"Tapi kamu pengen kan?"
•
•
•
•
•Mereka terus bercerita, membuat lelucon, saling mengejek satu sama lain, bahkan saling memuji.
"Meta.." panggil Bright seraya mengelus pucuk rambut Metawin.
"Hng?" Metawin menoleh menatap mata tajam milik Bright dengan gerakan yang sangat menggemaskan.
Bright yang gemas melihat kelakuan Metawin pun langsung mencubit pelan kedua pipinya yang sedikit berisi itu.
Meskipun mereka baru saja bertemu dan kenal sekarang, tapi rasanya mereka seperti sudah lama saling kenal.
"Meta tau ga, kalau Meta itu lucu, pintar, baik, gemesin. Kak bright suka."
"E-emang Meta pintar kah? Tapi kata anak-anak di sini sama ibu panti, Meta itu bodoh. Jadi ibu panti ga masukin Meta ke SMP." Katanya seraya menunduk menyembunyikan air matanya yang hampir keluar.
Bright yang terkejut mendengar pernyataan Metawin pun merasa kasihan kepada pria manis yang tengah berada di sampingnya itu.
"Meta, kak Bright mau lihat muka Meta boleh ga?"
Metawin hanya menggeleng. Tapi isakannya bisa Bright dengarkan.
"Meta kok nangis? Sini cerita sama kak Bright. Ayo mukanya tunjukin sama kak Bright."
Metawin masih saja enggan menjawab, hanya gelengan kepalalah yang menjadi jawabannya.
Bright yang tak tega pun langsung saja merengkuh pinggang ramping Metawin supaya lebih dekat untuk dipeluk.
Bright hanya bisa mengucapkan kata penenang supaya pria manis itu berhenti menangis.
"Meta anak baik, Meta anak pintar, Meta kesayangannya kak Bright, Meta bahagia terus ya. Kak Bright sayang sama Meta. Meskipun kita baru kenal, tapi kak Bright nyaman sama Meta, kak Bright suka sama kelakuan gemas Meta." Begitulah sekiranya yang bisa Bright lontarkan untuk Metawin. Kata-kata itu Bright ucapkan secara tulus.
Bukannya mereda, Metawin malah semakin terisak. Bright hanya bisa membiarkan Metawin menangis diperlukannya. Seberapa lama pun Bright akan terus memeluk tubuh Metawin dan mengusap-usap punggung Metawin dengan lembut.
Mungkin sekarang Metawin hanya perlu sandaran untuk dirinya menumpahkan segala kelelahannya.
Setelah dirasa cukup, Metawin segera melepaskan pelukannya dari tubuh Bright.
"Mm... Kak.. Meta minta maaf malah nangis di pelukan kakak."
Bright menghapus jejak air mata yang masih berada di pipi Metawin menggunakan ibu jarinya.
Tanpa aba-aba bright langsung mengecup pipi Metawin. Metawin yang diperlukan begitupun, mukanya tiba-tiba saja langsung
menjadi merah padam seperti kepiting rebus.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My World
Roman pour AdolescentsTak banyak yang harus diceritakan. Hanya menceritakan tentang kehidupan seorang mahasiswa yang sering terkena pembullyan di kampusnya. Sampai akhirnya dia dipertemukan kembali dengan seorang dokter psikolog yang dulunya merupakan teman kecil Metawin...