"Kamu pengen apa yang?" Nana nanyain pacarnya yang baru masuk ke tenda warung penjual burjo.
"Aku campur ketan item, yang."
"Oke! Bang, burjo keju pake es batu satu, burjo mix ketan item satu ya."
"Oke neng."
Jeno naro helmnya dan helm Nana di kursi kosong sebelum ngantongin ponsel, peraturan pertama mereka kalo lagi makan berdua adalah ponsel harus di silent atau dikantongin, soalnya nggak sopan mainin ponsel kalo lagi sama orang.
"Cey gimana?"
"Udah bisa teriak-teriak tuh. Tadi nanya, kamu bakal ke rumah nggak soalnya dia mau diajarin lettering."
Otomatis tawa Jeno tersembur, kalo udah bisa teriak berarti semua baik-baik aja.
"Iya, nanti main ke rumah. Dia udah punya alatnya belum? Kalo belum, aku sekalian bawain."
Nana majuin tubuhnya, natap pacarnya yang mengerjap bingung.
"Tau nggak yang,"
Perhatian Jeno seketika teralih pas kalimat pembuka dalam lingkup pergibahan mereka diucapkan Nana.
"Apa?" tanyanya, tertarik.
"Dia dibeliin Orion."
"Kok aku nggak kaget ya, yang?"
Dengkusan Nana ngebuat Jeno tertawa, "Nggak cuma ituuu, Ori juga bawain semua wishlistnya, bayangin aja Cey kan udah nabung dari awal masuk sekolah dan belum cukup-cukup juga sampe sekarang. Eh ini, cuma sehari langsung boom ada semua."
"Danujaya, yang. Kayak nggak tau aja, bukannya kamu sendiri yang bilang kalo Ori udah punya rumah sendiri? Beli alat lettering nggak bakal bikin rekeningnya goyang."
"Iya sih. Tapi kayak aneh aja gitu, semoga temenennya awet deh."
"Pasti awet." Jeno menyeringai kecil, soalnya dia bisa ngerasain kalo Ori Ori ini bukan tipikal cowok yang punya lingkup pertemanan yang besar, dia bahkan bisa menebak kalo Cey bisa jadi satu-satunya yang bisa Orion sebut teman.
Nggak mungkin banget dia ninggalin Cey apalagi Cey juga orangnya gitu, lovable banget, semua yang deket sama dia pasti bakal betah karena sifat dan sikapnya yang bikin kita semua pengen lindungin dia.
"Kaki kamu masih sakit?"
"Udah enggak abis diurut papi, abis dikasih minyak kutus-kutus juga dikirimin sama eyang."
"Syukurlah."
Nana nengok ke pacarnya yang liatin lalu lintas di sore hari, sebenernya tadi mereka nggak ada planning mau keluar cuma Nana pengen banget makan bubur kacang ijo terus sekalian ambil jahitan kebayanya di tukang jahit langganan, jadilah dia ngajak Jeno sekalian.
"Jen."
Cowok itu menoleh, ngangkat alisnya penasaran. "Kenapa?"
"Tadi, Kak Hecan bilang dia bakalan ngekost buat dua tahun aja, soalnya semester awal katanya bakal hectic parah, susah mau bolak-balik."
Jemarin Jeno bergerak, menyentuh punggung tangan Nana di atas meja, dia tau banget pacarnya pasti nggak rela Hecan ngekost, soalnya udah terlanjur terbiasa dengan keberadaan Hecan di rumah yang sering gantiin posisi mami kalo lagi sibuk.
"Cey?"
"Belum dikasih tau, Kak Hecan bilang mau fokus sama ujian dulu, kalo udah fix lulus baru mereka omongin."
"Its okay."
"Aku takut, yang." Nana narik napas panjang, mainin kelingking Jeno pelan, "Aku takut nggak bisa gantiin posisi Kak Hecan di rumah."
KAMU SEDANG MEMBACA
aleatory: first adventure
Fanfictionini tentang tiga anak-anak mami papi dan kisah mereka. © ganymedeworks ⚠️GS