[8. Pengkhianat]

616 64 1
                                    

14 februari 2021 kebanyakan orang menamainya dengan hari kasih sayang, di saat orang-orang sibuk membeli cokelat, bunga atau boneka untuk pasangannya di minimarket atau pusat perbelanjaan lainnya, Jeno malah di sini, di bengkel tempat Nana menyervis mobilnya, tentu saja tanpa sepengetahuan Nana.

Dari mana Jeno tahu bengkel tempat Nana menyervis mobilnya? Tentu saja ia bertanya pada Reza tentang barang apa yang setidaknya bakal bikin Nana senang diberikan pada hari kasih sayang ini.

Reza menjawab mobil, awalnya Jeno tak yakin Nana akan senang jika dibelikan mobil, namun setelah mendengar penjelasan Reza barulah ia mengerti, Jeno hanya perlu menebus biaya servis mobil itu di bengkel.

"Yang ini nih mobilnya, udah hampir tiga bulan belum di ambil-ambil, ya nggak Lix?" Kata Reza pada montir bengkel. Reza kenal namanya Felix.

"Iya, gue kira si Nana kabur, padahal udah mau gue jual, tapi takut dia ngamuk." canda Felix, kemudian Felix memberikan kunci mobil yang Nana titipkan padanya. "Ini Bang kuncinya."

"Seumuran anjir nggak usah di sebut Abang." cecar Reza.

"Hahaha, biar sopan sama pelanggan."

"Kedok doang, aslinya begajulan."

Jeno cuma bisa tersenyum. "Makasih, mobilnya udah bisa gue bawa kan ya?"

"Oh iya silahkan."

Kemudian Reza dan Jeno pun masuk mobil Nana. Jeno membawa mobil Nana ke sebuah restoran, ia menyimpannya di sana. Rencananya Nanti malam Jeno akan membawa Nana dinner di restoran itu, lalu memberi kejutan padanya.

"Kadang gue mikir si Nana beruntung juga ya dapetin lo." celetuk Reza ketika mereka berjalan meninggalkan mobil Nana.

"Kenapa?"

"Lo tuh ya, udah baik, perhatian, fisik juga lumayan oke, tajir melintir, beuhh pokoknya gue kalau jadi si Nana nggak bakal ngasih celah buat orang ngambil lo."

"Hahaha, lo mau jadi pacar gue juga?"

"SI GOBLOK GELI ANYING!"

***

Ketika Jeno kembali ke Apartemen, ia melihat Nana ada di balkon sedang merokok di sana sembari memainkan ponselnya dengan posisi miring, sudah bisa di tebak anak itu sedang main game.

"Dari mana kamu?" tanya Nana begitu menyadari Jeno memperhatikannya di balik kaca, namun tetap matanya fokus ke ponsel.

Jeno melangkah ke balkon, kemudian duduk di sana, mencabut satu batang rokok yang ada di meja dan memantiknya, asap rokok pun mengudara.

"Nanti malem dinner di luar mau kan?" ajak Jeno.

"Malam ini?"

"Iyalah, kan ngajaknya juga sekarang."

"Waduh, nggak bisa."

"Nggak bisa kenapa?"

Nana menyimpan ponselnya, perhatianya kali ini penuh pada Jeno. "Malam ini aku mau ada reuni sama temen SD."

"Di batalin aja bisa nggak?"

Nana berpikir sejenak. "Gimana ya? Soalnya jarang banget kita reuni SD, kalau nggak ikut nanti dikatain sombong."

Jeno berdecak ia memalingkan wajahnya kemana pun asal tidak menatap Nana. Jeno menghisap rokoknya berkali-kali tanpa bicara lagi.

Backstreet| ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang