Malam hari tiba hawa dingin di malam hari menyengat ke dalam kulitnya tapi itu tidak seberapa karena dirinya sudah biasa dengan hal dingin terlebih lagi dia suku. Kenapa sihir nya tidak beratributkan sihir Es saja sih?
Saat perkenalan matanya terpaku pada seorang anak dengan surai blonde, senyum lebar terpampang di wajahnya yang imut itu.
Itu bukan senyum ramah, melainkan sebuah senyum yang senang melihat orang baru (Mangsa baru) untuk di ajak bermain (Bertarung) bersama.
"Salam kenal aku Luck ... maukah kau bertarung dengan ku mau ya! Mau ya!"
Dirinya terkejut dengan reaksi orang di depannya, dia mudah akrab dengan cara mengajak orang bertarung, apa aku harus meladeninya? Sepertinya tidak perlu.
"Luck jangan coba-coba mengajak anggota baru bertarung!"
"Eh!"
"Kita bisa bertarung lain kali"
Memberikan jawaba dengan mata tertutup serta senyum yang menghiasi wajahnya. Dirinya menjawab dengan enteng seakan itu bukan masalah besar.
Dirinya sangat penasaran akan sifat yang di miliki orang di depannya. Dirinya bisa merasakan rasa semangat yang membara dalam tubuh orang di depannya.
'Aku ingin tahu!'
Rasa penasaran semakin memuncak. Setiap manusia memiliki rasa penasaran tentang segala hal, termasuk dirinya yang mempunyai rasa penasaran tinggi dengan karakter orang lain.
"Vanessa-san seperti apa Luck-kun itu?"
Memanggilnya dengan 'San' seperti kurang cocok untuk dia yang mempunyai wajah baby face dan terlalu aneh untuk memanggilnya 'Senpai'. Vanessa berhenti dan menoleh kearah si surai hitam.
"Ara kenapa kau sebegitu penasarannya kau dengan Luck"
"Jangan salah paham, aku cuma ingin tahu karakter orang-orang di markas ini"
Mereka lanjut berjalan menuju sebuah kamar. Vanessa mulai bercerita tantang Luck anak yang memiliki obsesi akan pertarungan.
"Luck itu dia orang yang suka bertarung ... terlebih dengan Magna dia sering menjahilinya"
'Suka bertarung'
"Dan dia memiliki kepekaan dengan Mana yang tinggi"
"Apa kau ingin tahu lebih?"
***
"Apa kau sadar sesuatu Luck-kun?"
Luck menyeringai dan mengangguk. Dia mengangkat kepalanya dan menatap langit, burung-burung berterbangan diatas awan putih yang bergerak dengan lambat di atas.
"Tapi menurut ku pencuri itu lebih dari tiga orang"
"Lebih? ... apa maksudmu?"
Luck memejamkan matanya dan berfikir keras. [Name] menatap bingung si surai blonde di depannya, kata Luck pencurinya lebih tiga orang, itu berarti perkataan Nenek itu kurang tepat atau apa salah.
"Tidak, maksud ku ... pencuri itu sepertinya memiliki kubu yang berbeda"
"Sebuah kubu?"
"Ada yang bertugas untuk mencuri bahan pangan para warga dan ada yang lain selain mencuri bahan pangan para warga"
"Jelaskan lebih detail!"
[Name] agak kurang paham dengan perkataan Luck "Apa maksudmu pencuri itu memiliki semacam kelompok yang bekerja secara berbeda?"
"Seperti itulah ..."
Luck membuang jagung yang habis itu asal ke tanah. [Name] sendiri masih memiliki jagung yang tinggal setengah dan belum di makan.
"Apa kau tidak akan memakannya?"
Luck menunjuk kearah jagung milik [Name] dengan senyum manis terpampang di wajahnya. [Name] mengalihkan pandangannya kearah jagung miliknya.
"Apa? Apa kau mau? ... jika mau kau harus beli!"
Luck membuat raut wajah muram seakan sedih. Dan [Name] membuat raut wajah malas, kenapa perkataan mereka jadi teralihkan ke jagung.
