2 ✎ November yang Menyakitkan

365 62 7
                                    

Pagi yang begitu menyebalkan untuk Nayara, dirinya tidak ingin keluar kamar sebenarnya hari ini. Namun sang Ibu, bahkan sampai menyewa seorang perias untuk acara khitbah yang sama sekali tidak dirinya inginkan. Bahkan, mengetahui bagaimana tampang adik dari mantan pacarnya saja, ia tidak tau.

Lengan Naya digenggam oleh sang Ibu, ketika dirinya hendak berjalan ke lantai dasar. Persis sekali, seperti seorang pengantin yang akan menduduki pelaminan. Padahal ini baru acara khitbah, yang seharusnya diadakan secara sederhana saja. Entah kenapa, kedua orang tuanya ini begitu kepingin melihat Naya menikah, padahal sudah mau punya satu cucu dari Yudha dan Sandra.

Manik Naya akhirnya menangkap presensi seorang lelaki yang akan meminangnya itu. Sama, laki-laki itu juga tidak kalah terkejutnya dengan dirinya. Arjuna Danendra, pria yang dua hari lalu ia temui di taman sehabis mengajar. Naya mengernyit, bagaimana bisa Arjuna itu adalah adik dari mantan pacarnya.

"Ardi, sebenarnya ini keinginanmu yang menikahkan kedua anak kita. Padahal, anak ini sedikit merepotkan, dan saya harap Nayara masih mau menerimanya. Kalau tidak, saya tidak memaksanya".

Ardi duluan mencela, "Waduh ... pasti Naya ini mau menerima anak Pak Hasan yang tampan ini. Lihatlah, dirinya bahkan tidak ketara memiliki kekurangan."

Hasan tersenyum kecil, "Iya, memang. Karena dia anak kami, makanya parasnya saja yang tampan, tapi cacatnya yang buat keluarga kami malu selama dua puluh tahun ini."

Ardi tertegun sejenak, kalimat Hasan sedikit begitu kasar di depan anaknya sendiri. Namun, Ardi masih mengeluarkan senyum manisnya, "Jangan begitu, Naya ini juga seorang guru untuk anak-anak spesial seperti Arjuna, dia sudah begitu pandai menghadapi."

Naya menatap sinis sang Ayah yang meninggikan sekaligus tengah menjatuhkan dirinya sendiri, "Pa ... aku nggak mau menikah buru-buru kayak gini."

Hasan menepuk pelan bahu Ardi, "Yasudah, kita lanjutkan saja acaranya, saya tidak nyaman berada bersama anak ini terlalu lama."

Arjuna tidak begitu memikirkan perkataan sang Ayah yang menyakiti hati, dirinya lebih terfokus pada cantiknya Naya dengan riasan. Naya itu cantik meski tanpa riasan, namun jika dirias begini kecantikkannya menambah begitu banyak. Sayangnya, tidak sedikitpun Naya kembali menatap pada Juna, gadis itu seakan masih tidak peduli.

Kenyataannya, Naya malah memandangi seorang laki-laki yang datang bersama istrinya. Istri laki-laki itu tengah berbincang dengan kakak iparnya, namun Naya tetap sedikit tidak suka. Naya memandangi Wira dari jarak yang sedikit jauh. Benar, dulu mereka bahkan sedekat nadi, sekarang bahkan memandang Naya saja, Wira tidak sempat.

"Andai dulu kakak nggak selingkuh sama cewek itu, kan kakak yang khitbah aku sekarang." Naya menunduk sembari membatin.

Air mata Naya sudah hampir mengalir, namun sekuat mungkin gadis itu tahan. Dirinya tidak mungkin menangis di prosesi yang harusnya membahagiakan ini. Mungkin, ayahnya benar menikahkan dirinya dengan seseorang, ketimbang membiarkan si Gadis rapuh ini terjebak dalam masa lalu. Tapi, jangan dengan adiknya juga sebenarnya.

.



.



.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bentala Milik JunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang