Di pagi hari ini, Alanza sudah berdiri di depan apartemen milik Bastian. Tangan lentiknya menekan beberapa angka, sehingga pintu kokoh itu terbuka. Sesampainya di dalam, Alanza di sambut dengan ruangan yang masih gelap. Kaki jenjang gadis itu perlahan mendekati sebuah jendela besar yang ada di ruang tamu, tangannya menyibak gorden yang masih menutupi jendela, sehingga cahaya pun langsung merambat masuk menerangi ruangan.
Dahinya menyerngit, melihat tidak ada tanda tanda keributan yang di buat oleh empat sekawan. Ruang tamu terlihat bersih, sama seperti semalam saat dia tinggalkan.
"Apakah mereka sudah berhenti mengerjainya? Atau ketiga teman Bastian tidak menginap tadi malam? "Batin Alanza bertanya tanya.
Alanza mengangkat bahu tidak peduli, bahkan dia lebih bersyukur, karna pekerjaannya sekarang menjadi lebih sedikit. Dia melangkah ke dapur, melihat isi kulkas, yang ternyata bahan masakannya sudah hampir habis, sepertinya besok dia akan belanja, tentunya dengan uang milik Bastian.
Diliriknya wastafel tempat mencuci piring, tidak ada satu pun piring dan gelas kotor. Jelas sekarang Alanza cukup heran, semalam dia pulang sekitaran jam delapan malam, dan mereka masih berkumpul bersama, tidak mungkin kan mereka tidak mengotori satu gelas pun, se kurang kurangnya hanya untuk minum.
Gadis dengan rambut se punggung itu mendongak, menatap jam yang tergantung di dinding, terlihat jarum jam menunjukkan jam setengah delapan. Lalu netranya menatap pintu kamar utama yang terlihat sepi, biasanya jam segini mereka semua sudah mulai menampakkan wajah tampan mereka.
Eh?
Alanza menggeleng saat otaknya mengatakan sesuatu hal yang memalukan. Dia menyebut Bastian dan ketiga temannya genteng? Oh ayolah, Alanza rasa kepalanya sekarang sedang bermasalah.
Kini Alanza sudah berdiri di depan pintu kamar utama, tempat biasanya Bastian tidur dengan ketiga temannya. Alanza menatap ragu pintu berwarna putih itu, perlahan tangannya terangkat, mulai mengetok pintu tersebut dengan pelan.
Tok Tok Tok
"Bastian? Lo di dalamkan?"
Hening, tidak ada suara yang menjawab pertanyaan Alanza.
Kerutan terlihat di dahi mulus Alanza, dia sedikit bingung, sambil bertanya dalam hati, apakah mereka semua masih tertidur atau memang tidak ada di dalam.
"Rein, Arkeil, Justin, kalian di dalam?"
Lagi, hanya di jawab oleh keheningan.
Bermacam pikiran buruk pun memenuhi kepala Alanza, dia berfikir, mungkin saja ada maling yang masuk ke dalam hunian Bastian, lalu menyekap mereka semua di dalam kamar, atau yang lebih buruknya membunuh mereka dengan sadis.
Alanza menggeleng cepat, saat membayangkan akan banyak darah berceceran di dalam kamar Bastian. Dengan perlahan tangan Alanza mulai memegang ganggang pintu. Dia harus memastikannya, walaupun sebenarnya dia agak takut.
"Buka gak ya?" Ujar Alanza pelan.
Gadis itu cuman bisa berdoa, semoga kamar di depannya ini tidak terkunci, sehingga dia dapat memastikannya.
"Bastian gue izin masuk ya?"
Ceklekkkk
Alanza mendesah lega ternyata pintu tidak terkunci, segera dia masuk ke dalam kamar. Dia di buat terkejut dengan apa yang dia lihat.
"Astagfirullah. Bastian, lo ngapain tidur di lantai?" Teriak Alanza saat melihat Bastian yang sudah terkapar di atas lantai.
Mata Alanza melirik sekitar, takut takut kalau ada seorang pencuri di dalam kamar ini. Dia semakin heran saat tidak melihat keberadaan ketiga teman teman Bastian.
![](https://img.wattpad.com/cover/246835310-288-k742461.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Berawal Dari Kulit Pisang🍌
Ficción General[Nct dream /00 line] "Akhh, sialan. Siapa yang buang kulit pisang sembarangan di sini?!" Teriak seorang pemuda yang menggema di koridor. Sontak, Alanza langsung menoleh kebelakang. Matanya terbelalak saat melihat pemandangan di depannya. Bastian, y...