"Welcome to the world, baby Park."
•••Dua jam, akhirnya lampu berwarna merah itu mati. Pintu perlahan terbuka, Jimin dengan tergesa menghampiri Seokjin begitu dilihatnya.
"Bagaimana?" Panik di wajahnya tak hilang, Jimin tidak bisa tenang apalagi begitu melihat raut sang Dokter yang nampak lesu. Ada semenit Seokjin mengamatinya sebelum sebuah senyuman hadir di wajahnya.
"Selamat tuan Park! Bayinya perempuan dan sehat. Mereka berdua baik-baik saja." Jimin menarik napas lega, dia lalu menumpu tubuh pada dinding begitu kakinya terasa lemas.
"Terima kasih, Tuhan."
Mereka semua tersenyum bahagia. Jungkook menangis haru, seumur hidupnya dia tidak pernah setakut ini menunggu sesuatu. Lantas begitu pintu terbuka dan membawa kabar gembira, Jungkook tidak mampu menahan tangis bahagianya.
"Kami akan memindahkannya ke ruang rawat, setelah itu kalian boleh menemuinya."
Jantung Jimin berdegup kencang begitu perawat mendorong inkubator keluar dari ruangan Yoongi. Tanpa sadar air matanya menetes, itu bayinya. Bayi yang selama ini mereka tunggu akhirnya bisa dilihatnya. Begitu mungil, mirip seperti Yoongi. Jika Sunghoon mirip dengannya, perpaduan anak kedua mereka hampir seluruhnya menurun pada Yoongi.
Jimin tidak bisa menahan rasa haru begitu para perawat mendorong brankar yang membawa Yoongi keluar. Yoongi belum sadar, terlihat sangat pucat dengan selang yang menghiasi tubuhnya. Jimin rasanya tidak tenang.
"Yoongi melalui masa kritisnya dengan baik, dia sungguh kuat."
Seokjin mengisyaratkan pada perawat untuk segera membawa Yoongi. Dia lalu menatap Jimin. "Temui putrimu dulu, biarkan Yoongi istirahat."
Dokter itu lalu melangkah menghampiri suaminya. "Jangan lupa jemput Jiwon, sebentar lagi dia pulang sekolah. Antar saja kesini, aku rindu."
Namjoon mengangguk, mengusap kening Seokjin yang berkeringat. "Great job, mau aku belikan sesuatu?"
"Cheesecake dan lemon tea."
"Noted."
Manik itu perlahan terbuka, mengerjap beberapa kali kala sinar menusuk pandangannya. Meringis kecil begitu seluruh tubuhnya terasa sakit dan remuk. Yoongi lantas mencoba untuk duduk namun menyerah begitu rasa sakit kembali menyerang perutnya. Dia melirik sekitarnya yang sepi dan tertegun begitu menyadari perutnya tidak lagi membuncit.
"Adik..." Dengan tergesa Yoongi menarik selimutnya turun.
Suara deritan pintu membuat Yoongi menoleh, dia mendapati Jimin yang memandangnya terkejut. Dengan cepat pria itu menghampirinya dan memeluk tubuhnya erat, hingga tak lama Yoongi merasakan tetesan air mata menuruni wajahnya.
"Kenapa menangis?" Yoongi tertawa, mengusap rahang tegas suaminya lembut.
Pria itu terdiam, mengamatinya lama sebelum tubuhnya kembali ditarik dalam sebuah pelukan. "Saya takut tidak bisa melihatmu lagi."
"Maaf membuatmu khawatir."
Jimin menggeleng, lantas mengusap dahi Yoongi yang berkeringat. "Kamu sangat hebat, terima kasih sudah bertahan dan kembali dengan selamat."
Yoongi tersenyum.
"Terima kasih sudah percaya padaku juga."
Yoongi lalu menarik kain baju suaminya pelan. "Adik mana Jimin?"
"Sebentar." Pria itu melangkah keluar meninggalkannya, hingga lima menit kemudian suaminya kembali bersama seorang bayi dalam gendongannya.
"Selamat sayang, putri kita lahir dengan selamat tanpa kekurangan apapun. Dia mirip sekali denganmu." Jimin melangkah menghampiri Yoongi dan meletakkan anak mereka disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIGID || MINYOON ✓
Fanfiction[Completed] Jimin dan Yoongi merasa hubungan mereka terlalu formal untuk ukuran pasangan yang sudah menikah pada umumnya. Another Cast: • SunSun • TaeKook #BL #MPREG