What are we fighting for?
Seems like we do it just for fun.──────╯˚⋆。˚ ⋆ ˚୨୧˚ ⋆。˚ ⋆˚╰──────
Seonghwa memandangi ponsel di genggamannya yang menampilkan pesan singkat dari Hongjoong. Sekarang ia harus menjawab apa? Mengiyakan? Menolak? Berkata bahwa ia sedang dalam sesi pendekatan dengan Juyeon? Jemari Seonghwa mengacak rambutnya frustasi. Ia tidak mengerti kenapa masalah hati bisa sangat merepotkan seperti ini."Kau ada acara nanti malam?" Juyeon menyandarkan tubuhnya pada ujung meja kerja Seonghwa, menatap lelaki itu dengan senyum manisnya.
"Kenapa?"
"Hanya bertanya."
Seonghwa mematikan layar ponselnya dalam sekejap, "Aku sedikit lelah hari ini, jadi aku akan langsung pulang."
"Mau kuantar?" Juyeon benar-benar pria yang tidak mudah menyerah.
"Tidak, terima kasih." Seonghwa menyunggingkan senyum terbaik yang ia miliki, berusaha meyakinkan Juyeon bahwa ia baik-baik saja. Tapi Seonghwa memang baik-baik saja kan?
Dan Juyeon berlalu setelah mengusak singkat rambut Seonghwa, tanpa ia ketahui bahwa lelaki Park itu baru saja mengiyakan permintaan Hongjoong.
─────╯˚⋆。˚ ⋆ ˚୨୧˚ ⋆。˚ ⋆˚╰─────
Pasta terdengar nikmat untuk menu makan malam, maka Hongjoong berinisiatif membawa Seonghwa ke restoran Italia yang sering ia kunjungi bersama Eden. Sudah lima belas menit Hongjoong menunggu dan Seonghwa belum menampakkan batang hidungnya, membuat lelaki Kim itu sedikit gugup.
Bagaimana jika Seonghwa tidak datang? Tetapi pria itu sudah mengiyakan. Jadi, Hongjoong hanya perlu percaya bahwa semesta memihaknya.
"Hai, Hongjoong."
Semesta memang berpihak padanya.
Seonghwa datang dengan sedikit tergesa-gesa, ia langsung duduk dihadapan Hongjoong sambil merapikan rambutnya yang berantakan. "Maaf aku datang terlambat."
Hongjoong menggeleng. "Bukan masalah, Hwa."
Sesudah keduanya memesan makanan, Hongjoong mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja sambil bertanya. "Bagaimana kabarmu?"
Itu adalah pertanyaan klise dan Hongjoong tidak berharap lebih ketika Seonghwa menjawabnya.
"Aku baik." Gurat wajah Seonghwa sedikit terlihat sendu. "Hanya sedikit kelelahan akhir-akhir ini tetapi selebihnya aku baik-baik saja."
"Apakah karena pekerjaan?"
Seonghwa diam beberapa saat sebelum menjawab. "Ya."
Meja tersebut dilanda keheningan selama beberapa menit sampai seorang pelayan wanita datang untuk mengantarkan pesanan keduanya. Haruskah Hongjoong mengatakan secara langsung tentang maksud dan tujuannya? Apakah pertanyaan tentang ciuman tempo hari terlalu tiba-tiba?
"Hongjoong."
"Ya?" Lelaki itu mendongak dan mendapati Seonghwa tengah menatapnya.
"Aku tahu bahwa makan malam kali ini mempunyai maksud tertentu." Seonghwa menyendok risottonya sebelum kembali berbicara. "Bisakah kau katakan padaku?"
Hongjoong sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak gugup saat membahas tentang ciuman itu, tapi seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, Hongjoong benar-benar payah dalam melakukan praktek soal cinta. Ia kembali gugup dan berkeringat ketika hendak berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANCING WHILE WE'RE FALLING ; JoongHwa ✅
FanfictionPark Seonghwa tidak lagi percaya akan cinta, tidak setelah kegagalan hubungannya dengan Song Mingi. ia menyendiri, memperbaiki hati, dan tak lagi beraksi. Kim Hongjoong ingin membuktikan bahwa Seonghwa salah. Ia ingin membuktikan bahwa cinta selalu...