikir panjang, dirinya langsung melesat menuju Bi Isni. Cahaya lampu taman yang temaram, menghalangi pandangannya. Ia hanya bisa melihat Bi Isni yang masih terpaku di depan bak sampah, sambil menutupi matanya dengan tangan. Dira mendekati bak sampah perlahan-lahan, ada rasa takut & ragu menghinggapinya, tapi rasa penasarannya mengalahkan ketakutannya. Di dalam bak sampah, ada kardus yang terlihat masih bagus & berisi. Dira pelan-pelan melongok isinya & langsung spontan ikut menjerit. Para penghuni rumah singgah menyusul menuju halaman belakang secara berduyun-duyun. Dira mundur perlahan sambil menutup mulutnya untuk menahan keinginannya muntah. Tapi akal sehatnya segera kembali mengambil alih. “Mundur.”ujarnya kepada yang lain. “Ayo, ayo, masuk lagi. Tia, tolong bawa mereka ke dalam.” ujarnya kepada Tia yang sedari tadi masih bingung. Tapi ia mengangguk mengiyakan & membawa para penghuni rumah singgah untuk mengajak mereka kembali masuk. Agnes menghampiri Dira & ikut mengecek isi kardus itu. Ia pun sangat terkejut karena melihat kardus yang berisikan potongan tubuh manusia, lebih tepatnya seorang wanita. “Dira langsung hubungi polisi sekarang. Jangan ada seorang pun yang mendekat ke sini ya, dan tolong bawa Bi Isni masuk juga.” ujar Agnes. Dira segera melakukan yang Agnes perintahkan, ia yakin, Agnes lebih tahu apa yang harus dilakukan, mengingat dia sudah sangat berpengalaman mengenai hukum & kasus-kasus kriminal. Dira segera mengeluarkan ponselnya begitu sampai di dalam, dan menghubungi polisi. Dirinya berharap hal ini tidak akan ada hubungannya atau mengakibatkan hal yang buruk pada rumah singgah ini, terlebih pada para penghuninya.
Hanya berselang beberapa belas menit, polisi datang. Mereka segera menghambur menuju halaman belakang. Sebelumnya, baik Dira, Tia, & Agnes sudah meminta agar penghuni rumah yang lain segera masuk ke kamar masing-masing, terkecuali jika nanti polisi menginstruksikan lain. Seorang pria muda berparas tampan, bertubuh ideal, dengan jambang yang menghiasi dagunya. “Chandra, komandan yang menangani kasus ini.”ia memperkenalkan diri sembari mengulurkan tangannya kepada Dira. Dira menyambutnya hangat “Dira. Saya & teman saya Agnes & Tia, pendiri rumah singgah ini.” ujarnya sambil memperkenalkan kedua teman-temannya. “Mohon jangan ada yang mendekati TKP ya.”katanya lagi. “Iya Pak, kami sudah mensterilkannya sejak tadi, tak ada orang yang kesana lagi, bahkan kami.”jelas Agnes. Chandra segera menyusul anggota lainnya ke halaman belakang. Ia menyuruh anak buahnya untuk memastikan agar tim forensik segera datang. Kemudian ia segera kembali menemui Dira dan teman-temannya. “Saya minta tolong Anda menceritakan untuk menceritakan kronologi kejadian penemuan ini secara runut.”katanya kepada Dira. Dira mengangguk & mengajak Chandra masuk & duduk di ruangan administrasi mereka. Chandra mengeluarkan catatan & ponselnya. “Saya rekam percakapan ini untuk keperluan penyelidikan ya Bu.” jelasnya lagi. Dira mulai menceritakan kejadian saat ia pertama kali masuk ke rumah ini tadi sore sepulang kerja hingga akhirnya ia mendengar teriakan Bi Isni & melihat sendiri kardus mengerikan itu. Chandra berterima kasih dan meminta tolong Dira untuk memanggilkan saksi lain, seperti teman-temannya & Bi Isni. Saat keluar ruangan, rombongan tim forensik telah datang, begitu selesai memanggil Bi Isni untuk masuk ke ruangan untuk ditanyai, ia mencoba melihat kegiatan yang berlangsung di halaman belakang melalui jendela dapur. Sesaat kemudian, ada seseorang yang menepuk pundaknya dari belakang. Dira agak terkejut dan segera menengok untuk melihat siapa pelakunya. Dan Ia kembali terkejut untuk kesekian kalinya “Rendra,,” pekik Dira. “Bagaimana--”ujarnya terputus. Rendra tesenyum sambil menunjukkan seragam yang dikenakannya “Tim forensik.” katanya tersenyum lebar. Dira ingin sekali memeluknya karena rasa rindu yang tiba-tiba membuncah, tapi seketika ia pun teringat masa lalunya, yang mengurungkan niatnya. Sebagai gantinya ia hanya tersenyum. “Baiklah, nanti kita ngobrol lagi ya.” Rendra mengedipkan sebelah matanya sambil berlalu menuju halaman belakang.[Continue]
KAMU SEDANG MEMBACA
Anagram
Misterio / SuspensoKasus pembunihan berantai terjadi di sebuah rumah singgah, dan korbannya adalah semua wanita yg pernah atau sedang tinggal di sana. Apakah ada kaitannya dengan rumah singgah? Bisakah Dira memecahkan kasus pembunuhan tersebut sebelum dia menjadi korb...