"Apa tunggu kenapa pembicaraan kita jadi teralihkan gini" Luck dengan senyum main-main, mengangkat bahunya acuh.
[Name] menghela nafas lelah dengan kelakukan Luck. Luck berdiri dari duduknya, [Name] menatapnya bingung.
"Saat kita berbicara di bawah pohon tadi aku merasakan ada orang yang menguping ... aku yakin kau juga merasakannya ya kan [Name]-chan?"
[Name] memang merasakan adanya orang yang menguping pembicaraan mereka di balik batu besar yang tidak jauh dari mereka.
Dari sudut pandangnya, [Name] juga tahu kalau Luck juga mengatahui tentang orang di balik batu itu, mengingat kalau dirinya juga mempunyai indra kepekaan yang besar.
Dan juga Vanessa juga menjelaskan kalau Luck ini maniak akan pertarung, [Name] yakin kalau Luck pasti akan mengejar orang yang ada di balik batu saat orang itu pergi.
Jadi [Name] memanfaatkan kesempatan ini untuk pergi dari tempat Luck. Tujuan [Name] pergi sebenarnya bukan mencari info melainkan membiarkan Luck pergi dan mengerjakan misi itu sendiri, jadi [Name] tidak perlu turun tangan untuk mencari pencuri itu.
"Apa kau mengikuti orang itu?"
Luck mengangguk sembari menjawab pertanyaan [Name] "Aku mengikuti nya"
"Apa kau menyerangnya?"
"Tidak saat di perjalanan aku menemukan hal menarik di saja"
"Apa itu?"
Luck menundukan kepalanya lalu tersenyum ala psikopat, [Name] yang melihatnya bergidik ngeri. Luck lalu membuka grimoirenya.
[Name] menghela nafas dan memegang grimoirenya dengan erat yang berada di samping pinggangnya.
"Sudah mulai ya"
[Name] menoleh kebelakang jarak mereka dengan desa tidak terlalu jauh, tapi mereka ceroboh meninggalkan desa tanpa penjagaan mereka.
[Name] pikir mereka tidak akan menyerang di siang hari, tapi analisinya salah 'ini merepotkan' apa mereka hanya sekedar pencuri bahan pangan?
"Kita di kepung"
Beberapa orang keluar 'satu, dua, tiga, sembilan ada semblian orang'
Ada sembilan, tiga di antara mereka tidak memakai jubah yang menutupi wajah mereka lain hal nya dengan yang ke enam orang yang memakai jubah.
"Siapa kalian?"
[Name] menoleh kearah Luck yang mengangkat kepalanya dengan senyum mengerikan yang masih terpampang di wajahnya.
'Sihir pencipta petir : 'Raijin no nagagustu'
Luck mengucapkan Mantra sihirnya, sebuah sihir petir membalut kaki Luck.
"Luck"
Luck melompat sembari menoleh ke arah [Name] "Ahahah ini mendadak tiba-tiba harus ada yang ku urus"
"Hoi!"
"Aku serahkan mereka semua pada mu ya [Name]-chan!"
[Name] melongo tidak percaya. Luck pergi meninggalkannya dengan mereka semua, serius dirinya harus membereskan mereka semua disini.
[Name] mengeretakan giginya kesal, matanya sekarang juga ikut berkedut kesal, melihat Luck yang pergi dan menyerahkan orang-orang ini pada [Name].
'Apa dia akan baik-baik saja?
"Ahh! Sial, Hidup ku sial sekali"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓣𝓱𝓮 𝓐𝓷𝓰𝓮𝓵 𝓢𝓹𝓲𝓻𝓲𝓽
Fantasia『Black clover』 [Name] seorang gadis yang tinggal di gereja desa hage bersama anak-anak lainnya yang sudah dia anggap sebagai saudaranya. Gadis yang ceria dengan penuh senyum, berakhir. Di usianya yang ke-3 semuanya berubah. Gadis itu tumbuh tanpa bi...