"Lo jadi ambil semester pendek?"
Jimin berdehem. Masih malas berbicara. Hanya memperhatikan Yoongi mondar-mandir di dalam kamar. Mengambil beberapa pakaian di dalam lemari. Memasukkannya ke dalam tas. Merapikan rambutnya yang mulai agak panjang.
"Taehyung juga?"
"Iya."
"Suruh tidur di sini aja dia. Daripada sendirian."
Yoongi akan menghabiskan beberapa pekan di Daegu. Ibu Yoongi meminta putra semata wayangnya untuk berlibur di rumah. Biasanya Yoongi enggan meninggalkan Seoul jika Jimin masih ada di asrama. Beberapa kali dia membawa Jimin pulang bersamanya ke Daegu untuk berlibur. Tapi kali ini, sepertinya mereka harus berpisah.
"Gampang lah."
"Inget, nggak usah macem-macem. Nggak usah minum di bar, di sini aja sama Taehyung. Atau nggak usah lah. Kuliah aja yang bener."
Di kepala Yoongi tergambar jelas memori Jimin yang tengah mabuk. Sosok manis nan pemalu itu berubah menjadi penggoda dan tatapan matanya jauh lebih memabukkan dari alkohol manapun. Yoongi jadi khawatir, Jimin dimanfaatkan orang lain dalam keadaan seperti itu. Tidak percaya pada orang-orang di luar sana, Yoongi mengijinkan Jimin minum hanya jika bersamanya. Jimin sendiri pun sepakat, karena dia tidak percaya pada siapapun kecuali Yoongi.
"Bawel banget, Bunda."
"Lo ya!"
Jimin kembali bersembunyi di balik selimut. Menghindari tangan-tangan jahil Yoongi yang akan menggelitikinya. Berujung mereka saling terengah dan berpelukan di tengah kasur. Jimin dengan piyama, rambut acak-acakan, dan wajah bantal. Yoongi dengan kaos hitam dan wewangian yang sudah disemprotkan pada tubuhnya. Yoongi siap pergi.
"Gue pergi, ya!"
Sambil mengusak rambut Jimin yang memang sudah berantakan dan kini semakin berantakan, Yoongi menenteng tasnya keluar. Meninggalkan Jimin dengan sedikit berat hati. Namun, sekali ini saja, mungkin tidak apa.
–—
Sudah dua minggu terlewat tanpa Yoongi di kamar. Tapi tidak pernah Yoongi absen dari meramaikan ponsel Jimin. Mengiriminya beberapa foto tempat yang Yoongi dan keluarganya kunjungi, makanan yang dia pesan, anjingnya atau sekedar pemandangan menarik yang Yoongi tangkap. Jimin punya caranya sendiri untuk mengatasi rindu pada Yoongi. Dia tidur mengenakan pakaian Yoongi. Dan Yoongi tahu itu, juga tidak masalah dengan kebiasaan Jimin. Toh Jimin juga bertanggung jawab dengan mencuci pakaian yang sudah dikenakannya.
Tapi, itu semua tidak ada artinya. Tetap kesepian menemani Jimin. Ide Taehyung untuk minum bersama yang masih ditimbang oleh Jimin, kini cenderung akan Jimin setujui. Dia kelewat bosan. Kebanyakan teman kuliahnya meninggalkan asrama. Hanya sedikit yang mengambil semester pendek. Jimin juga tidak terlalu nyaman jika terus memaksa Taehyung menemaninya. Jadi dia memilih untuk kembali ke kamarnya sendirian selepas kuliah.
"Gue gabung deh. Tapi lo jemput, ya?"
Saat mengirim pesan itu pada Taehyung, Jimin seperti mendengar kalimat-kalimat perintah dari Yoongi. Yang selalu mengingatkan soal kapasitas minumnya, soal kebiasaannya saat mabuk, soal larangan minum tanpa Yoongi. Ah. Jimin pikir, ini bisa jadi rahasia. Yoongi tidak perlu tahu. Selama dia bisa membatasi dirinya sendiri. Lagipula ada Taehyung. Mestinya semua aman.
Beberapa jam kemudian, Jimin sudah menari di atas meja bar. Dengan gelas alkohol di satu tangan, dan tangan lainnya sibuk memukul udara. Menyesuaikan dengan dentuman bass lagu yang diputar kencang. Jimin kehilangan kontrol diri. Dan semuanya berjalan di luar perkiraan.
Beberapa kancing atas pakaian Jimin sudah terbuka. Bahan pakaiannya yang jatuh membentuk lekuk tubuh ramping Jimin dengan sempurna. Taehyung masih cukup sadar untuk mengawasi Jimin. Cukup sadar ketika seseorang ikut bergabung dengan Jimin yang sedang asyik menari di atas meja. Dan mendadak jadi sadar penuh ketika melihat Jimin dan laki-laki asing itu saling berhadapan dengan wajah berjarak sejengkal.
Telepon berdering, Taehyung berjengit. Fuck, Min Yoongi. Dilema menyerang. Jika Taehyung meninggalkan Jimin, dia mungkin akan kehilangan Jimin malam ini. Karena bisa saja lelaki itu membawa Jimin entah kemana. Dalam keadaan mabuk, jiwa social butterfly Jimin jadi kelewatan. Atau mungkin malah menjadi sexual buttefly? Orang asing bisa dianggap sebagai separuh hidupnya. Tapi jika dering telepon ini diabaikan, Taehyung dalam masalah. Bukan Jimin yang akan disemprot Yoongi, tapi Taehyung.
"Halo, Bang Yoon?"
Yoongi di seberang sana langsung berubah intonasi. Mendapati telepon Jimin akhirnya diangkat, tapi oleh Taehyung, dengan latar suara yang berisik khas bar. Tanpa basa-basi Taehyung menjawab setiap pertanyaan menyelidik dari Yoongi. Dan betapa terkejutnya Taehyung ketika Yoongi memutus telepon secara sepihak.
Pengaruh alkohol agaknya membuat kekhawatiran Taehyung menghilang. Beberapa menit kemudian, dia kembali menyandarkan punggung di sofa. Kembali memperhatikan Jimin dan orang asing yang masih bersama di atas meja, menari, dengan sangat erotis. Jimin memunggungi lelaki itu, dengan kepalanya bersandar di pundak lawan menarinya. Tangan lelaki asing menyusup di bawah pakaian Jimin, meraba perut rata dan pinggang ramping Jimin.
Di gelas keempat Taehyung, dia merasa alkohol benar-benar mempermainkannya. Karena dia kemudian seperti melihat Yoongi datang. Naik ke atas meja, memisahkan Jimin dengan lelaki asing. Menggendong Jimin turun. Kemudian mengarah dengan pasti ke arah Taehyung.
Sayangnya, itu bukan karena alkohol. Karena, itu memang Yoongi.
"Bang Yoongi!"
Air mineral sudah membasahi wajah Taehyung. Botolnya juga mendarat di dada Taehyung yang ikut tersiram. Tanpa bicara panjang lebar, Taehyung segera berdiri kemudian mengikuti Yoongi dan Jimin keluar dari bar. Jalan Taehyung yang limbung membuatnya sedikit tertinggal. Namun dia berhasil keluar. Kedinginan hebat dihembus angin malam.
"Gue bawa Jimin. Lo pulang sendiri. Gue nggak peduli."
Otak Taehyung gagal melakukan sinkronisasi pada realita. Setahu Taehyung, Yoongi di Daegu, sedang dirinya dan Jimin di Seoul, di bar. Taehyung menemukan bagian yang hilang untuk menyusun puzzle soal bagaimana Yoongi bisa ada di sini.
"Sorry, Bang. Kita lagi di Seoul apa Daegu, ya?"
Alih-alih mendapatkan jawaban dari Yoongi, Taehyung malah mendapatkan umpatan. Kemudian dia ditinggalkan. Tidak tahu kemana dia harus pulang, Seoul atau Daegu?
Dasar orang mabuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
THANKS TO THE ALCOHOL • yoonmin
FanfictionJimin sudah merasa cukup mendengar cerita dari sekitarnya tentang bagaimana persahabatan menjadi cinta yang berakhir dengan hal-hal buruk. Itulah yang menjadi alasan mengapa sampai saat ini, Jimin tidak pernah menyatakan perasaannya pada sahabat lel...