13. Gadis Berambut Ombre

15K 1.2K 32
                                    

Buku Matematika terbuka di hadapan Mike sementara pemilik buku tengah memainkan ponselnya sambil menggigit bibir bawahnya. Sial, tanpa sadar Ujian Tengah Semester akan ia hadapi minggu depan—setidaknya itu yang dikatakan Tarin di grup WhatsApp kelas. Jadwal UTS akan diberikan pada tiap siswa besok, begitulah kata Sekretaris Kelas.

Jujur Mike belum siap menghadapi UTS. Hey, kendalanya dalam bahasa bisa dibilang masih menjadi-jadi. Memang sih kini Mike bisa memahami bahasa Indonesia yang mudah dan bahasa Indonesia yang biasa digunakan dalam soal-soal beberapa pelajaran. Tapi dia juga bisa stress kalau mengerjakan pelajaran bahasa Indonesia tanpa bantuan Januar.

Akhirnya dia memutuskan ketimbang ia hanya diam saja sambil menyesali keterbatasan bahasa, lebih baik dia mulai mengerjakan soal-soal Matematika sebagai latihan pra-UTS. Ha, tumben sekali Mike belajar. Saat ia masih bersekolah di Madrid atau Washington, menemukan Mike tengah membaca buku pelajaran adalah kejadian langka.

Tapi sekarang dia ingin berubah. Selain sistem kelulusan Indonesia jauh berbeda dengan Spanyol atau Amerika Serikat, dia ingin mendapatkan impresi yang baik dari Kusuma. He, memikirkannya membuat Mike nyengir sendiri sambil mengerjakan soal logaritma.

Dia baru akan lanjut mengerjakan soal berikutnya ketika ponselnya bergetar dan layarnya menyala. Mike langsung menoleh dan foto seorang gadis berambut pirang dengan lambang telepon di bawahnya. Mike langsung menekan lambang tersebut.

“Yoyo bitch.” sapa Mike dengan nada malas. Terdengar gerutuan gadis di seberang sana.

“Stop calling me ‘bitch’, whore,” balas gadis tersebut dan Mike hanya memutar bola matanya. “I just wanna say next week I’m going to visit you.”

Sial. Kenapa cewek ini nekat sekali, mengunjunginya di Indonesia. “Shit. This ain’t right time to tell me about that. Go suck someone’s dick, bitch. I’m trying to study.”

Suara terkejut yang dibuat-buat pun terdengar. “Bloody hell, you talked so dirty to me. I just wanna meet you and kiss your fucking cheek and—”

Sebelum gadis itu dapat menyelesaikan perkataannya, Mike langsung memutus panggilan dan mematikan iPhone-nya. Dia menatap buku Matematikanya lagi sebelum memijit kedua pelipisnya, merasa pusing mendadak karena suara cempreng gadis itu masih terngiang di telinganya.

“This is gonna be chaos. Fuck.”

.

.

Sembari menatap soal di hadapannya dengan tidak yakin, Mike memutar-mutar pensilnya dengan gugup. Susunan meja berubah saat UTS menjadi mengikuti nomer peserta dan dia kini duduk di barisan kedua dan ketiga terdepan. Berbahagialah Januar, Faga, Elfa dan Aldo yang mendapat meja di barisan paling belakang.

Karena menurut Mike tidak ada gunanya juga terus-terusan merutuki enam soal yang belum diisi di kertasnya itu, ia pun mengangkat kepalanya dan memilih untuk memperhatikan sekitar. Dia bisa melihat Zidan diam-diam berusaha bertelepati dengan Hari meski Hari sepertinya mendadak budeg, Ratna yang malah asyik ngaca, Sinta yang tampaknya super kalem dalam menghadapi ujian Fisika ini dan Wahyu yang dengan santainya memakai earphone di kelas dan bersenandung kecil. Benar-benar kondisi yang absurd di tiap sudutnya.

Mata Mike pun beralih menuju sosok yang duduk di barisan paling depan deret pertama, Kusuma. Wajah pemuda rada-rada galak itu tetap terlihat tenang dengan sorot mata dingin saat menuliskan jawaban essay di kolom jawaban, tapi Mike ingat Kusuma adalah seseorang yang pandai mengatur ekspresi wajahnya sendiri. Masih ada kemungkinan dia tidak bisa menjawab.

Ketika pulpen Kusuma diletakkan kembali ke atas meja, sontak Mike melonjak kecil karena merasa kaget dan kembali berpura-pura fokus pada kertas jawabannya. Dia mulai mengisi salah satu soal yang belum ia jawab dengan keyakinan tujuh puluh persen dan selebihnya ia menghitamkan lingkarannya dengan asal—tidak peduli mau bagaimana hasilnya.

Class President and Our Chaoses [BoyxBoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang