Khao Luang - BxB [SELESAI]

Perkenalan Tokoh Utama

Boom - Arthit Channarong

Arthit Channarong, seorang peneliti sekaligus CEO muda dari perusahaan obat herbal miliknya sendiri ini lahir di Bangkok, 8 Februari 1996. Memiliki tinggi badan 192 cm, serta otot-otot di tubuhnya membuat siapapun yang melihat dia segan.

Arthit merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Mempunyai kakak laki-laki dan adik perempuan.

Nama panggilannya Boom, ia tinggal di rumah mewah yang ia bangun di pusat kota Bangkok. Sedangkan kedua orang tuanya dan kedua saudara Boom tinggal di Chiang Mai.

Sekitar enam bulan yang lalu Boom putus dengan mantan kekasihnya Tanya Sisuwan atau dikenal dengan nama Anya, mereka sudah menjalin hubungan hampir satu setengah tahun namun kandas begitu saja karena Anya selingkuh dengan pria lain. Boom memiliki dua orang sahabat karib, yaitu Chet dan Paw.

Saat ini Boom merencanakan perjalanan jauhnya menuju Amphoe Lan Saka, disana terdapat salah satu gunung tertinggi di Thailand yakni Khao Luang.

Ia bertujuan meneliti beberapa tumbuhan yang ada di lereng gunung tersebut untuk nantinya ia teliti lebih lanjut di laboratorium perusahaannya.

Awin - Tawinan Suwannarat

Tawinan Suwannarat, seorang anak desa dengan senyuman yang manis ini lahir dan bertempat tinggal di Desa Kiriwong, Amphoe Lan Saka, Provinsi Nakhon Si Thammarat. Ia lahir pada tanggal 1 Maret 2002. Tinggi badannya 160 cm membuatnya terlihat mungil, namun jangan salah, dia itu pekerja keras dan anak yang kuat.

Ia anak ketiga dari tiga bersaudara. Orang tuanya telah meninggal saat ia berusia 4 tahun karena kecelakaan kapal laut.

Sedangkan kedua kakaknya, satu laki-laki dan satu perempuan. Mereka tega meninggalkan Tawinan besama nenek mereka di Kiriwong. Kedua kakaknya ini pergi merantau keluar kota saat Tawinan berusia 10 tahun namun hingga saat ini masih belum ada kabar dari kedua kakaknya itu.

Ia akrab dipanggil Awin. Sayang, Awin putus sekolah sejak ia berumur 15 tahun karena neneknya sudah menua dan mulai sakit-sakitan, neneknya tidak bisa lagi bekerja seperti biasanya sehingga tidak mampu membayar biaya sekolah Awin.

Sejak saat itulah Awin sendiri yang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan neneknya.