7

2.3K 137 18
                                    

Vote and coment ya suyung⛄ aku tunggu. Biar cepet update lagi🌡udah baik nih up cepet walaupun gak memenuhi target..hihi.. Kapan lagi suasana hatinya sebagus ini😂

Jangan lupa Follow akun WP ku ya, biar dapet notifitringtring kalo up cerita baru.

___

Baca dulu part 6!^^ maaf sempet ke unpublish..

_Author_

"Ghibah Official" merupakan salah satu geng terpopuler di sekolah. Tidak ada yang tidak pernah mendengar tentang kumpulan mojang SMK Edelweiss dari berbagai jurusan itu. Terutama Selena Prita, sang leader yang juga menjabat sebagai Lurah di organisasi Paskibra.

Saat masa pengenalan lingkungan sekolah dulu, Selena beserta beberapa orang temannya yang turun tangan mempromosikan ekskul paskibra di ruangan kelompok Rubi. Mereka pernah berinteraksi ketika Selena membagikan formulir pendaftaran, entah dia ingat atau tidak.

Selena tidak sekedar terkenal dengan keelokan paras maupun posisinya di organisasi, namun juga karena peran gadis itu dalam mengharumkan nama sekolah. Begitu menyilaukan, mendadak Rubi merasa temaram berdekatan dengannya.

Selena menarik salah satu kursi dan mendudukan dirinya disana, diikuti Aldi. Wajahnya tampak pias.

"Kenapa nggak duduk?" tanya Selena. Rubi bisa merasakan hal lain dibalik nadanya yang terdengar ramah. Dia juga cukup terganggu karena ditatap sedemikian dalam.

Rubi menggeleng. "Maaf, Kak. Aku nggak tahu ini tempat kalian. Permisi," terburu-buru dia pergi dari area itu.

Seorang siswa dengan seragam olahraga yang masih melekat di tubuhnya duduk diam menyaksikan sambil sesekali meneguk air mineral dari botol. Dia menarik tangan Rubi begitu saja ketika gadis itu hampir melewatinya. Tidak hanya Rubi, hampir seisi kantin ikut melihat kearah mereka.

"Tunggu di taman belakang."

Beberapa menit berlalu, Rubi masih menunggu. Angin yang berhembus seolah tidak mengganggunya, padahal udara sehabis hujan itu cukup dingin saat mengenai kulit. Rubi menoleh kearah seseorang yang menyampirkan atasan seragam ke tubuhnya.

Tenang saja, kemeja putih itu tidak mengeluarkan bau keringat sama sekali. Malahan tercium aroma maskulin khas seseorang yang berhasil membuat hatinya berdesir. Dia tersenyum begitu melihat sang pelaku sedang menurunkan tas punggungnya seiring tubuhnya yang ikut bertumpu diatas kursi kayu panjang.

Rafa membuka tasnya. Mengeluarkan dua mie kemasan cup serta botol berisi air panas yang baru dia beli dari kantin, kemudian menuangkan air dengan hati-hati. Semua itu tidak luput dari pengamatan Rubi.

Mereka membicarakan banyak hal selagi menunggu mie matang. Tidak, lebih tepatnya Rubi yang sibuk berceloteh dengan Rafa yang setia mendengarkan. Sama-sama memandang kearah gerimis yang mulai kembali berjatuhan.

"Udah, deh, kayaknya."

Melihat Rubi kesusahan membuka bungkus bumbu mie, Rafa tergerak untuk mengambil alih.

Rubi cepat-cepat menyela, "kalo mie kuah biasanya cepet aku juga." Rafa hanya mengangguk.

Tanpa sadar Rubi membuka plastik garpu terlalu kuat, membuat benda itu terjatuh ke lantai yang basah. Dia berniat mengambil garpu itu untuk dibersihkan dengan tisu. Namun Rafa menghalaunya dengan menyodorkan sepasang sumpit.

Rubi terperangah. "Wah~" padahal beberapa centi lagi tangannya menyentuh gagang garpu.

"Tas kamu itu udah kaya kantung doraemon." Rafa tersenyum samar.

My Obsessive Friend (On-going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang