Pagi ini Yoongi sedang menjemur pakaian di balkon apartemen kamar. Jimin hanya mengijinkannya mencuci pakaian yang berukuran kecil saja, itupun dengan jumlah yang dibatasi. Sedikit kesal, tapi daripada tidak memiliki kegiatan, pada akhirnya Yoongi memilih untuk menurut.
Kandungannya sekarang sudah menginjak usia delapan bulan lebih, sebentar lagi hari persalinannya akan tiba. Selama itu pula suaminya selalu menemaninya. Pria itu hanya akan pergi ke kantor jika ada urusan mendesak saja.
Terkadang sifat overprotektif suaminya membuat Yoongi jengah. Pernah dalam satu hari Yoongi bahkan tidak melakukan apapun selain hanya melipat pakaian. Sebagai gantinya, pria itu selalu mengajaknya pergi di sekitar komplek perumahan mereka. Entah melakukan olahraga ringan, atau hanya berjalan santai di sore hari bersama Sunghoon.
Sebenarnya Jimin hanya melarangnya melakukan pekerjaan rumah yang berat saja. Untuk hal lainnya, suaminya tidak masalah. Sebab Seokjin pernah berkata bahwa Yoongi juga harus melakukan aktivitas agar kelak proses persalinannya berjalan lancar.
Pagi ini Sunghoon juga masih berbaring malas dalam dekapan Papanya. Mata anak itu fokus pada layar laptop yang menampilkan kartun favoritnya. Yoongi membiarkannya bangun lebih siang karena hari ini anak itu memang sedang libur sekolah.
Sementara suaminya itu duduk bersandar di atas ranjang dan memilih memperhatikannya dari jauh dengan lengan yang di lipat di belakang kepala. Yoongi yang melirik dari luar bergidik geli begitu Jimin mengedipkan matanya genit padanya.
Senang rasanya kembali mendapatkan kehangatan yang sudah lama ia rindukan dari suaminya seperti ini. Selepas kejadian di taman hiburan waktu itu, rasanya Yoongi kembali menemukan Jimin yang dulu.
Akhir-akhir ini Sunghoon juga terkadang bisa menjadi begitu manja pada Papanya. Pernah sehari dia tidak mau lepas dari Jimin dan berakhir sang suami yang bekerja membawa putra mereka.
Selesai menjemur, Yoongi lalu melangkah masuk ke dalam. Namun baru selangkah diambilnya ketika dirinya tiba-tiba ambruk kelantai setelah rasa sakit menyerang perutnya. Yoongi mencegah tangisan sambil memeluk perut menggunakan sebelah lengan, satu lengan lainnya dia gunakan sebagai tumpuan tubuh.
Matanya memandang Jimin yang tergesa turun dan mendekat sesaat menyaksikan dirinya jatuh terduduk di lantai. Yoongi bahkan tak bisa menjerit selain meringis kecil di sela menahan rasa sakit serta ngilu yang menyerang perutnya.
Pria itu tidak berkata, sebagai gantinya dia langsung menggendong Yoongi.
"Sunghoonie, kamu jalan di belakang Papa!" Perintahnya pada sang anak yang terlihat hampir menangis. Pria itu juga menyuruh Sunghoon untuk memakai mantel dan sandalnya sendiri. Tidak peduli salah pasang sekalipun, yang penting anak itu tetap dalam kondisi hangat.
"Pegang celana Papa, jangan di lepas."
Di elevator, Yoongi sempat melihat pantulan Sunghoon melalui kaca disertai wajah sedih yang tak ingin anak itu perlihatkan. Tangan kecilnya berpegangan erat pada kain celana Papanya. Kasihan, anak itu pasti ketakutan sekaligus bingung menghadapi situasi yang terjadi saat ini, sampai-sampai hanya mengandalkan keberaniannya ketika melangkah seraya berpegang pada kain celana sang Papa.
Perutnya kembali mengalami kontraksi hebat selepas diturunkan di kursi penumpang belakang. Cucuran keringat Jimin mengkilap diterpa sinar mentari, Yoongi sadar diri bahwa tidak mudah membawanya yang nyaris akan melahirkan. Belum lagi mengurus si kecil yang menangis gara-gara melihat Babanya yang mengaduh kesakitan terlalu sering.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIGID || MINYOON ✓
Fanfiction[Completed] Jimin dan Yoongi merasa hubungan mereka terlalu formal untuk ukuran pasangan yang sudah menikah pada umumnya. Another Cast: • SunSun • TaeKook #BL #MPREG