Kami berdua berdiri di dekat para pencuri. Luck sudah sadar beberapa menit lalu begitu pula dengan para warga.
Setelah insiden itu Luck tidak tahu apa-apa. Maksudnya katanya ingatannya terganggu jika mencoba mengingat, kepalanya sedikit sakit.
"Apa benar kau tidak mengingat apa-apa?"
"Hanya agak buram dan sedikit tidak jelas. Hanya itu, dan kepala ku sakit."
Aku melirik sebentar ke arah Luck lalu kearah mereka bertiga. "Kalau kau merasa pusing. Kau pulang lah lebih dulu ke markas ... biarkan aku yang membawa mereka ke ibukota."
"Hehh. Tapi aku ingin [Name] di sini saja." Aku memandang datar anak satu ini. Sikap kekanak-kanakannya muncul lagi.
"Biar cepat selesai. Aku ingin pulang dan mandi ..."
"Memang benar sih. Tubuhmu tercium bau amis." Aku yang mendengarnya tersenyum kecut.
+++
"Jadi begitulah ceritanya, Kapten."
[Name] yang belum mandi dan telah selesai membawa pencuri itu ke ibu kota kini tengah duduk di lantai sembari menatap kaptennya.
"Mereka datang dengan tiba-tiba dan menyerang desa?" [Name] mengangguk. "Dan kau membunuh orang-orang itu tanpa meninggalkan satu untuk di peras informasinya?" [Name] mengangguk lagi.
"Mereka saja yang Noob kapten ... jadi mereka tidak bisa menghindar serangan ku begitu." [Name] mencoba membantah sedikit ucapan kapatennya itu.
Yami menghebuskan asap rokoknya. [Name] sedikit manatap sebal pada Yami. 'Sial dia dimana-mana ... rokok selalu ada.'
"Jadi apa ada sesuatu yang kau dapat dari sana?" [Name] melempar batu itu ke Yami dan Yami menangkapnya. "Apa ini?"
"Aku tidak tahu. Tapi dia mencarinya, bahkan dia sangat kesal pada ku saat aku mengancamnya akan melempar batu itu ke Gunung di sana." [Name] menunjuk ke arah asal. Yang penting Gunungnya ada lah. "Ya sudah di situ aku membuat trik kecil-kecilan untuk menipunya. Aku tidak bisa membuat orang itu kabur seenaknya jadi aku bunuh."
"Sial kau ini agak brutal di bandingan ku ... lalu bagaimana dengan Luck?"
Luck sendiri sekarang tengah istirahat di kamarnya. Karena pengaruh dari sihir itu, Luck kehilangan sedikit ingatannya tentang pertarungan dia dan Hizen.
"Dia terkena pengaruh sihir musuh jadi ya gitu deh sekarang jadinya. Aku sendiri agak kesusahan melawannya ..." Yami hanya mengangguk paham. "Lalu kami bertarung sebentar dan akhirnya kami menang dengan mudah ... seharusnya misi ini gampang tapi malah jadi sulit."
"Jadi apa kau menikmatinya?"
"Hah?"
"Kau sendiri bukannya bilang ingin misi yang menantang dari pada misi biasa?"
[Name] melirik ke arah lain. "Ya. Tapi kan aku bilang juga misi solo. Kau ngerti gak sih?"
"Ahh kau ini!"
"Jangak kesal gitu dong." [Name] pergi dari hadapan Yami.
"Kau ingin kemana?"
"Aku ingin mandi. Badan ku bau amis dari tadi!"
"Oh pantes ternyata itu berasal dari kau."
[Name] menatap kesal Yami. "Gak usah bahas itu napa. Kau sendiri yang menyuruhku untuk melapor dulu di bandingkan mandi dasar kau ini!!"
+++
"Jadi Hizen terbunuh." Seorang pria misterius dengan memakai jubah berbicara. Ah kalian sendiri pasti sudah tau kan siapa orangnya.
"Ya."
"Batu itu di ambil oleh gadis Banteng Hitam. Sang pengguna sihir Roh?"
"Ya.
Pria itu membalikkan badannya. "Kita bisa mengurusnya lain kali, masih banyak yang harus di ambil ..." Antek-Antek Hizen pergi. "Gadis dengan Spirit Angel."
+++
Aku dengan rambut yang di sanggul di atas, tengah berendam enak di air hangat. Karena darah yang menempel itu mencipatakan kesan lengket di tubuhku.
⸢Dan kau punya grimoire ... grimoire tanpa semanggi?"⸥
Aku melirik kearah grimoire. Karena aku tidak sempat kekamar jadi aku menaruhnya di pemandian, sekalian nanti kalau habis mandi aku tinggal bawa lagi.
"Tanpa Semanggi? Apa bisa di bilang unik?" Aku bergumam sembari menatap langit-langit pemandian. Dari awal aku berada di menara. Saat aku menunggu giliran ku untuk mendapatkan grimoire itu dan saat aku menerimanya. grimoire yang ku dapat hanyalah sebuah grimoire tanpan daun.
Aku pikir aku sial. Mengingat tiga daun artinya, harapan, cinta dan kepercayaan dan daun ke empat adalah keberuntungan lain halnya dengan yang ke lima yang malah iblis ada di sana.
Dan daun Nol tidak ada. Orang-orang bahkan menertawakan ku dan beranggapkan bahwa aku tidak beruntung. Tapi ternyata tidak. grimoire itu adalah tempat sebuah Spirit singgah.
Aku tidak bisa mempercayai penglihatanku saat grimoire ku bercahaya dan dia keluar.
"Itu bagaikan mimpi buruk dan mimpi indah."
Aku menenggelamkan badan ku dan kepala ku aku sandarkan di atas karamik. Pemakaian Mana untuk sebuah sihir roh sangat menguras habis.
Aku sendiri masih belum terbiasa menggunakannya, meskipun besar dan kuat, tapi penggunaan Mana nya juga bukan main-main. Hampir saja Mana ku terkuras habis untuk dua sihir Roh.
Aku mengangkat tangan ku membiarkan tetasan air jatuh ke wajah. Aku masih belum bisa mengendalikan sihir ku secara penuh, aku ingin bisa tanpa bantuan Spirit ku.
Aku masih mempunyai batasan bertarung di dalam diri ku, yang tidak bisa ku abaikan sama sekali. Mata ku memberat dan akhirnya tertutup. "Terlalu capek untuk sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓣𝓱𝓮 𝓐𝓷𝓰𝓮𝓵 𝓢𝓹𝓲𝓻𝓲𝓽
Fantasía『Black clover』 [Name] seorang gadis yang tinggal di gereja desa hage bersama anak-anak lainnya yang sudah dia anggap sebagai saudaranya. Gadis yang ceria dengan penuh senyum, berakhir. Di usianya yang ke-3 semuanya berubah. Gadis itu tumbuh tanpa bi...