Rahasia

0 0 0
                                    

Anagram #4

Hari ini Dira tidak bisa fokus pada pekerjaanya. Pikirannya campur aduk. Memang dia tidak melihat dengan jelas isi di dalam kardus itu, tapi sepotong tangan yang menonjol saja bisa membangkitkan rasa ingin muntahnya begitu teringat kembali. Dia berharap, siapapun pelakunya agar segera tertangkap. Sadis. Itulah yang ada di pikirannya. Namun apa motif dibalik dibuangnya potongan tubuh tersebut di halaman belakang rumah singgah lah yang lebih mengacaukan pikirannya. Karena jarak terdekat dari TKP kah, atau memang pembunuhnya memiliki motif lain. Ia mencoba menerka, musuh atau orang-orang yang tidak suka dengan rumah singgah memang banyak, terlebih lagi para suami yang telah melakukan KDRT yang menguntit istrinya yang datang ke rumah singgah. Tapi apa iya mereka nekat melakukannya? Atau apa? Ah, dia merasa lelah memikirkannya terus-menerus. Untungnya hari ini hanya ada beberapa karyawan yang keluar masuk ruangannya. Ia menatap ponselnya, kemudian menghubungi Tia. “Hallo Ti, gimana? ada perkembangan kasus kemarin?”tanya Dira. “Polisi masih bolak-balik ke sini Ra, belum terendus awak media sih, tapi gw yakin sebentar lagi pasti mereka langsung berkerumun di sini. Gw khawatir aja, kerahasiaan rumah singgah ini jadi meleber kemana-mana.” ujar Tia diseberang telepon. Dira menghela napas panjang. “Dan yang lebih bikin gw shock Ra, lo tahu siapa korbannya? Mayang, Ra. Mayang Dianasari.”ujar Tia. Hati Dira mencelos, pikirannya berkelana ke beberapa bulan lalu. Mayang. Seorang wanita cantik berumur 20-an yang memiliki masa lalu kelam seperti dirinya. Mayang, si gadis periang yang memiliki pancaran mata yang selalu bersinar dan rambut ikal yang memesona. Mayang, yang pernah tinggal di rumah singgah hampir 1 tahun lamanya. Karena Ia telah diterima kerja menjadi seorang admin gudang di sebuah apotek milik sebuah  kelurga & diminta untuk tinggal di dekat apotek, Mayang memohon diri untuk keluar dari rumah singgah. Ia masih tak percaya, gadis itu harus meregang nyawa secara mengenaskan seperti itu. “Ra,,ra,,lo gapapa kan?” tanya Tia di ujung telepon. Dira kembali bangun dari lamunannya. “Iya, gapapa Ti, gw cuma shock banget aja dengernya.”jawab Dira.  “Iya, nanti gw update lagi ya kalau ada hal-hal penting. Gw harus ketemu sama Pak Samad dulu untuk ngatur pemindahan sementara warga rumah singgah di rumah milik beliau. “ tutup Tia. Dira ingat, Pak Samad, pria baya baik hati yang kaya raya, ia menjadi salah satu donatur tetap rumah singgah, dan bersyukurlah Dira karena beliau mau membantu menampung warga rumah singgah di salah satu rumah miliknya.
Sepulang kerja, dirinya segera menuju rumah singgah, di sana telah berkerumun sekelompok  wartawan, jurnalis, & kameramen. Belum lagi warga sekitar yang penasaran, seperti manusia yang tumpah ruah. Ia bersusah payah menyibakkan kerumuman itu, dan akhirnya berhasil masuk ke dalam rumah singgah. Di sana ia sedang melihat Agnes sedang mengobrol asik dengan Chandra, komandan tim penyidik kasus ini. “Hai Ra.” sapa Agnes. Dira mengangguk. Dan seketika ia merasakan pening yang amat sangat di kepalanya, dan kemudian semua yang ada di pandangannya menjadi buram. Dira terbangun di atas tempat tidur, dilihatnya Chandra sedang duduk di sampingnya. “Kamu baik-baik saja?” katanya. Wajahnya tampak khawatir. “Tadi tiba-tiba kamu pingsan.” ujarnya. Dira tampak malu, selain karena dirinya yang tiba-tiba pingsan, tapi juga karena diperhatikan lelaki sesempurna Chandra. Dira tersenyum.”Maaf ya ngerepotin.”jawab Dira pelan. kemudian saat dirinya hendak bangun, Chandra tiba-tiba mencegahnya, ia memegang lengan Dira. “Tunggu, kamu jangan bangun dulu, istirahatlah dulu saja.”katanya. Reaksi Chandra yang spontan mencegahnya itu membuatnya kaget sekaligus malu. “Eh tapi,, saya gapapa kok Pak.” jawab Dira. “Panggil saja dengan nama saya.”katanya sambil tersenyum. Agnes kemudian masuk membawa segelas air hangat. “Minum dulu nih Ra.” Agnes menyodorkan gelas kepada Dira. Setelah minum air hangat, Dira ingat bahwa semalam ia baru bisa tertidur dini hari, selain itu ia belum makan sesendok pun hari ini.

AnagramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang