6. Worried

482 51 3
                                    

Sunghoon memandang Papanya yang fokus menatap pada gorden jendela ruang operasi yang sedikit dibiarkan terbuka. Jimin sengaja meminta pada Seokjin sebelum Dokter itu menutupnya rapat, untungnya Seokjin mengerti.

Melihat Papanya yang gelisah dan terus bolak-balik berjalan tak tentu arah, membuat Sunghoon ikut merasakan perasaan yang sama. Anak itu tiba-tiba dilanda perasaan takut.

"Papa, Baba bagaimana Pa?"

Mendengar suara anaknya, Jimin lantas berlutut di depan anak itu dan menghapus sisa air mata yang masih tersisa di pipi tembam anaknya.

"Mereka pasti baik-baik saja, sekarang kita berdoa agar semuanya berjalan lancar."

Jimin lupa bahwa sedewasa apapun pembawaan Sunghoon, anak itu tetaplah bocah berumur tujuh tahun yang pasti menangis jika dihadapkan pada situasi yang membuat hatinya takut.

"Mau Baba."

"Iya jagoan, sebentar lagi kita bisa melihatnya."

"Dengan adik bayi?"

"Iya sayang."

"Tidak bohong?"

Jimin menghela napasnya, dia memilih untuk meraih anak itu dalam pangkuannya.

"Tidur ya? Nanti kalau Baba sudah selesai akan Papa bangunkan."

Pada dasarnya anak itu memang masih mengantuk, juga kelelahan karena efek menangis. Jimin bersyukur karena tak membutuhkan waktu lama Sunghoon benar-benar tertidur.

"Jimin?" Jimin menoleh begitu namanya di panggil, dia melihat Namjoon di koridor yang berjalan kearahnya.

"Seokjin yang memberitahumu?"

Tanya Jimin begitu Namjoon berada di hadapannya. Bingung, sebab dia belum memberitahu siapapun mengenai keadaan Yoongi selain Seokjin yang memang sedang menangani Istrinya. Namjoon mengangguk, lalu mendudukkan diri di sebelah Jimin setelah menepuk pelan bahu sahabatnya itu.

"Percaya pada Yoongi, mereka berdua pasti baik-baik saja."

Jimin kembali menghela napasnya, lantas tersenyum kecil pada sahabatnya itu. Dia memang gelisah, tapi Jimin percaya Yoongi dan anak mereka akan selamat.

Yoongi sudah berjanji padanya akan kembali. Dan Jimin tahu, Yoongi tidak pernah mengingkari janjinya.

Jimin lalu mengamati wajah teduh anaknya, seketika dia teringat sesuatu. "Saya lupa bawa ponsel. Bisa hubungi Jungkook? Tolong belikan sarapan untuk Sunghoon, dia belum makan sama sekali."

"KAK JIMIN!"

Perkataan Jimin terhenti begitu mendapati Jungkook yang sudah berada di hadapannya. Napas anak itu memburu tak stabil.

"Kau—" Jungkook menumpu tubuh pada lututnya. Nafasnya tersengal karena efek berlari di sepanjang koridor rumah sakit.

"Aku tahu kau panik, tapi jangan sampai lupa bawa ponsel!" Gerutunya memberikan ponsel Jimin yang tertinggal, juga meletakkan sebuah tas kecil di samping pria itu.

"Ini pakaian ganti untuk kau dan Sunghoon. Tapi perlengkapan kak Yoongi dan bayi tidak ada. Sudah dibawa kan?" Tanya Jungkook memastikan, sebab dia tidak menemukan koper merah yang sebelumnya sudah kakaknya itu siapkan untuk persalinan.

"Sudah, ada di bagasi mobil. Nanti saya ambil setelah Yoongi dapat kamar inap."

"Untung kak Namjoon meneleponku, kalau tidak aku pasti sudah seperti orang bodoh."

Jungkook bersyukur ketika Namjoon mendapat kabar dari Seokjin, pria itu langsung meneleponnya. Jungkook yang saat itu sedang ada kelas langsung kabur begitu tahu kakaknya akan melahirkan. Sebab dia maupun Namjoon tahu, Jimin mungkin akan sama paniknya seperti kelahiran Sunghoon dulu. Banyak melupakan sesuatu. Maka dari itu Namjoon menyuruhnya untuk kembali ke Apartment terlebih dahulu untuk mengecek barang yang kakaknya itu butuhkan.

"Sini, kemarikan Sunghoon. Kau gantilah pakaian terlebih dahulu." Jimin menurut, dia memberikan anaknya pada Jungkook.

"Kalau dia bangun, langsung suruh makan ya. Nanti saya ganti uangnya."

"Iyaa, aku sudah pesan tadi. Nanti akan ada yang mengantarnya kemari."

Jungkook lalu menatap kakak iparnya itu dengan pandangan yang sedikit cemas. Yoongi kakaknya, seharusnya melahirkan minggu depan. Ini masih terlalu awal dari jadwal yang mereka perkirakan.

"Mereka akan baik-baik saja kan Kak?"

Jimin mengangguk, mengusak rambut Jungkook sekilas. "Kakakmu kuat, saya percaya padanya."

"Saya titip Sunghoon sebentar, beritahu saya jika terjadi sesuatu." Lanjutnya.

Baru selangkah diambilnya, Jimin mengernyitkan dahinya bingung ketika mendapati sahabatnya yang lain juga berada disini.

"Loh, Taehyung?"

"Loh, Jimin? Sedang apa disini?"

"Harusnya saya yang bertanya. Yoongi akan melahirkan, tentu saja saya disini."

Taehyung sedikit terkejut. "Loh loh, bukankah katamu minggu depan?"

"Iya seharusnya, tapi ternyata Yoongi melahirkan sedikit lebih cepat."

"Loh, kalian saling kenal?" Tanya Jungkook ikut bingung.

Taehyung tersenyum menghampiri Jungkook, dia lalu memberikan paper bag yang berisi berbagai makanan.

"Ini makanan yang kau pesan. Bagaimana keadaan kakakmu? Oh, Jimin itu sahabat, sekaligus rekan bisnisku."

"Kak Taehyung, kak Jimin itu suaminya kakakku."

Sejenak pergerakan Taehyung terhenti sebelum matanya membulat kaget. "JADI YOONGI ITU KAKAKMU?!" Teriaknya tak percaya.

"Tunggu, ada apa ini?" Jimin menatap bingung ketika melihat keakraban adik ipar dan sahabatnya. Dia tidak tahu sama sekali tentang kedekatan mereka.

"Sejak kapan kalian mengenal satu sama lain?" Selidiknya.

Jungkook pura-pura sibuk membenarkan letak rambut keponakannya, sedangkan Taehyung memilih untuk menatap kearah lain. Jimin yang kesal lantas melipat tangannya dan menatap mereka bergantian.

"Tae?"

"Ya kami berkenalan Jim, setelah itu menjadi dekat." Jawab Taehyung seadanya.

Tiba-tiba saja kepala Jimin rasanya sepuluh kali lipat lebih pusing. "Maksudnya dekat bagaimana?"

Jungkook mendengus. "Tentu saja kami pacaran, apalagi?!"

"Sayang, bukankah itu terlalu cepat?"

"Apanya yang terlalu cepat?! Jadi maksudmu kita tidak berpacaran begitu?!"

Jungkook menatap emosi pada pria yang menjulang tinggi di depannya itu. Jika saja dia tidak sedang menggendong Sunghoon, Jungkook pasti sudah menghantam wajah itu.

"Bukan begitu Jungkookie—"

"TERUS APA?!"

"Astaga, sudah jangan berteriak. Iya-iya, kita pacaran. Kau dengar kan Jim?!"

"Jesus Christ..." Rasanya Jimin ingin pingsan saja.

TBC

21 Mei, 2022.

RIGID || MINYOON ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang