Happy Reading 📖
Celine berlari masuk kedalam rumah sambil membawa passport di tangan nya. Senyum di wajahnya nampak terlihat senang karena bisa kembali kerumah Liam.
Namun senyum nya luntur dan berubah menjadi terkejut. Melihat kedua orangtuanya yang diikat di kursi dengan mulut tertutup kain.
Wajah mereka sudah babak belur dengan darah keluar di pelipis nya. Celine menjatuhkan passport yang ada di tangan nya lalu menghampiri Liam dan Bunda.
Bunda menggelengkan kepalanya melihat Celine yang hendak membukakan ikat di tangan nya.
Celine menatap Bunda dengan mata berkaca-kaca. Bunda nya saat ini sangat kacau dan berantakan. Tidak jauh beda dengan Liam.
"Hai.."
Celine menoleh menatap Morgan yang berdiri tidak jauh dari mereka, membawa pisau dan pistol di kedua tangan nya. Celine dengan cepat menghampiri Morgan dan memintanya untuk melepaskan orang tua nya.
"Morgan aku mohon lepasin orang tua aku" Celine menggenggam pergelangan tangan Morgan yang terdapat bercak darah segar.
"A-Aku belum tanda tangan map nya kan, jadi harus nya ga gini"
"Terus biarin kamu pergi gitu aja" Morgan menjambak rambut Celine dan menatap nya tajam.
Celine menggeleng gelengkan kepalanya sambil menatap Morgan dengan tatapan memohon.
"Jangan jadi perempuan pembangkang!" Bentak Morgan.
PLAK!
Morgan menampar pipi Celine sampai jatuh tersungkur. Celine memegangi pipi nya yang memerah, Morgan berlutut di samping Celine lalu mencengkeram kuat rahang nya.
"Aku bunuh mereka!"
Celine menggeleng gelengkan kepalanya dan menahan kaki Morgan yang ingin melangkah mendekati Liam dan Bunda.
"Jangan!"
Celine menahan kaki Morgan, tapi justru Celine yang terseret karena tenaga Morgan yang begitu tidak sebanding dengan tenaga nya.
BUGHH!
Fadil memukul leher belakang Morgan menggunakan tongkat baseball. Morgan terjatuh dan memejamkan matanya karena nyeri di lehernya.
Fiky membantu Celine berdiri lalu menuntun nya untuk pergi ke kamar bersama Nayna.
Fadil berjalan pelan menghampiri Morgan takut jika Morgan masih sadar. Fiky menepuk pundak Morgan dan tidak ada jawaban, Fiky menatap Fadil lalu menggeleng tanda jika Morgan sudah pingsan.
Fadil membalikkan badannya ingin melangkah menyusul Celine. Namun teriakan Fiky membuat Fadil kembali menoleh ke belakang.
Morgan dengan tangan kanan nya menusuk tubuh belakang Fiky. Fiky terdiam dengan mata membulat menahan sakit lalu Morgan mencabut pisau nya membuat Fiky ambruk dengan darah keluar dari tubuhnya.
Fadil mengeratkan tongkat baseball nya dan menatap kedua orang tua Celine yang terus mengeluarkan air mata.
"Morgan, lo gila?"
"Dia sahabat kita"
Morgan memegangi leher nya yang keram lalu menatap Fadil nyalang. "Sahabat kita?"
Morgan berdecih. "Bukannya lo dipihak mereka?"
"Lo ga dukung gua"
Morgan berlari mendekati Fadil dengan pisau di tangan nya. Fadil segera memukul perut Morgan menggunakan tongkat baseball.
Morgan terlempar dan terbentur lemari. Morgan tersenyum miring kemudian kembali bangkit dan mengarahkan pistol di kepala Fadil.
Fadil terdiam dengan wajah pucat. Ia sama sekali tidak berfikir Morgan membawa Pistol. Fadil dengan cepat berlari ke arah taman belakang.
DORR
DORR
Satu tembakan mengenai bahu Fadil. Morgan mengarahkan pistol ke arah kaki Fadil.
DORR
Fadil terjatuh dengan tembakan di kaki nya. Bahu dan kaki nya sangat sakit, ia menggeram kesakitan dan terisak-isak.
Morgan menarik kaki Fadil dan membawanya menuju pinggiran kolam. Morgan melirik Fadil sejenak sebelum melempar tubuh Fadil kedalam air kolam renang yang dingin.
***
"Telpon polisi sekarang" Kata Celine.
Nayna segera menelepon polisi dan bantuan akan di kirim selama 5 menit. Celine menutup wajah nya dengan tangan dan menangis hebat mengingat kedua orangtuanya yang terikat. Nayna memeluk Celine dan ikut terisak.
DORR
Celine mendongak kaget mendengar suara pistol. Celine dan Nayna segera keluar kamar dan melihat keruang tengah dengan keadaan Fiky yang berlumuran darah serta Liam dan Bunda yang masih terikat.
Celine dan Nayna segera melepaskan ikatan di tangan Mereka lalu melepaskan kain di mulut mereka. Celine membawa Bunda keluar rumah meminta bantuan pada tetangga tetangga.
Sedangkan Liam ia menelpon Veran dan memintanya menyudahi permainan busuk ini. Veran yang tau itu akan terjadi sudah menyiapkan banyak orang terpercaya yang akan membantu Morgan.
Karena Veran hanya memiliki Morgan. Veran akan membuat Morgan bahagia, menebus kesalahannya pada tahun tahun lalu.
Veran menatap layar monitor yang terhubung pada rumah Celine. Veran menghisap batang nikotin sambil terus mengawasi Morgan, jangan sampai Morgan mengalami luka.
Veran tersenyum kecil melihat Morgan yang sudah membunuh dua sahabatnya, Veran kembali menatap layar dimana Celine mendatangi rumah tetangga untuk menitipkan Bunda nya.
Hal itu membuat Veran langsung menghubungi salah satu orang yang ia tugaskan untuk berjaga-jaga di rumah Celine.
Celine mengetuk pintu rumah tetangga nya satu persatu sampai salah satu rumah membukakan pintu gerbang. Bunda segera masuk kedalam bersama Celine.
Ya, didalamnya terdapat manusia manusia manusia bertopeng yang siap membunuh mereka.
DORR.
***
klisee sekali bukan
KAMU SEDANG MEMBACA
Celine : Possessive Ex ✓
Teen FictionFollow terlebih dahulu ❤️ possessive ex boyfriend Celine (17) bersama Bundanya berpindah negara dari Swedia ke Indonesia, tujuannya tak lain dan tak bukan karena Bunda akan menikah 'lagi' dengan laki laki berasal dari negara kelahirannya, Indonesia...