Chapter 19

18K 1K 9
                                    

Happy Reading 📖

Morgan meraih tangan Celine yang dingin setelah salah satu laki laki menembak mati Bunda nya. Celine lihat jelas bagaimana Bunda terjatuh dengan darah darah yang mengalir di kepalanya.

"Sayang..."

Celine menoleh ke arah Morgan lalu bergerak menjauh. Ia sangat tidak percaya jika semua ini rencana Morgan.

Morgan menatap tubuh Bunda yang tergeletak di lantai dan menatap laki laki bertopeng yang siap untuk kabur. Morgan segera meraih bahu nya dan melepaskan topeng yang terpasang di wajahnya.

"Lo bekerja buat siapa?!" Tanya Morgan tajam.

Laki laki itu terdiam sambil melirik cctv yang terus menyorot ke arah mereka berdua. Morgan menoleh kebelakang menatap cctv.

BUGHH!

"Gua ga suruh kalian buat nembak dia!"

Laki laki itu menatap Morgan diam lalu mengeluarkan kartu nama dari dalam kantong saku nya. Salah satu anggota kepercayaan Veran untuk menjaga lingkungan rumah.

Morgan berbalik dan terkejut karena Celine sudah tidak ada di tempat. Morgan berlari keluar rumah lalu mendapatkan Celine yang tergeletak di tanah dengan darah di pelipis serta Nayna dan pihak polisi.

Semua anggota kepercayaan Veran sudah berlari ketika mendengar suara mobil polisi dan kini hanya Morgan sendiri dengan pisau dan pistol di kedua tangan nya.

***

Polisi mengamankan rumah milik Liam. Fadil, Fiky, Celine dan Bunda di larikan ke rumah sakit terdekat sedangkan Liam dan Morgan di jadikan saksi di kantor polisi.

Di dalam ruangan interogasi Morgan diberi banyak pertanyaan dan tidak ada satupun yang ia jawab, karena otak nya di penuhi oleh Celine. Morgan tidak bisa tenang ia harus tau apakah Celine hidup atau tidak.

Morgan hendak pergi, namun di tahan oleh salah satu polisi yang menemani mereka.

Sama hal nya dengan Liam, ia di interogasi dengan salah satu polisi dan menjawabnya dengan jujur.

Semua bukti bukti Liam sebutkan dan jelaskan mengapa pelaku melakukan ini semua. Polisi wanita itu menulis cepat di buku notes sambil mendengar cerita dari Liam.

"Apakah bapak yakin jika ****** adalah pelaku nya?"

"Saya yakin!"

***

Kematian Fadil dan Fiky menimbulkan luka yang cukup besar di hati siswa siswi. Pihak sekolah turut berduka cita dan mengadakan doa bersama di aula SMA Snyder's.

Nayna menangis terisak-isak tidak menyangka jika mereka pergi begitu cepat, Nayna sudah terlanjur cinta dengan Fadil. Belum sempat mengakui perasaannya, Fadil sudah pergi selamanya.

Moza mengelus punggung Nayna yang bergetar karena menangis terlalu hebat. Moza dan Lena memberi simpati dan pelukan untuk Nayna sebelum mulai meninggalkan aula.

Nayna nampak sangat berantakan ia tidak memakai seragam sekolah dan hanya memakai celana jeans, baju polos dan jaket. Bukan seperti siswa SMA Snyder's.

Satu satu siswa dan siswi meninggalkan aula dan hanya berakhir Nayna sendiri, foto Fadil dan Fiky terpajang indah di tengah tengah aula serta bunga bunga di sekitar bingkai.

Nayna mengelus bingkai Fadil dan Fiky bergantian. Dan memeluk nya satu satu persatu sebelum benar-benar keluar aula.

Namun tangisannya kian menjadi-jadi ketika memeluk kedua bingkai foto mereka. Nayna menyenderkan tubuhnya di kaki meja dan memeluk kedua bingkai sambil terus menangis hebat.

"Nay.."

Dion memegang bahu Nayna. "Waktu nya makan siang"

***

Nayna mengecek ponselnya yang terus berbunyi karena masuk nya pesan di WhatsApp nya. Ia menatap pesan dari seseorang yang katanya sudah menunggu mereka di bandara sejak sejam yang lalu.

Apakah orang ini yang kemarin Celine telpon, Celine meminta orang itu untuk menjemput nya di bandara. Tapi tunggu bukan kah itu bandara swedia?

Nayna membesarkan foto yang dikirim dari orang itu dan benar terdapat nama bandara nya. Stockholm International Arlanda.

Harus ia balas apa sekarang? Kondisi Celine saat ini sedang tidak baik baik saja, sepulang sekolah Nayna akan menjenguk ke rumah sakit bersama Moza dan Lena.

Ruang VIP Celine hanya di ketahui oleh teman teman dekat kecuali Morgan. Celine harus benar-benar di pantau dan di jauhkan oleh Morgan.

Nayna bersujud sukur jika Morgan mendekam di penjara selama lama nya. Sampai Morgan meninggalkan pun di dalam penjara. Nayna begitu benci terhadap sikap Morgan, mengapa ada orang seperti Morgan? bukankah itu dinamakan setan bukan manusia.

Semoga waktu itu cepat datang. Nayna tidak mau Morgan melakukan hal berbahaya lagi terhadap keluarga Celine dan sahabatnya.

Keluarga Fadil dan Fiky juga menuntut keras Morgan supaya mendapatkan hukuman setimpal.

***

Celine terbaring lemah di atas ranjang singel, kepalanya terperban dengan wajah yang sangat pucat. Nayna mengganti bunga di atas nakas menjadi bunga baru yang segar dan harum.

Moza mengelus lengan Celine dan Lena menatap Celine dengan diam entah apa yang ia pikirkan tapi Lena merasa iba.

"Semoga Celine ga amnesia, kecelakaannya nya parah banget di bagian kepala"

"Lagian, Celine juga akan pindah negara setelah masalah semua selesai"

"Iya semoga Celine bisa hidup lebih bahagia"














***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

<3

Celine : Possessive Ex ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang