15. "Love is Weird"

14.7K 1.2K 27
                                    

“Lind, give your phone to me. Now.”

Lindsay mengalihkan wajahnya dari layar iPhone-nya, memandang Mike dengan tatapan bingung bercampur jengah. Mike sendiri tidak peduli pada gadis itu, dia hanya ingin melakukan sesuatu pada iPhone milik adiknya. Dia ingin menghapus video yang secara diam-diam adiknya rekam. Video di mana ia mencium Kusuma di dapur pemuda itu sendiri kemarin.

What the hell?” tanya Lindsay, beranjak berdiri dari posisi tidurannya sementara bibirnya mengerecut. “And why are you still here? You have a soccer practice this afternoon, don't you?”

Mike mengangguk singkat lalu mengambil selangkah maju ke depan, berniat merebut ponsel Lindsay. Lindsay kini merengut lalu segera meloncat dari sofa. “Just. Give. Me. Your. Phone. Damnit!” seru Mike, berusaha menyusul Lindsay yang mulai berlari menaiki tangga. “Don’t ever think to locked yourself in your room because I probably will broke your door soon.”

What the hell is your problem?” tanya Lindsay dengan nada menjerit. Dia berhenti di ujung tangga, tersengal tetapi mendadak sebuah seringai muncul di wajah gadis berusia tiga belas tahun itu. “Oh, I got it now. You want to delete the video which I recorded yesterday. Is it right?”

Mendengarnya membuat telinga Mike memanas. Ingin ia menerkam adiknya sekarang juga, menerkam dalam artian merebut ponselnya dan menyeburkannya ke dalam kolam ikan. “Bitch, give me your phone before I ruin your today’s hair style!”

Lindsay menghela nafas sebelum menatap Mike dengan dongkol. Dasar remaja gadis jaman sekarang, hanya ditakut-takuti dengan kecaman mengacak-ngacak gaya rambut saja langsung menyerah. “Fine brother, fine! Shit, why God must be this cruel to me—gave me an annoying big brother. I wish I had a sister,” decak Lindsay sebelum melempar ponselnya ke arah Mike. Mike segera menangkapnya lalu nyengir lebar. Lindsay memang tidak pernah tahu apa yang namanya menghargai barang, dia tidak tahu kalau iPhone menjadi barang mahal di Indonesia. “Just delete it. Don’t ever think to open my twitter, tumblr, weheartit, snapchat—,”

“Alright princess. Alright,” Mike langsung membuka aplikasi galeri dan segera menghapus video yang ia maksud. Dia sempat melempar tatapan jengah ke Lindsay karena merasa tidak mendapat privasi saat mendapatkan ciuman keduanya dari Kusuma lalu melangkah naik, mendekati adiknya dan menyerahkan kembali ponselnya. “And can you don’t blame your faith to have a brother like me?! Because I’d do anything for you to become a good brother. By the way, had a bitchy sister is also annoying.”

Mike pun melangkah pergi menuju kamarnya, melengos keras sebelum membanting pintu kamarnya. Dia tidak mengerti mengapa Lindsay selalu mempermasalahkan mempunyai kakak laki-laki. Mike tidak seburuk itu sebagai laki-laki, bahkan dulu ia sering membantu Lindsay mengepang rambutnya atau malah menemani Lindsay bermain Barbie saat kecil.

Gadis memang repot untuk diurusi. Itu juga menjadi salah satu alasan mengapa Mike menjadi gay, gadis terlalu sering berkomplikasi dengan pikirannya sendiri.

Ngomong-ngomong, dia jadi teringat Kusuma. Mike merogoh saku celananya untuk meraih ponselnya sendiri dan segera mengecek aplikasi Line-nya. Tidak ada pesan dari siapapun. Dia membuka timeline-nya sendiri dan tersenyum tipis ketika menemukan nama ‘Kusuma Bramasgiantara’ muncul di halaman tersebut.

‘KITA MENANG!’

Ada sebuah foto yang dilampirkan dan Mike pun memperbesar gambarnya. Dia bisa melihat Kusuma kini tengah memegang sebuah tropi dengan sosok kakak kelas yang menjadi partnernya—Kak Will—di halaman sekolah ditemani oleh Kepala Sekolah dan guru Bahasa Indonesia. Mereka berdua lengkap mengenakan seragam sekolah, tetapi khusus Kak Will dia menggunakan rompi yang biasa digunakan reporter. Dilihat dari tanggal yang tertera di foto, foto ini diambil kemarin. Mike menyesal pulang lebih cepat kemarin.

Class President and Our Chaoses [BoyxBoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang