[11. Kembalinya Caramel]

551 69 1
                                    

Mobil Juni berhenti di jalan Otto Iskandardinata atau yang biasa disebut Otista, ia baru saja berpikiran untuk pergi ke Bogor, meski menempuh perjalanan yang lumayan jauh, tak apa, demi Jeno ia akan melakukan apapun. Namun sebelum itu Juni menyempatkan diri makan di restoran cepat saji, sambil menunggu makanan datang Juni mengecek ponselnya. Dari kemarin Juni tak hentinya mengirim pesan ke akun instagram milik Caramel, kalau Mama tidak bisa membuat jeno kembali padanya, maka Juni akan menggunakan Caramel.

Ia menghela napas tak mengerti kenapa Caramel tidak pernah membaca pesannya satu pun, akun instagram Caramel seperti tak pernah dibuka lagi, bahkan postingan terakhirnya pun sudah dua tahun yang lalu, hanya gambar hitam dengan caption titik dua tutup kurung. Seperti ini :)

"Permisi, saya boleh duduk di sini, bangku yang kosong cuma ini, semuanya penuh."

Juni mendongak hanya untuk mendapati perempuan berpakaian serba hitam dan topi di kepalanya, ia kemudian menatap sekeliling, memang penuh, Juni kemudian mengangguk, namun agak was-was karena orang itu menggunakan topi dan terus menunduk. Untuk berjaga-jaga dompet yang ia taruh di meja ia ambil, lalu menaruh dompet itu di pangkuannya.

Tak beberapa lama makanan Juni datang begitu pun dengan makanan perempuan di depanya itu.

"Saya bukan copet kok. Tenang aja dompetnya nggak bakal saya ambil." kata perempuan itu, lalu membuka topinya dan makan dengan tenang.

Juni cepat-cepat mengecek ponselnya, membuka akun instagram Caramel hanya untuk membandingkan sebuah foto Caramel dengan perempuan itu. Juni takut salah orang, setahunya Caramel tinggal di Bogor, tapi ini masih di Jakarta bukan di Bogor.

"Caramel?"

Perempuan itu tersekat, ia perlahan menatap Juni, kemudian mengambil topinya dengan gerakan kasar dan berlari pergi begitu saja.

"Caramel tunggu!" Juni mengejarnya.

Caramel tidak tahu siapa orang yang mengejarnya namun ia berpikir itu ada kaitanya dengan kedua orangtuanya, siapa tahu orang itu adalah korban dari ulah kedua orang tuanya. Maka untuk berjaga-jaga Caramel berlari karenanya.

"Caramel please berhenti, gue butuh bantuan lo." Juni melepas sepatunya karena sepatu yang ia gunakan cukup menyulitkannya untuk berlari.

"Gue nggak kenal lo, jangan ikutin gue." teriak Caramel.

"Ini tentang Narama."

Satu nama yang kontan membuat Caramel berhenti berlari, ia berbalik menatap Juni yang perlahan mendekat dengan napas yang tersengal.

"Lo siapa?" tanya Caramel.

"Lo nggak inget gue?"

Caramel mengingat-ingat sejenak, apakah ia mengenal perempuan ini atau tidak, karena wajahnya tidak asing mungkin saja ia memang pernah bertemu dengan perempuan berambut sebahu itu.

"Gue nggak inget."

"Lo pernah datang ke pernikahan gue, Gue Juni istrinya Jeno." kata Juni yang berusaha menormalkan napasnya. "Tapi dulu,,,, sekarang udah cerai."

Ah, ternyata perempuan ini istrinya Jeno, pantas wajah dia tidak asing untuknya.

"Kenapa lo butuh bantuan gue dan juga kenapa lo bawa-bawa nama Narama."

"Ikut gue, gue bakal ceritakan semuanya sama lo."

Juni mengajak Caramel mengikutinya, setelah mengitari jalanan, akhirnya ia memberhentikan mobilnya di sebuah taman yang hanya ada beberapa orang saja, mereka duduk mengobrol di sana.

"Lo tahu kenapa gue sama Jeno bercerai?" pertanyaan yang tidak butuh jawaban, Juni sengaja menjeda hanya untuk menarik senyum miris.

"Kenapa?" tanya Caramel.

Backstreet| ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang