Tenyssa lagi ngolesin krim malam sementara suaminya sibuk ngegame di laptop pas dia ingat mau ngomongin masalah anak-anak ke Jonathan—yang untuk selanjutnya mari sebut Mas Jo aja.
"Mas."
"Hm?"
Wanita itu berbalik, natap suaminya yang masih fokus ke layar, "Aku khawatir loh."
"Sama apa?"
"Anak-anak."
Ngedenger itu, Jonathan sigap naro laptopnya, buat dia tuh anak-anak more than everything pokoknya.
"Kenapa mereka?"
Tenyssa ngehela napas, "Tadi Cey nelpon aku lagi, nangis-nangis, Heera juga abis pulang sekolah langsung keluar lagi, siaranlah, latihan PMRlah, ngelatih anak-anak nyanyilah, Nana yang nggak tau apa-apa juga stress ngeliat mereka kayak gitu. Apa lagi aku, mas."
"Ada masalah apa sih?" Jonathan bener-bener clueless di sini, soalnya yang dia tau cuma kemarin Cey nangis pengen pindah sekolah gara-gara terus digangguin sama kakak kelasnya dan Jo udah bikin catatan buat ngaduin itu ke guru-guru.
Percuma dong dia bayar mahal-mahal kalo ketiga putrinya nggak punya kenyamanan sekolah di sana.
"Aku belum cerita lengkap ya?"
Jonathan ngerutin kening, "Emang kemarin versi belum lengkap ya?"
Tenyssa bangkit seraya duduk di samping sang suami, daguya disenderin ke bahu Jo yang langsung meluk dia.
"Ceysa belain Heera yang di bully sama temen-temennya."
"Di bully gimana!?"
"Jangan emosi dulu dong mas."
"Gimana nggak emosi, ini anak kita loh, hon."
"Iya, aku tau. Tapi, dengerin dulu ya?"
Jonathan ngalah, membiarkan Tenyssa nyeritain lengkapnya dari a sampai z.
"Cey bilang, anak-anak kelas tiga sama kelas dua sering nyegat dia, dimintain kontak Nana, pokoknya nanya nanyain Nana."
"Lah, Nana kan udah ada Jeno, hon."
"Namanya juga anak muda, Mas."
"Yaudah, terus apa hubungannya sama Heera?"
"Nah, pas tau Cey suka diusilin, Heera jadi suka nganterin Cey sampe ke kelas, aku juga nggak tau gimana bisa tapi anak-anak bandel itu ngomong kalo Cey, Nana sama Heera bukan saudara kandung."
"Hon, aku pengen ngomong kasar."
"Iya, aku juga kaget dengernya. Aku loh yang hamil mereka, aku yang lahirin mereka, aku yang dua puluh empat jam sama mereka, bisa-bisanya ngomong mereka bukan saudara kandung."
"Terus gimana?"
Tenyssa ngehela napas, "Kamu tau kan gimana sayangnya Cey sama Heera? Anak-anak bandel itu dikonfrontasi sama dia, hasilnya dia jadi diomongin sama anak-anak kelasnya, dia nggak nyaman gitulah, tadi malah bilangnya ngabisin istirahat di gudang soalnya males ke kantin."
"Astaga. Yaudahlah, pindahin aja. Nggak tega aku. Sekalian sama Nana nggak? Heera udah tahun terakhir, agak susah mindahin dia."
"No," Tenyssa menggeleng pelan, "Aku belum bicara lagi sama Cey, bisa jadi itu cuma keinginan sesaat, Mas."
"Aku ngomong ke Heera ya? Kamu ke Cey."
Tenyssa ngangguk setuju, "Nanti aku ajak Nana sekalian biar dia nggak bingung."
Jonathan keliatan emosi banget, soalnya dia tuh sayang banget banget banget sama princess-princessnya, nggak terima dia tuh ada yang ngomongin mereka jelek-jelek.
KAMU SEDANG MEMBACA
aleatory: first adventure
Fanfictionini tentang tiga anak-anak mami papi dan kisah mereka. © ganymedeworks ⚠️GS