© Τρία {Tría} ©

425 59 50
                                    

Yoo, saya Up lagi^^
Sorry banget kalo ceritanya bosenin buat kalian hehe...
Jangan lupa tekan Bintang yaaa....
Ramaikan komentar juga, hehe...
See you~























~JanganLupaFollowAkunSaya~
~HappyReading~
































"Kami juga... Harus pindah, aku harus ke Jeonju..." lirih Sungjae, "dan aku harus ke Seoul..." lanjut Daeni. Samuel menoleh ke samping dimana sang sepupu duduk, alisnya terangkat sebelah. 'Aku tahu apa yang akan terjadi selanjutnya,' batin Samuel,

Dalam sekejap tubuh Haechan juga Glory menegang, apa ini?

JDERRRRR!!!

Terdengar petir menyambar Laut.

.
.
.

Perlahan Netra Haechan berubah ke warna asal, Perak mendekati Abu, semua orang yang ada di meja sedikit panik.

"Pa-pangeran... Tolong tenang!" seru Glory, "Haechan tenanglah dulu," timpal Daeni juga Sungjae. Namun petir yang menyambar semakin banyak. Cuaca berubah mendung, ombak di lautan tidak terkendali.

Plak.

"Berhentilah membuat keributan, otak ubur-ubur!" serunya saat menggeplak belakang kepala Haechan, anak itu tersadar, perlahan keaadaan kembali menjadi normal.

Para pengunjung yang berlari histeris kembali bersikap biasa walau dengan terburu meninggalkan tempat kejadian. Mereka menghela nafas. "Kapan kalian berangkat?" tanya Haechan lirih,

"Aku minggu depan..." jawab Sungjae, "kalau aku bulan depan," sambung Daeni.

Haechan mengangguk mengerti, "kita masih punya waktu. Kalian tidak akan mendadak pergi kan?" takut Haechan, keduanya menggeleng.

"Terimakasih! Ayo, kalian berkunjung ke rumahku!" pekik Haechan senang, "maaf Pangeran, tapi... Yang Mulia Raja dan Ratu pasti..."

"Tidak! Aku sudah mendapat izin kemarin hehehe," potong Haechan, "pertanyaannya adalah bagaimana cara mereka bernafas dalam air bodoh!" Samuel berkata malas. Terkadang sepupunya ini bahkan lebih bodoh dibanding Hiu yang hanya tahu bertarung.

"Benar, kau ingin kami kehabisan nafas?" Sungjae menyahut malas walau tak ayal jantungnya berdegup, ia sedikit gugup.

Daeni pun sama, jika Dave masih ada di sini dia sudah pasti menjadi yang paling bersemangat, mereka selama ini hanya mendengar cerita bagaimana keadaan bawah Laut dari Haechan dan Glory.

Yang katanya Kerajaan mereka ada di dasar Laut dan tidak akan tampak pada orang biasa, katakanlah Ghaib. Ada semacam Barrier penghalang yang melindungi Kerajaan bawah Laut.

"Kalian tinggal makan rumput ini dan kalian akan bisa berenang di Lautan," dengan bangga Haechan menunjukkan sebuah rumput laut, mata Samuel mau tak mau melebar. "Rumput Laut Purple! Dari mana kau mendapatkannya bodoh!" jeritnya tak sadar.

"Eh, itu Rumput Laut?" ragu Sungjae, "Kenapa berwarna ungu?!" Daeni sudah memekik penasaran. "Pangeran... Jangan bilang anda mencabut Rumput itu di kamar Yang Mulia Raja..." keluh Glory yang sedikitnya lelah akan sikap masa bodoh Haechan.

"Tidak, ini memang Bunda yang ngasih dan katanya Bunda mau ngundang makan malam," tutur Haechan membuat dua anak manusia di sana saling pandang, "Err... Apa kami akan di marahi?" cicit Daeni, ingatlah Haechan selalu bercerita betapa galak dan mengerikannya Ratu Bawah Laut itu. Apalagi jika ia pulang terlambat.

Prince of the Ocean | Πρίγκιπας του Ωκεανού |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang