46. Acara Orang Kaya

997 79 4
                                    

Gerbang rumah keluarga Orion masih semegah yang terakhir kali Ceysa ingat, gadis itu menghela napas panjang saat mobil papi akhirnya nyaris sampai. Mami yang duduk di depan, noleh buat ngeliat putri bungsunya yang duduk diapit si sulung dan si tengah.

"Deg-degkan?"

Cey mengangguk kecil, siapa yang nggak deg-degkan coba, soalnya dari jarak sepuluh meter aja Cey udah bisa liat kilatan flash kamera yang menyorot setiap tamu undangan yang turun dari mobil mewah.

Entah itu lamborghini, ferrari, range rover, dan sejenisnya yang Cey nggak tau, cuma merknya sekelebat baca aja.

"Papi, aku turun di sini aja deh," katanya, lima meter sebelum mereka bener-bener sampai di depan gerbang keluarga Danujaya yang menjulang megah.

"Terus kamu jalan ke sananya?"

"Nggak apa-apa, aku nggak mau kena kamera."

Sedikit banyak, Hican ngerti, adeknya yang bungsu ini agak beda dengan si tengah yang kerjaannya setiap hari emang di depan kamera. Cey agak-agak nggak suka publikasi, mungkin kalo tau sejak awal bakalan ada media, Cey akan nolak mentah-mentah.

"Ori dimana?"

Cey nunjuk seseorang yang udah berdiri di dekat gerbang dengan tiga atau empat orang bodyguard, Nana tercengang, level kayanya Orion ini emang beneran nggak bisa dibayangkan.

"Aku turun ya?"

"Iya, dek. Hati-hati ya?" papinya ngomong ke dia yang udah siap-siap buka pintu.

"Nanti aku kabarin."

"Oke."

Mobilio papi berbelok arah, memutus arus macet bagi mobil yang mau masuk, tapi mereka masih di sana, ngeliatin si bungsu yang nutupin wajahnya dengan rambut saat jaraknya dengan pintu gerbang semakin memendek.

Nana nyaris terpekik saat Orion keluar dan mengamit lengan Cey erat, karena saat itu semua lensa kamera akhirnya menyorot mereka.

Tolong ingatkan dia untuk bangun cepat besok pagi, karena wajah adiknya pasti bakalan muncul jadi headline news.

***

"Nunggu lama ya, Iyon?"

"Nggak kok, kenapa tadi nggak turun digerbang?" Orion masih megang tangannya di atas buggy car yang sama dengan saat pertama kali Ceysa main ke sini.

"Banyak kamera. Aku malu."

Orion ngerti, Ceysa pasti risih dengan segala jenis media yang berkumpul di depan rumahnya untuk meliput, padahal kakeknya udah bilang ini acara privat yang cuma bisa dihadiri oleh undangan aja.

"Iyon."

"Hm?"

"Nanti kamu bareng aku terus kan?"

Cowok itu ngangguk kecil, masih ngegenggam tangan Ceysa erat. "Iya."

"Ada siapa aja nanti?"

"Banyak. Ada Kak Karina sama Kak Winter juga kok."

Ceysa ngehela napas lega, setidaknya ada yang dia kenal di dalam sana jikalau nanti Orion sibuk sama mama papanya.

"Iyon?"

"Ya?"

"Aku nanti pulang cepet, nggak apa-apa?"

"Iya."

Mereka akhirnya sampai di depan rumah utama, Orion turun lebih dulu dan nungguin Ceysa yang ngerapihin bajunya, dia tau gadis itu pasti gugup luar biasa dan yang bisa ia lakuin cuma ngegenggam tangannya, ngasih tau kalo Ceysa bakal baik-baik aja.

aleatory: first adventureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang