"Saya tidak pernah lupa hal sekecil apapun tentangmu, apalagi hari kelahiranmu."
•••Jimin tersenyum mengamati wajah lelah Yoongi yang terlelap di sampingnya. Kadang masih tidak percaya hubungan mereka bisa sampai sejauh ini, mengingat dirinya maupun Yoongi yang sama kakunya dalam menjalin hubungan.
Jimin pikir hubungan mereka terlalu formal untuk ukuran pasangan yang sudah menikah pada umumnya.
Yoongi itu bukan tipe orang yang gamblang mengekspresikan perasaannya, begitu juga dengan dirinya, dahulu. Karena sejak tinggal bersama untuk waktu yang cukup lama, Jimin menjadi terbiasa.
Rasa tak peduli, dingin, dan tak tersentuh dalam dirinya hilang begitu saja ketika bersama Yoongi. Jimin merasa nyaman, berbeda dengan Yoongi yang terkadang masih terlihat sungkan padanya.
Jimin masih mengingat di awal tahun pernikahan mereka, Yoongi selalu menundukkan pandangannya ketika mereka berhadapan. Meminta izin padanya untuk sekedar bertanya, mengucapkan terima kasih untuk berbagai hal, dan meminta maaf untuk hal yang sebenarnya tidak Jimin permasalahkan.
"Saya baik-baik saja, Jimin." Jimin tersenyum ketika manik itu perlahan terbuka dan menatapnya. Sudah biasa, selalu seperti itu jawabannya. Tetapi Jimin tetap tidak bisa tidak khawatir.
Pria itu paham betul selelah apa Yoongi yang harus mengurus rumah dan anak mereka secara bersamaan. Terlebih Yoongi selalu menolak ketika Jimin menyarankan untuk menyewa asisten rumah tangga. Selama masih mampu, Yoongi bertekad untuk mengurus keluarga kecilnya dengan tangannya sendiri. Disaat kelahiran putra mereka pun Yoongi menolak menggunakan jasa babysister.
Jimin mengecup sekilas pelipis Yoongi. "Apa kabar hari ini? Apa Sunghoon membuatmu lelah?"
"Sunghoon anak yang pintar, Jimin."
Pria itu tersenyum, "Saya tahu."
"Bilang ya, kalau lelah?" Sambungnya.
Yoongi lalu menatap suaminya, paham benar maksud kalimat pria itu bukan hanya sekedar tentang putra mereka.
"Jimin bertanya seperti itu lagi." Yoongi merengut sebal, dia lalu menyamankan posisinya dalam dekapan Jimin. "Tugasku setelah menikah denganmu memang seharusnya begitu. Tentu lelah, tapi lelahnya saya itu lelah yang membahagiakan."
Yoongi lalu memandang Jimin yang juga tengah menatapnya. "Sunghoon hari ini aktif sekali, tidak mau di tinggal juga. Saya tadi sedikit kerepotan, tapi percaya tidak Jimin? Dia sudah mampu menghafal semua angka!"
Pria itu ikut tersenyum. "Saya percaya, Babanya kan selalu mengajarkannya dengan baik."
Yoongi berdecih kecil, menyembunyikan wajah memerahnya dalam dekapan suaminya. "Jimin juga mengajarkan Sunghoon dengan baik."
"Iya-iya, kita mengajarkan putra kita dengan baik Yoongi." Pria itu tertawa, menarik selimut pelan, lalu mengecup dahinya lama.
"Mimpi indah, sayang."
Pagi ini Jimin terbangun lebih awal sebelum Yoongi membangunkannya. Tersenyum geli begitu mendapati raut Yoongi yang menatapnya heran ketika membuka pintu kamar mereka.
"Tumben sekali."
Yoongi yang masih mengenakan ampronnya itu menghampiri Jimin dan membenarkan letak dasi suaminya, "Sudah mandi pula, apa ada urusan mendadak?"
"Tidak ada, kok."
Yoongi kembali memandang suaminya heran, pria itu sulit bangun pagi jika tidak di bangunkan, itupun memerlukan usaha yang keras. Tidak biasanya, membuatnya bertanya ketika melihat suaminya yang nampak begitu semangat pagi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIGID || MINYOON ✓
Fanfic[Completed] Jimin dan Yoongi merasa hubungan mereka terlalu formal untuk ukuran pasangan yang sudah menikah pada umumnya. Another Cast: • SunSun • TaeKook #BL #MPREG