George Maximilian Ararya Handoko (Max) / 30th
Gabriella Angela Dinaya Sastranegara (Angela) / 29th
***
"Gabriella,"
Perempuan berambut coklat gelap itu langsung menoleh sambil tersenyum hangat. "Kenapa, Bu?"
"Terima kasih ya sudah bantu kami sampai larut."
Angela melebarkan senyumnya dan menepuk lembut punggung tangan perempuan paruh baya di depannya. "Bukan apa-apa kok, Bu."
"Saya juga senang bisa meluangkan waktu di sini."
"Anak-anak pasti suka dengan dekorasi natal mereka tahun ini, Gabriella."
Angela lagi-lagi tersenyum. Walaupun bukan membantu mengerjakan pekerjaan yang berat, ia cukup senang karena ikut terjun langsung membantu menyiapkan perayaan natal di gereja ini besok, khusus anak-anak.
"Semoga mereka suka," gumam Angela.
"Saya pulang dulu ya, Bu? Kalau luang nanti saya ke sini lagi."
Setelah itu Angela langsung berjalan masuk ke dalam mobilnya.
Sesuai SOP yang berlaku, mobil yang membawa Angela diapit dua mobil di depan dan belakang yang berisi bodyguard nya.
"Nona Angela, kegiatan hari ini sudah dilaksanakan semua, dan saatnya berisitirahat."
Angela menoleh dan mengangguk sambil tersenyum hangat. "Makasih ya, Ajeng."
"Aku mau tidur dulu sebentar," lanjut Angela memberi tahu.
Anggukan Ajeng menjadi awal dimulainya keheningan sepanjang jalan itu.
***
"Max..."
Maximilian namanya. Laki-laki dengan nama belakang Handoko yang kini tengah sibuk meniduri perempuan di bawahnya.
Siapa?
Max juga gak ingat siapa namanya. Yang laki-laki itu ingat, perempuan asing ini menggodanya, dan Max dengan besar hati tentu menerima.
"Fuck!" Erang Max setelah melampiaskan nafsunya.
Laki-laki itu berguling dan mengatur napasnya dalam diam setelah membuang kondom bekas yang baru ia pakai. Kemudian tangannya mengotak-atik handphone membuka sebuah aplikasi.
"How much?" Tanya Max santai.
"What?"
"Your price."
Perempuan yang tadi tersenyum lebar setelah bermain dengan Max kini langsung menunjukkan wajah terhina. "I'm not a slut."
"Then what?" Bingung Max. "Please get out of here, I need to sleep."
Perempuan di sebelahnya itu masih diam, enggan menuruti ucapan Max yang tanpa sengaja merendahkannya.
"And I hate having someone sleeping on my bed," tegas Max.
Perempuan itu menghela napas dan langsung beranjak sambil memunguti bajunya. Dalam diam menahan sakit hati karena harapannya terlalu tinggi, Max cuma membutuhkannya untuk ditiduri sekali.
"Iya, halo?" Jawab Max dalam satu kali panggilan masuk.
"PA kamu sudah dapat tiket pesawat. Besok jam enam pagi. PST. Papa mau kamu sudah di rumah untuk Christmas Eve dinner."
Max mengangguk kecil tanpa sadar setelah mendengar ucapan ayahnya. "Oke, Pa. Max nanti hubungi Arman aja untuk detailnya."
"Good."
"Max tutup ya, Pa? Udah midnight di sini, Max takut telat."
"Oke, Papa tunggu kamu di Indonesia."
Setelah sambungan telepon terputus, Max langsung menggeram, sebal karena ayahnya memilih penerbangan terlalu pagi untuknya.
Tapi Maximilian gak bisa membantah.
Apapun yang orangtuanya inginkan, harus Max laksanakan.
###
Catatan kakiku:
Halo aku datang bawa cerita baru!
Seperti biasa, ini ditulis dulu supaya gak lupa ajaa hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Things I Wish I Knew Before Marrying An Angel
Fanfiction(Series #16 Handoko & Sastranegara) Dijodohkan dengan Maximilian adalah rencana hidup yang paling Angela sesalkan.