Dengan sekuat tenaga Alanza mengatur nafas, dadanya naik turun menahan emosi. Oke mari tenang Alanza, dia tidak boleh terbawa emosi di pagi hari yang menenangkan ini.
Menghela nafas, Alanza merapikan kekacauan yang di buat oleh Bastian dan teman temannya. Lihat lah sekarang, baru semalam dia tinggalkan, pagi harinya apartemen ini sudah seperti kapal pecah. Ruang tamu penuh dengan bekas bungkus ciki-ciki dan kaleng minuman. Padahal baru semalam dia membersihkan ruangan tamu tersebut.
Berpindah ke dapur, Alanza kembali menghela nafas, piring kotor sudah menumpuk dengan jumlah yang cukup banyak. Gadis itu cukup heran, padahal mereka hanya berempat, tapi piring yang mereka kotorkan sebanyak ini. Ya, karna semalam, sebelum Alanza pulang, Justin, Arkeil dan Rein datang untuk berganti jaga menemani Bastian.
Dengan telaten Alanza membereskan semuanya. Menyapu dan memungut sampah sampah yang tersebar, lalu memasukkannya ke dalam tong sampah. Selesai dengan ruang tamu, kini Alanza beralih ke dapur. Gadis tersebut mencuci piring dan gelas yang terletak dengan bersih, lalu menyimpannya di tempat lemari penyimpanan.
Pagi hari ini Alanza pikir tugasnya tidak akan banyak, mengingat tadi malam dia sudah menyelesaikan segala pekerjaan rumah. Tapi yang dia dapat sungguh membuatnya menggeleng gelengkan kepala.
Jangan tanya kenapa Alanza bisa masuk, karna semalam si pemilik rumah sudah memberi taunya sederet angka untuk memasuki apartemen. Hari ini dia akan pergi kuliah siang, dan akan kembali lagi kesini sore nanti.
Pintu terbuka, memperlihatkan Justin dan Arkeil yang keluar dari kamar utama, di susul dengan Rein yang mendorong kursi roda yang di duduki oleh Bastian. Mereka tampak segar, sepertinya baru selesai mandi, terbukti dari rambut mereka yang sedikit basah.
"Mau masak apa?" Tanya Justin yang melihat Alanza sedang mengiris - iris bawang.
"Nasi goreng"
Rein yang duduk di meja makan mengangkat sebelah alisnya mendengar ucapan gadis tersebut, "Emang lo bisa masak?"
"Menurut lo?" Tanya Alanza balik, cukup malas menanggapi.
"Gak meyakinkan, pasti gak enak" Jawab Rein.
Gadis tersebut mengangkat bahu tidak peduli, "Yaudah nanti gak usah di makan."
"Kok lo gak seperti biasanya?" Bastian cukup heran, setelah kekacauan yang sengaja mereka berempat perbuat, seharusnya gadis itu akan marah marah, atau setidaknya mengeluarkan wajah masamnya. Tapi kali ini tidak, wajah Alanza tersebut tetap tenang.
"Emang gue biasanya gimana?" Lagi, Alanza menjawab pertanyaan dengan pertanyaan kembali.
"Biasanya lo kan suka ngamuk, emang lo gak marah lihat kekacauan tadi?"
"Emang gue harus marah?"
"Dahlah, capek gue ngomong sama lo"Ucap Bastian pasrah.
Mereka duduk di meja makan menunggu Alanza yang sedang masak. Setelah setengah jam, akhirnya nasi goreng dengan toping telur dan sosis telah tersaji di depan mereka.
"Ini amankan buat di makan?" Rein tetap curiga dengan masakan Alanza, dia cukup takut, kalau Alanza akan memasukkan racun ke dalam makanan tersebut, mengingat mereka berempat tidak pernah memperlakukan gadis itu dengan baik.
Alanza menatap Rein malas, "Tinggalin aja kalau gak mau."
Kecurigaan Rein terputuskan, akibat Bastian yang sudah memakan nasi goreng tersebut dengan lahap, begitu pun dengan Arkeil dan Justin. Mau tidak mau dia memasukkan se sendok nasi ke dalam mulutnya.
"Not bad" Ucapnya saat merasakan masakan tersebut di lidahnya. Dia melirik Alanza yang sedang berkutat di dapur, membereskan perlengkapan yang kotor saat dia memasak tadi, Rein sedikit merasa bersalah terhadap Alanza.
![](https://img.wattpad.com/cover/246835310-288-k742461.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Berawal Dari Kulit Pisang🍌
Ficción General[Nct dream /00 line] "Akhh, sialan. Siapa yang buang kulit pisang sembarangan di sini?!" Teriak seorang pemuda yang menggema di koridor. Sontak, Alanza langsung menoleh kebelakang. Matanya terbelalak saat melihat pemandangan di depannya. Bastian, y...