Bintang memiliki cahayanya sendiri. Dia mampu menerangi malam maupun siang, juga menjadi pelengkap keindahan diantara bulan dan mentari.
•••Yoongi memandang Jimin yang tengah mengganti pakaian kantornya dengan kemeja biasa. Jika diperhatikan, suaminya kini nampak seperti seorang mahasiswa.
"Padahal tidak usah sampai meliburkan diri, saya bisa pergi sendiri."
Tidak menanggapi, Jimin memilih untuk menghampiri Yoongi yang duduk di pinggir ranjang mereka.
"Ini jadwal cek kandungan pertamamu bukan?"
Yoongi mengangguk, memang sejak tiga bulan lalu Yoongi baru sekali pergi ke dokter kandungan untuk memastikan kehamilannya saja, selepas itu dia belum mengeceknya kembali.
"Sesibuk apapun saya, saya akan usahakan untuk tidak melewatkan menemanimu ketika cek kandungan."
Pria itu lalu meraih jemari Yoongi dan menggenggamnya erat. "Selalu hubungi saya jika terjadi sesuatu, mengerti?"
Jimin mengamati Yoongi yang mengangguk padanya, lantas dia menyentil kening itu pelan membuat Yoongi sedikit meringis.
"Bandel. Usia adik sudah tiga bulan, tapi kita baru mengecek keadaanya sekarang. Jangan di ulangi ya?" Pintanya lembut.
Seketika Yoongi terdiam, sadar betul akan kesalahannya yang kurang memperhatikan kandungannya. Saking banyaknya pikiran yang menghampiri, Yoongi bahkan lupa untuk sekedar minum susu kehamilannya.
Jimin juga menyadari akhir-akhir ini dirinya menjadi jarang memperhatikan Yoongi. Biasanya dia akan memastikan sendiri keadaan Yoongi.
Sadar diri sejak kehadiran Sunghoon, dirinya menjadi gila kerja, berpikir bahwa dengan kekayaan, keluarga kecilnya akan hidup dalam kebahagiaan.
Memikirkan Sunghoon, kesadaran pria itu kembali ditampar karena nyatanya meski serumah, Jimin jarang berinteraksi dengan anaknya itu. Dia hanya bertemu disaat anaknya belum terbangun ketika akan bekerja, dan pulang ketika Sunghoon sudah tertidur. Pria itu hanya mengetahui keadaan anaknya melalui Yoongi.
Yoongi menyentuh bahu suaminya. "Jimin, jika kau masih ada waktu, selepas kontrol saya ingin jalan-jalan. Sunghoon sudah lama ingin pergi bermain denganmu."
Jimin mengusap perut Yoongi pelan, menyapa anaknya di dalam sana. "Hari ini saya khususkan untuk kalian. Kita bisa jalan-jalan sepuasnya kemanapun. Yoon, maafkan saya, saya—"
Jimin terdiam begitu Yoongi mencium bibirnya. Hanya sebuah kecupan, tapi tetap membuatnya kaget karena tak biasanya Yoongi mau memulai duluan. Hari ini Yoongi benar-benar berhasil membuatnya kepayahan.
"Saya paham, maafkan saya juga yang tidak memperhatikan kandungan saya." Yoongi perlahan bangkit, pamit untuk membangunkan Sunghoon.
Kini mereka berada di dalam mobil, putranya itu duduk manis di pangkuan Yoongi karena anak itu menolak untuk duduk di baby car seat. Sunghoon begitu semangat ketika mengetahui papanya akan mengajaknya pergi bermain.
Sunghoon bahkan tidak protes ketika Yoongi membangunkannya lebih awal. Padahal anaknya itu biasanya sangat sulit dibangunkan, persis seperti Jimin.
Melihat putranya yang berceloteh girang, Jimin ikut tersenyum. "Sunghoonie, ada tempat yang ingin kamu kunjungi?"
"Boleh ke taman bermain Papa?" Jimin mengangguk, membuat putranya memekik heboh. "Asik!"
KAMU SEDANG MEMBACA
RIGID || MINYOON ✓
Fanfiction[Completed] Jimin dan Yoongi merasa hubungan mereka terlalu formal untuk ukuran pasangan yang sudah menikah pada umumnya. Another Cast: • SunSun • TaeKook #BL #MPREG