02

6 2 4
                                    

Sai menatap tajam Nala, baru pertama kali ia melihat Nala yang manja menampar orang lain.

"Sai sakit."

Disa memulai perannya sebagai orang yang tertindas.

Sai melirik Disa, ia tersenyum lalu menepuk bahu Disa pelan untuk menangkan nya. Lalu melirik Nala.

"Ikut gue!"

Sai menarik paksa tangan Nala membuat dirinya meringis sakit belum lagi memar di lututnya.

Sesampainya di taman sekolah yang cukup sepi karena jam istirahat ramai di kantin.

"Atas dasar apa lo nampar Disa?!"

Nala tidak bisa di bentak ataupun di marahi dengan keras seperti ini, matanya mulai berkaca-kaca menahan rasa takut.

"Di-dia bilang kalau ayah pembunuh ...."

"Terus?"

"Dia juga bilang kalau gue anak pembunuh hiks."

Sai menarik Nala ke dalam pelukannya, ia memenangkan temannya itu yang sudah mengisi hatinya selama bertahun-tahun. Sai juga sebenarnya tidak suka jika melihat cewek kasar seperti Nala yang menampar Disa tadi.

"Gue ngerti perasaan lo, tapi enggak harus menampar. Sekarang lo minta maaf sama Disa ya?"

Nala tersentak, bagaimana ia mau minta maaf sedangkan ia tidak salah. Nala menggeleng pelan dalam dekapan Sai.

"Kenapa?"

"Gue enggak mau minta maaf. Gue enggak salah Sai, Disa yang salah."

Sai melepaskan pelukannya dan menatap Nala lekat.

"Gue tau. Tapi maaf itu bukan siapa yang salah dan siapa yang benar. Jadi lo minta maaf ya kan lo udah nampar dia tadi. Kasihan Disa,"

Nala berdecih separah itukah tamparannya tadi sampai Sai mengasihani Disa.

Sedangkan Sai ia hanya tidak ingin Nala di ganggu oleh siapapun apalagi tamparan tadi di depan banyak murid, bagaimana jika ada yang mengolok-olok Nala. Sai tidak bisa melihat itu jika sampai terjadi.

Padahal tanpa Sai tahu pun, Nala sering di ganggu Disa dan teman-temannya.

"Gue tetap enggak mau!"

"Iya-iya oke. Tapi kalau ada apa-apa kasih tau gue. Gue takut lo kenapa-kenapa."

Nala semakin menahan tangisnya. Ia bisa saja memberi tahu Sai jika dirinya sering di ganggu Disa jika sendirian tapi jika melihat situasi seperti ini, ia takut Sai tidak percaya toh saat ini saja ia di paksa untuk meminta maaf kepada Disa.

**

Sai dan Nala sedang makan di kantin. Setelah perdebatan kecil di taman tadi mereka memutuskan untuk makan terlebih dahulu sebelum bel masuk.

"Sai gue ke toilet dulu kebelet banget nih!"

Sai mengangguk sambil tertawa gemas melihat tingkah lucu Nala.

Di jalan menuju toilet Nala sempat berpapasan dengan Disa dan teman-temannya.

**

Sudah sepuluh menit tapi Nala belum kembali juga dari toilet padahal lima menit lagi bel masuk akan berbunyi. Tidak ingin menunggu lagi Sai menyusulnya ke toilet.

Sai menyusuri koridor sekolah menuju toilet sambil memainkan ponselnya membuat dirinya terlalu tidak fokus dengan ada yang di depannya.

Byuurr!!!

Reflek Sai mengalihkan pandangannya ke depan. Ia melihat Nala dan Disa dengan dua teman Disa. Yang membuatnya terkejut adalah Disa sedang dalam keadaan basah kuyup duduk di lantai, sedangkan Nala berdiri membelakanginya. Kejadian ini nampak jelas jika Nala baru saja menyiram air kepada Disa menggunakan ember yang tergeletak tidak jauh dari Nala.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AKHIR PENYESALAN komplit (proses revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang