9. Tie The Knot

1.3K 286 39
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Dua minggu yang lalu.

"Nona sebenarnya gak perlu ikut survey kamar hotel untuk tamu-tamu nanti," ucap Ajeng yang berjalan di sebelah Angela.

Angela tersenyum lebar dan menoleh pada asisten pribadinya itu. "Tapi ikut juga boleh kan?"

"Boleh, Nona..." gumam Ajeng bingung.

Tentu saja boleh. Toh kamar-kamar hotel yang disurvey ini akan dipakai untuk tamu-tamu yang akan menghadiri acara pernikahan Angela dan Maximilian dua minggu lagi.

"Jadi gak ada salahnya kan?"

Ajeng menggeleng. "Gak ada, Nona."

Keduanya kembali berjalan menyusuri koridor yang sepi bersama dua pegawai hotel yang ditugaskan untuk menjamu tamunya itu. Tapi kemudian langkah Angela terhenti dengan senyum yang semakin merekah di bibirnya.

"Ajeng, itu Max kan?" tanya Angela dengan nada ceria.

Ajeng mencoba menatap laki-laki yang baru keluar dari dalam lift yang cukup jauh dari tempat mereka berdiri kemudian mengangguk. "Sepertinya iya, Nona. Itu Tuan Max."

"Ya kan!" pekik Angela. "Kamu duluan aja ke lobi, oke? Aku mau nyapa Max."

Belum sempat menjawab, Angela sudah berjalan cepat mengejar Maximilian yang hampir menghilang berbelok ke koridor lain. Dengan pasrah Ajeng meminta dua pegawai hotel itu untuk ikut dengannya kembali ke lobi dan membicarakan permintaan khusus Angela untuk para tamu yang akan menginap di sini.

Sementara itu Angela diam-diam mengikuti Maximilian. Sengaja gak mengeluarkan suara dengan niat untuk mengejutkan tunangannya itu.

Tapi beberapa saat kemudian, justru dirinya yang dibuat terkejut dan mematung di tempatnya berdiri.

Semuanya terasa cepat di ingatan Angela. Bagaimana Maximilian menekan bel salah satu kamar, kemudian seorang perempuan keluar dari sana dan mereka berciuman panas dengan Maximilian yang mendorong tubuh perempuan itu masuk ke dalam hotel.

Angela gak perlu menunggu terlalu lama untuk memastikan apa yang Maximilian lakukan.

Perempuan itu belum pernah merasa begitu kecewa dan marah pada seseorang sampai ia merasakan tubuhnya bergetar entah menahan apa.

Angela terbiasa hidup disayangi, dijadikan nomor satu karena dalam rumahnya hanya ada ia sebagai putri. Ia terbiasa disayangi dan dihormati. Tapi hari ini, justru tunangannya sendiri yang merusak semua perasaan itu padanya.

Dengan lemas, Angela segera berbalik meninggalkan koridor tempat ia menyadari bahwa mungkin, seorang Maximilian gak akan pernah berubah, apalagi karena dirinya.

***

Dua minggu yang lalu.

Ajeng belum pernah merasakan aura Angela yang seperti ini.

Things I Wish I Knew Before Marrying An AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang